JAKARTA, Kementerian Komunikasi dan Informatika sedang mencari jalan agar menemukan keseimbangan antara harga lelang spektrum yang akan dialokasikan untuk jaringan 5G dengan investasi yang dikeluarkan oleh operator seluler.
“Harus konsultasi dengan keuangan jangan sampai ada isu spektrum dijual murah, harus menemukan keseimbangan,” kata Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, Ismail, saat membuka diskusi Seluler Telco Outlook 2020 di Jakarta, Senin.
Ismail mengutip Prancis yang baru saja melelang frekuensi untuk jaringan 5G mulai harga 2,17 miliar Euro, yang dia sebut dengan ‘harga spektakuler’. “Kepentingan kami, spektrum ini digunakan dengan baik,” kata Ismail.
Menurut Ismail, sebelum mengadopsi jaringan 5G, biaya spektrum harus dihitung secara rasional, termasuk model bisnis yang akan diterapkan, agar mendapatkan keuntungan dari 5G, bukan hanya dari segi finansial. “Bagaimana model bisnis untuk spektrum frekuensi ini kita bicarakan,” kata dia.
Pemerintah menyiapkan kandidat spektrum untuk 5G dalam tiga lapis, yaitu spektrum rendah (lower band), spektrum tengah (middle band) dan spektrum tinggi (upper band), yaitu 3,5GHz untuk middle band dan 26GHz di upper band. Kominfo beberapa waktu lalu menyatakan frekuensi 26GHz relatif kosong jika dibandingkan dengan frekuensi lain.