Jangan takut cut loss 

Jonatan Christie dkk diminta untuk menambah porsi latihan setelah tak ada juara All England 2019 di tunggal putra. (Images via Reuters)
banner 468x60

Apa yang harus dilakukan investor saat kondisi bursa tiba-tiba dalam keadaan stagnan bahkan cenderung melemah? Pelaku pasar yang telah membeli saham di harga tinggi sulit sekali untuk melepas saham saat harganya turun. Banyak pula investor yang justru melakukan average saat harga saham turun. Niatnya sih untuk memperkecil kerugian akan tetapi bila saat di average harga saham tetap turun yang terjadi justru kerugian semakin berlipat dan investor semakin babak belur.

Ditengah kondisi bursa regional dan global yang buruk dan minim insentif di pasar lokal sebaiknya investor tidak sungkan-sungkan lakukan cut loss karena tidak menutup kemungkinan harga saham akan terus menurun mencapai level terendah. Bila harga saham terus terpuruk tentu membutuhkan waktu yang lama untuk naik kembali ke level semula. Hitung kerugian yang diderita atas mandegnya investasi anda.

Jangan Takut untuk Cut Loss

Bayangkan bila saat membeli saham misalnya GGRM di harga Rp12.000 per lembar investor tidak bersedia cut loss maka kerugian yang diderita justru lebih besar karena saat ini harga GGRM justru berada di posisi Rp9.100 per saham (harga penutupan 11 Juli 2002). Tidak menutup kemungkinan harga saham akan semakin tergerus menuju support terendah selama ini. Jangan pernah berpikir saham dengan fundamental bagus tidak mungkin tersungkur lebih dalam. Segala sesuatu dapat terjadi di pasar saham.

Sekali lagi jangan ragu lakukan cut loss bila saham diperkirakan terus menurun. Alihkan portofoli ke saham lainnya yang lebih berpotensi meraup keuntungan ditengah memburuknya kinerja bursa.

 

Technical Analysis Tip III   Penentuan Rata-rata Harga Saham

Moving Average biasanya digunakan untuk mengetahui fluktuasi harga suatu efek dan memperkirakan gambaran tren yang tengah terjadi. Biasanya periode paling pendek untuk menentukan pergerakan harga hanya 10 hari. Namun periode yang pendek mengandung banyak kelemahan dan ketidakpastian yang semakin besar.

Kebanyakan analis paling tidak menggunakan periode selama 20 untuk jangka pendek dan 200 hari untuk jangka panjang guna memastikan apakah pasar dalam kondisi bullish atau bearish. Jika dalam periode tertentu itu gerakan positif lebih banyak maka pasar dapat dikatakan trend up. Demikian sebaliknya bila negatif maka pasar down trend.

Dalam mengkalkulasi kembali rata-rata harga saham harian paling tidak investor harus mengorbankan waktu untuk menyimpan data pergerakan selama 50 hari terus menerus. Intinya seberapa besar waktu yang dikorbankan untuk berinvestasi. Selain itu seberapa lama periode yang akan digunakan untuk mengetahui moving average.

 

Technical Analysis Tip III   Grafik yang menjadi pedoman analis

Lebih jauh tentang technical adalah mengetahui sejumlah chart atau grafik sertak fungsinya. Ada empat chart yang paling sering digunakan kalangan analis, yakni:

  1. BAR
  2. Line
  3. Poin dan Figur, DAN
  4. Japanese candlestick.

BAR dan Line chart umumnya digunakan pada harga saham untuk memudahkan mengetahui harga terendah dan tertinggi berdasarkan closing price pada suatu periode. Perlu diketahui closing price sangat peting bagi analis untuk memperkirakan level support dan resistance. Sementara Poin dan Figur chart menampilkan harga saham harian dan tahunan.

Adapun Japanese candlestick kegunaanya sama hanya saja yang membedakan jika haga penutupan menguat dari pembukaan maka kotak grafik akan kosong, tapi jika harga turun dari pembukaan maka kotak grafik akan berwarna hitam.

Ada baiknya memperhitungkan harga tertinggi dan terendah yang akan dicapai saham dalam satu periode tertentu sehingga investor dapat menentukan waktu yang tepat untuk masuk dan keluar.

banner 300x250

Related posts

banner 468x60

Leave a Reply