Habib Sadig al-Habsyi Tekankan Pentingnya Menafsir Ulang Semangat Kepahlawanan Guru Tua

di kegiatan diskusi Online dengan tema Menakar Eksistensi Alkhairaat di Masa Depan dari Sudut Pandang Tokoh Muda Alkhairaat, Sabtu (20/11/2021).

Palu, Tokoh Muda Alkhairaat Mohammad Sadig Alhabsy mengatakan Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufri atau Guru Tua adalah pribadi yang memiliki semangat, pemikiran, dan aktivitas dalam bidang pendidikan, sosial, dan dakwah yang melintasi zaman.

“Tugas kita untuk menafsirkan warisan Guru Tua agar sesuai dengan konteks hari ini,” ungkapnya sebagai narasumber di kegiatan diskusi Online dengan tema Menakar Eksistensi Alkhairaat di Masa Depan dari Sudut Pandang Tokoh Muda Alkhairaat, Sabtu (20/11/2021).

Read More

Menurut Sadig menyuarakan pentingnya memberikan makna baru mengenai Guru Tua dan Alkhairaat bukan baru kali ini.

“Yang berbeda, saat ini saya menggunakan media kekinian, streaming youtube dengan format dialog,” paparnya.

Ia mengaku dialog seperti itu, akan diadakan secara kontinyu dalam beragam topik, dari beragam sudut pandang, dalam konteks semangat kepahlawanan Guru Tua dan Kealkhairatan, bukan hanya di Sulawesi Tengah, melainkan Indonesia dan dunia Internasional.

“Sebagai organisasi terbesar di Indonesia bagian tengah dan timur, sudah saatnya Alkhairaat memberikan sumbangsih pemikiran bagi kemajuan bangsa dan dunia Islam pada umumnya,” harapnya.

Sebagai organisasi menurutnya, modal kekuatan jaringan madrasah dari kota hingga desa, waktunya Alkhairaat bergerak lincah untuk selalu selaras dengan semangat Islam yang ‘shalih likulli zaman wa makan’.

“Oleh karena itulah, kita perlu melihat dan merumuskan kembali jadi diri kita,” tuturnya.

Ia mengatakan lembaga pendidikan yang dikelola oleh Alkhairaat besar secara kuantitas, dari aspek jumlah, namun belum dari aspek kualitas.

“Kita belum melihat satupun lembaga pendidikan di dalam lingkungan Alkhairaat, mulai dari PAUD hingga Universitas yang dijadikan contoh bagi lembaga pendidikan lainnya. Boleh jadi ada yang belum sesuai dari cara kita mengelola kekuatan lebih dari 1500 cabang madrasah,” katanya.

“Berkaca pada Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (Maarif) yang memberikan keleluasaan kepada setiap warganya untuk mendirikan madrasah atas nama mereka, tanpa banyak ikut campur,” tambahnya.

Aspek Sosial menurut Sadig yang merupakan generasi keempat dari Guru Tua,
yaitu menjaga keseimbangan antara kepentingan organisasi dan politik praktis.

“Guru Tua telah memberikan contoh bahwa Alkhairaat, sebagai lembaga tidak terlibat dalam politik praktis, namun beliau memberikan keleluasaan, ruang, dan dukungan kepada siapapun Abna` Alkhairaat untuk terlibat dalam politik praktis,” paparnya.

Selain itu, Guru Tua menjaga relasi silaturahim dengan segenap lapisan masyarakat, tanpa memperdulikan latar belakang suku maupun agama.

“Semua dapat diajak untuk bekerjasama atas nama kebaikan bersama, bangsa dan negara,” katanya.

Dari segi Dakwah, Sadig mengatakan
Guru Tua mengedepankan pendekatan dakwah Islam washatiyyah atau ajaran Islam yang moderat.

Dalam berdakwah, Guru Tua menjaga keseimbangan dan mengerti dalam menempatkan posisi antara kapan harus bersikap tegas dan kapan bersikap lemah-lembut kepada sesama umat Islam maupun kepada kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda.

Ia mengatakan Alkhairaat sebagai organisasi yang besar butuh sistem yang kuat.

“Pemimpin kedepannya harus dari kelompok yang muda agar linca dalam membangun Alkhairaat,” tutupnya.

Related posts

Leave a Reply