Sudah rahasia umum bila kurs mata uang erat hubungannya dengan perekonomian suatu negara. Dalam dunia usaha penguatan mata uang yang terlalu tajam atau sebaliknya anjloknya nilai tukar sungguh tidak menyenangkan. Mengapa demikian? Penguatan mata uang yang terlalu tajam tentu mengurangi daya saing produk perusahaan dalam negeri dengan perusahaan mancanegara. Begitu juga dengan melemahnya mata uang akan memberatkan kinerja suatu perusahaan terutama perusahaan yang sebagian besar komponen usahanya dibeli dengan mata uang asing apalagi jika mempunyai utang valas yang besar. Jadi, memang ada korelasi saham dengan depresiasi mata uang.
Sekarang pertanyaanya, apa hubungan depresiasi mata uang dengan harga saham? Ada beberapa hal yang harus diketahui sebelum mengambil keputusan untuk membeli suatu saham. Pertama, perlu mengetahui orientasi pasar suatu perusahaan apakah export oriented atau domestik. Kedua, komponen produksi yang digunakan apakah dari dalam negeri atau impor. Ketiga, utang luar negeri yang dimiliki emiten.
Depresiasi kurs dengan harga saham
Di atas telah diketahui beberapa prinsip dasar yang perlu dilakukan sebelum membeli suatu saham. Emiten yang mempunyai orientasi ekspor maka nilai tukar akan menjadi faktor yang paling mempengaruhi pendapatan perusahaan. Bila kurs (dalam kasus ini Rupiah) menguat terhadap mata uang asing maka nilai jual produk akan menjadi mahal sehingga pasar luar negeri enggan untuk membeli atau kasarnya order beli akan menurun. Ini tentunya akan mengurangi penjualan perusahaan secara keseluruhan yang pada akhirnya akan berdampak pada perolehan laba.
Seandainya mata uang Rupiah melemah nilai jual produk tentunya menjadi murah sehingga order beli kemungkinan akan meningkat. Namun melemahnya Rupiah dapat juga berdampak pada penurunan pendapatan. Kendati demikian karena nilai jual yang termasuk murah dari negara pesaing lainnya maka volume penjualan dapat digenjot sehingga pendapatan meningkat.
Bicara produk, faktor yang paling mempengaruhi kinerja perusahaan adalah biaya produksi. Perusahaan yang sebagian besar bahan bakunya impor tentunya akan menanggung beban yang lebih berat dibandingkan dengan menggunakan bahan baku lokal. Menguatnya mata uang asing akan memberatkan beban produksi sehingga perusahaan juga akan meningkatkan harga jual produk. Kenaikan harga jual dapat menurunkan minat beli terhadap produk yang dihasilkan suatu perusahaan.
Sebenarnya hal yang paling penting dari itu semua adalah perlunya mengetahui posisi utang luar negeri suatu perusahaan. Utang luar negeri yang cukup besar akan sangat membebani emiten bila mata uang Rupiah melemah terhadap mata uang asing. Artinya perusahaan harus mengeluarkan biaya ekstra untuk membayar utang kepada para kreditor. Tapi bila Rupiah menguat maka perusahaan yang mempunyai utang valas yang besar akan tertolong karena membayar kewajiban lebih murah.
Tips
Secara keseluruhan investor harus mencermati nilai tukar yang berlaku, bila Rupiah menguat biasanya harga saham emiten yang mempunyai utang dalam bentuk valas akan menguat, contohnya ASII, INDF, TLKM, & ISAT.
Disisi lain jika Rupiah melemah hindari saham-saham diatas dan koleksi saham yang pendapatannya tergantung mata uang asing seperti BLTA, AALI, CTBN, CLPI, dan SMDR.