Dinamika Pilpres 2024, Pemimpin Harus Memiliki Jati Diri Dalam Berkuasa

banner 468x60

Oleh: Ahmad Sahroni M.Sos Pengamat Politik dan Pengurus DPP PA GMNI 2021-2026

Perhelatan pemilihan presiden masih cukup lama untuk dilaksanakan, hampir dua puluh bulan dari sekarang kita melaksanakan pesta demokrasi tersebut. Akan tetapi dinamika pencalonan semakin hari semakin mencuat dipermukaan. Elite politik Partai dan pendukung telah banyak mendeklarasikan dukungannya terhadap calon pilihan mereka.

Read More
banner 300x250

Yang masih hangat di media adalah dukungan terhadap Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Kedua sosok ini merupakan pendatang baru dalam kancah pemilihan Presiden diluar jabatan Menteri. Ganjar dan Anies menjadi sosok kuat dari kalangan Pemerintah Daerah Provinsi yang santer maju dalam perhelatan pesta demokrasi.

Hal itu terlihat dari hasil survei yang dilakukan oleh lembaga survei di dalam negeri, misalnya Saiful Mujani dengan lembaga Survei Research and Consulting (SMRC) dan juga lembaga Survei Poltracking Indonesia. Dari kedua lembaga tersebut dua nama dari tiga kandidat calon Presiden menjadikan Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan calon kuat yang maju dalam pemilihan Presiden 2024 nanti.

SMRC menetapkan hasil sementara Ganjar meraih 30,3%, Prabowo 27,3% dan Anies 22,6%. Sedangkan Poltracing Indonesia menetapkan Ganjar 26,9%, Prabowo 22,5% dan Anies 16,8%. Hasil ini menunjukan bahwa trand dari ketiga calon tersebut menjadi pilihan yang populer di masyarakat.

Walaupun masih ada calon kuat lain dari kalangan Partai dan Menteri yang manjadi kandidat kuat seperti Agus Harimurti Yudhoyono, Erick Thohir, Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, Khofifah, Airlangga Hartanto, Muhaemin Iskandar (Cak Imin) dan Puan Maharani.

Komukasi Politik

Dengan semakin santernya Pemilihan Presiden eliet politik partai telah melakukan koalisi dan komunikasi jauh-jauh hari untuk menentukan siapa calon tepat dukungan mereka. seperti Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang di gagas oleh Partai Golkar, PPP dan PAN, ada juga koalisi Semut Merah terdiri dari PKB dan PKS serta Koalisi P Demokrat dan P Nasdem, tak kalah ada juga PDIP dan P Gerindra.

Walaupun secara matematis dari keseluruhan hanya Partai PDIP dan Koalisi KIB yang telah memenuhi syarat pencalonan Capres dari ketentuan 20% Presidential Threshold atau ambang batas calon.

Partai PDIP dengan golden ticket-nya berhak menjadi pengusung tunggal bagi calon yang dipilihnya, tanpa koalisi PDIP bisa mengusung misalnya Puad Maharani dan Ganjar Pranowo dalam kontestasi 2024. Atau dengan Anies seperti isu setelah Formula E Jakarta lalu.

Walaupun banyak yang ilmuan politik berpendapat, bahwa Puan Maharani dari PDIP akan menjadi wakil dari Prabowo pada Pilpes 2024. Akan tetapi, hal itu belum pasti masih bersifat spekulasif belaka, mengingat situasi politik yang dinamis dan tidak baku.

Akan tetapi, pencalonan Presiden bukan sebatas pencalonan biasa, butuh dukungan dari kalangan lain seperti militer dan kaum Islam moderat. Selain itu, pemilihan wakil presiden juga bisa menentukan menang atau tidaknya koalisi partai dalam pemilihan presiden. Wakil bisa menjadi penentu dari pertarungan yang disajikan. Dengan contoh yang ada di Pilpres 2019 lalu, bagaimana Jokowi dan koalisi memilih KH Maruf Amin sebagai Wakil setidaknya membantu mereka dalam memenangkan pertarungan.

Selain itu, ketika Jusuf Kalla dalam pemilihan presiden 2014 menjadi penentu kemenangan dengan karisma dan kepemimpinannya dalam partai Golkar dan kelompok Islam. Oleh karena itu, sosok capres saja masih kurang dalam pemilihan presiden, mesti di bantu oleh cawapres di era saat ini.

Jati diri Penguasa dan Negara

Pemilihan presiden bukan hanya sebagai memilih pemimpin untuk berkuasa, pemilihan presiden adalah ruang bagi warga negara yang memiliki integritas, intelektual serta memiliki jati diri untuk berkuasa menjalankan roda pemerintahan yang adil dan sejahtera demi satu bangsa. Bangsa Indonesia

Pemimpin bukan hanya sebagai simbol bagi negara. Tetapi, pemimpin juga harus memiliki kekuasaan bebas dalam menentukan jalannya pememintahan yang adil dan sejahtera bagi rakyatnya. Ilyas Hussain atau Tan Malaka dalam buku The leaderskip Secres of karangan Argawi Kandito menjelaskan bahwa kekuasaan itu bukan sekedar memimpin dan memerintahkan orang lain, kekuasaan itu menunjukkan kemampuan seseorang untuk menerjemahkan keadaan dan menguasainya kemudian menerapkannya dalam keadaan sehari-hari. Pemimpin yang belum bisa melaksanakan hal tersebut bukanlah penguasa meskipun Ia memiliki jabatan.

Tan Malaka juga menjelaskan bawa ada perbedaan yang mencolok dari sebuah jabatan dan kekuasaan, jabatan hanya bebuah gelar misalnya Presiden atau Wakil Presiden, sedangkan kekuasaan melampaui segalanya, seorang penguasa harus bisa memayungi dan melindungi rakyatnya termasuk dirinya.

Bagi pemimpin yang harus di pahami adalah sebuah dasar negara atau ideologi negara karena menurut Tan Malaka Pancasila itu ialah jalan menuju kekuasaan, penguasa harus taat dan patuh dengan rel kekuasaan yang dinamakan Pancasila.

Selain itu, penguasa atau pemimpin harus memiliki jati diri, jati diri ini penting dalam dunia politik atau kekuasaan, bagaimana tidak jika pemimpin tidak memiliki jati diri negara yang di kuasainnya tidak memiliki nilai serta negara juga seolah-olah tidak memiliki pemimpin, karena jati diri menjadikan negara kuat, memiliki nilai dan adil dalam bernegara. Tan Malaka juga menjeleskan jati diri seorang pemimpin sangat lah penting, negara akan rusak jika dipimpin oleh orang-orang yang tidak memiliki jati diri.

Bagi pemimpin atau penguasa jati diri sangatlah penting, segala rintangan perpecahan, menurunnya nilai demokrasi, tidak meratanya distribusi ekonomi, dan nilai-nilainya merupakan tantangan yang harus di hadapi, terlebih di era digitalisasi informasi, geopolitik dan perubahan paham-paham radikal menjadikan seorang pemimpin harus memiliki jati diri.

Tidak hanya intelektual dan integritas dalam bernegara, seorang pemimpin mesti memiliki jati diri kuat dalam mengarungi lautan kekuasaan. Indonesia memiliki begitu banyak rintangan jika seorang pemimpin tak memiliki arahan atau pijakan maka negara yang di pimpinnya akan mengalami kehancuran dan ketidak stabilan.

Maka dari itu, ditahun-tahun politik pencalonan Capres-Cawapres pada pemilu 2024 salah satu pilar yang harus di tegakan adalah jati diri seorang pemimpin, selain berintegritas dan intelektual soerang pemimpin harus memiliki pijakan serta paham betul pada ideologi negaranya. Karena itu Indonesia beruntung para pendiri bangsa (founding father) mencetuskan ideologi Pancasila sebagai dasar negara. Dimana Pancasila merupakan jalan bagi seseorang menuju kekuasaan.

banner 300x250

Related posts

banner 468x60

Leave a Reply