Mimpi Buruk Bitcoin

Foto Dokumen: Representasi mata uang kripto Bitcoin terlihat dalam ilustrasi ini yang diambil 6 Agustus 2021. ANTARA/REUTERS/Dado Ruvic/Ilustrasi

JAKARTA, Bitcoin adalah mata uang kripto primadona dan nilainya sempat terus membumbung pada beberapa tahun ini. Akan tetapi belakangan, nilai Bitcoin terus saja anjlok, bahkan sampai separuh dari titik semula.

Pada November 2021, nilai Bitcoin sempat tembus di angka USD 64 ribu dan seakan tak terbendung. Namun saat ini, nilainya sudah jatuh lebih dari 50%. Sempat berada di titik USD 26 ribu, saat ini Bitcoin kesulitan mencapai lebih dari USD 30 ribu.

Read More

Tumbangnya Bitcoin dan juga mata uang digital lain disebut-sebut terkait dengan tingginya inflasi dan suku bunga di Amerika Serikat dan berbagai belahan dunia lainnya. Namun tetap saja ada keheranan mengapa Bitcoin yang menjadi primadona terus anjlok nilainya.

Mengenai hal itu, Damanick Dantes selaku investor dan analis pasar kripto di CoinDesk menyatakan bahwa dinamika harga Bitcoin mirip-mirip dengan saham perusahaan teknologi yang naik turun dengan cepat.

Dengan kata lain, menaruh harapan dengan investasi pada Bitcoin saat ini tidak banyak bedanya dengan membeli saham perusahaan teknologi yang mungkin punya banyak potensi jangka panjang, akan tetapi nilainya dalam jangka pendek tidak jelas.

Terjadinya pertumbuhan dalam aset semacam itu biasanya dipicu oleh kondisi yang kadang berkolerasi dengan suku bunga rendah. Namun di saat suku bunga naik seperti yang terjadi saat ini dan investor tak lagi mau mengambil risiko, maka penjualan besar-besaran Bitcoin tak terelakkan.

“Investor dan trader saat ini mencari stabilitas, area yang punya value kualitas tinggi. Itu benar-benar berlawanan dengan aset seperti Bitcoin,” kata Dantes yang dikutip dari ABC News.

Harga Bitcoin Diramal Anjlok Terus

Sempat tembus di level USD 60 ribu, nilai Bitcoin saat ini ada di kisaran USD 30 ribu dan seakan sulit melonjak. Bahkan ada ramalan bahwa harga Bitcoin nantinya bakal menurun lebih dalam lagi.

Chief Investment Officer Guggenheim, Scott Minerd, memprediksi bahwa Bitcoin bisa saja nantinya anjlok sampai level USD 8.000. Apabila benar demikian, maka terjadi penurunan sekitar 70% dari nilai saat ini.

“Jika Anda turun di bawah USD 30 ribu secara konsisten, maka USD 8.000 adalah ujung akhirnya. Jadi saya pikir masih ada banyak ruang untuk penurunan (Bitcoin), terutama karena the Fed,” kata dia seperti dikutip dari CNBC, Selasa (24/5/2022).

Minerd merujuk pada kebijakan dari US Federal Reserve yang menaikkan suku bunga dan memperketat kebijakan moneter. Bitcoin sendiri semenjak turun di bawah USD 30 ribu sukar naik lagi secara substansial.

Nilai Bitcoin turun sampai 24% hanya dalam sebulan terakhir. Jika ramalan Minerd benar bahwa harganya tidak bisa tertolong, tentu akan semakin bikin pusing para investor uang kripto.

Ia juga menilai bahwa kebanyakan kripto yang ada saat ini adalah sampah. Akan tetapi khusus Bitcoin dan Ethereum menurutnya akan bertahan lama.

“Kebanyakan mata uang kripto itu bukan mata uang, mereka sampah. Saya juga menilai kita belum melihat pemain kripto yang paling dominan pada saat ini,” cetusnya.

Ia mengilustrasikan kejadian dotcom bubble pada awal tahun 2000-an. Pada saat itu, Yahoo dan America Online dipandang sebagai yang paling sukses. Padahal kemudian, pemain lain seperti Amazon yang paling bersinar. Kejadian serupa mungkin akan muncul di jagat kripto masa depan di mana Bitcoin mungkin bukan yang paling dominan.

Related posts

Leave a Reply