JAKARTA, Ujung kota tak lagi jauh, waktu tak juga ragu ditempuh untuk melintasi metropolitan. Jakarta, sebagai ibu kota tengah berbenah menuju peradaban yang berkelas.
Kota yang tidak pernah tidur tersebut membutuhkan transportasi yang memadai untuk menggerakkan jutaan individu yang tengah mengejar ambisinya di kota.
Moda Raya Terpadu atau MRT menjadi salah satu simbol kemajuan peradaban mobilitas masyarakat melawan jenuhnya kemacetan kota.
Pada tahap pertama, pembangunan tersebut berjalan lancar dan mampu digunakan masyarakat dalam bersahabat dengan waktu, saat melaju menempuh jarak.
Usai tahap pertama, kini tahap kedua siap dibangun sebagai penyempurna jalur evolusi pertama. Pada tahap kedua atau fase 2A akan terdiri atas tujuh stasiun, di mana ketujuh stasiun tersebut berada di bawah tanah.
Di mulai dari Stasiun Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, hingga Stasiun Kota. Fase 2A memiliki panjang 5,8 km.
Dari evaluasi tahap pertama, MRT kali ini menyajikan stasiun yang luas dan terintegrasi dengan berbagai moda transportasi.
Stasiun Thamrin merupakan stasiun yang cukup besar, terbentang hingga sepanjang 400 meter dan berada di bawah tanah kurang lebih 30 meter, sedangkan stasiun paling unik adalah Stasiun Monas, sebab memiliki lokasi tepat di bawah area kompleks Monas, di mana memiliki jalur masuk langsung ke area dalam kompleks itu.
Direktur Utama MRT Jakarta William P. Sabandar menyatakan bahwa kepuasan tingkat pengguna moda transportasi massal di wilayah DKI Jakarta pada 2019 mencapai 82,9 persen.
“Tahun kemarin kita mendapat hasil ‘customer satisfaction’ 82,9 persen, itu tinggi sekali,” kata dia.
Menurut William, MRT Jakarta tidak akan sampai kepada tahap yang sekarang ini tanpa adanya apresiasi yang luar biasa dari publik kepada MRT.
Dia juga menekankan bahwa pengelolaan MRT harus selalu memperhatikan kepada hal-hal yang terperinci, karena bila terjadi kesalahan dalam hal-hal detail maka juga dapat terimbas kepada hal-hal yang lebih besar.
PT MRT Jakarta akan melakukan uji coba publik sistem perjalanan tanpa kartu (cardless) dengan menggunakan QR Code pada Maret 2020.
Terhubung
Untuk mendukung dengan konektivitas lainnya, MRT Jakarta bekerja sama dengan Jak Lingko agar terhubung dengan berbagai fusi moda transportasi yang lebih kecil.
Selain itu, penyediaan lahan parkir sepanjang jalur MRT mulai digalakkan agar penggunaan yang lebih masif bisa dicapai.
Misalnya, pada koridor MRT Lebak Bulus Grab-Bundaran HI akan ditingkatkan optimalisasi layanan Transjakarta serta peningkatan sarana fasilitas pejalan kaki dan pengembangan jalur sepeda.
“Park and ride” atau lokasi penyediaan parkir akan ditambah di sejumlah titik dengan harapan masyarakat akan lebih mudah dalam menggunakan transportasi massal tersebut, seiring dengan diwacanakan akan mahalnya tarif parkir di DKI Jakarta.
Dalam langkah pengintegrasian secara fisik, penataan stasiun mulai digalakkan agar fungsi dari stasiun kereta yang umumnya digunakan KRL lebih optimal.
Stasiun utama yang akan mengalami perombakan pada 2020 adalah Stasiun Tanah Abang, Stasiun Senen, penataan kawasan Stasiun Juanda, dan kawasan Stasiun Sudirman.
Untuk itu, PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek (MITJ) bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) merombak Stasiun Tanag Abang, di antaranya pengoptimalan lahan untuk membuat “shelter busway” Transjakarta khusus, sehingga tidak menutup jalan yang sudah ada.
Dengan perombakan tersebut, nantinya diintegrasikan “microtrans” Jak Lingko di kawasan Tanah Abang, sedangkan bajaj dan angkot juga akan diberikan wilayah khusus.
Menurut Dirut MRT Jakarta William P. Sabandar pekerjaan rumah yang masih belum terpikirkan adalah adanya potensi melubernya pedagang kaki lima di kawasan tersebut.
Ia menjelaskan bahwa pihaknya akan berkoordinasi dengan Pemprov DKI Jakarta dalam melakukan sosialisasi dan penataan para PKL.
Selain itu, dibuat khusus kawasan “drop off” atau pengendapan ojek daring. Untuk pembangunan pengendapan ojek daring tidak hanya di Stasiun Tanah Abang. Hal tersebut juga diimplikasikan di Stasiun Juanda, Sudirman, dan Senen.
“Stasiun Juanda contohnya, setiap pagi kan banyak ojek online (daring) yang menumpuk dan menyebabkan kemacetan, nah nanti akan dibuatkan pengendapan ojol (ojek online) di daerah belakang stasiun, jadinya lebih rapi,” kata dia.
Khusus Stasiun Senen, MITJ menilai akses ke stasiun masih susah untuk dilalui sehingga pihaknya akan berkoordinasi dengan Pemprov DKI untuk membuka lahan yang bisa dilewati pejalan kaki agar langsung terarah ke pintu masuk stasiun dan jalan utama.
Selain itu, “shelter busway” akan dibuat lebih terintegrasi secara langsung dengan Stasiun Senen.
Berbagai perombakan tersebut untuk membuat nyaman para pengguna agar lebih memilih menggunakan transportasi umum. Perombakan serta penertiban kawasan stasiun akan dimulai pada 2020.
Bahkan, seperti Stasiun Juanda dinilai membutuhkan waktu cepat, setidaknya tiga bulan, namun penertiban tersebut juga membutuhkan waktu untuk mendidik para pengguna transportasi agar lebih membiasakan tertib dalam menggunakan fasilitas umum.
Penataan empat stasiun yang dilakukan perusahaan patungan PT MRT, PT KAI, dan Pemprov DKI Jakarta (PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek), yakni Stasiun Juanda, Stasiun Senen, Stasiun Tanah Abang, dan Stasiun Sudirman ditargetkan rampung pada Maret 2020.
Beberapa fasilitas yang akan dihadirkan lewat penataan itu, di antaranya fasilitas penurunan dan pengambilan penumpang ojek daring, area parkir sementara ojek pangkalan, tempat pemberhentian sementara bajaj, plaza pedestrian untuk pejalan kaki, halte bus Transjakarta sebagai fasilitas integrasi, serta perlengkapan transit.
Prinsip penataan empat stasiun itu mengedepankan integrasi antarmoda yang nyaman dan mengutamakan keselamatan, sehingga diharapkan mendorong peningkatan penggunaan angkutan umum masyarakat Jakarta dan sekitarnya. (ant)