Muktamar adalah permusyawaratan tertinggi di Muhammadiyah sekaligus menjadi momen regenerasi, silaturahmi, dan kolaborasi warga persyarikatan
JAKARTA, Muktamar Muhammadiyah 2022 akan dilaksanakan mulai tanggal 18 November-20 November 2022. Muktamar ini bertujuan untuk memperingati Milad Muhammadiyah yang jatuh pada tanggal 18 November.
Berikut ini serba-serbi Muktamar Muhammadiyah 2022.
Apa Itu Muktamar?
Muktamar Muhammadiyah 2022 adalah peringatan ke-48. Dilansir situs Muhammadiyah, Muktamar adalah permusyawaratan tertinggi di Muhammadiyah sekaligus menjadi momen regenerasi, silaturahmi, dan kolaborasi warga persyarikatan.
Muktamar Muhammadiyah 2022 akan dilaksanakan mulai tanggal 18 November-20 November 2022. Muktamar ini bertujuan untuk memperingati Milad Muhammadiyah. Foto: muktamar48.id
Waktu dan Tempat Muktamar Muhammadiyah 2022
Ada dua muktamar yang akan dilaksanakan tahun ini, yaitu Muktamar Muhammadiyah dan Muktamar ‘Aisyiyah. Kedua muktamar tersebut dilaksanakan pada waktu sebagai berikut.
Lokasi: Surakarta/Solo, Jawa Tengah
Waktu: 18-20 November 2022 M (23-25 Rabiul Akhir 1444 H).
Tema Muktamar Muhammadiyah 2022
Acara Muktamar Muhammadiyah 2022 mengusung tema “Memajukan Indonesia Mencerahkan Semesta”. Adapun, tema Muktamar ‘Aisyiyah ke-48 adalah “Perempuan Berkemajuan Mencerahkan Peradaban Bangsa”.
Logo Muktamar Muhammadiyah 2022
Pihak Muhammadiyah telah merilis logo acara Muktamar Muhammadiyah 2022. Berikut link download logo Muktamar Muhammadiyah 2022.
Sejarah Muhammadiyah
Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H). Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH. Ahmad Dahlan dalam memurnikan ajaran Islam yang menurutnya banyak dipengaruhi hal-hal mistik. Kegiatan ini juga sebagai dakwah untuk wanita dan kaum muda berupa pengajian Sidratul Muntaha
Dalam catatan Adaby Darban, ahli sejarah dari UGM kelahiran Kauman, nama “Muhammadiyah” diusulkan oleh sahabat Kyai Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta. Lalu, Kyai Dahlan memutuskan nama “Muhammadiyah” melalui salat istikharah.
Pada masa kepemimpinan Kyai Dahlan (1912-1923), pengaruh Muhammadiyah masih terbatas di wilayah-wilayah, seperti: Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan, sekitar daerah Pekalongan sekarang. Selain Yogya, cabang-cabang Muhammadiyah juga berdiri di kota-kota tersebut pada tahun 1922.
Lalu, pada tahun 1925, Abdul Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke Sumatera Barat dengan membuka cabang di Sungai Batang, Agam. Kemudian, Muhammadiyah menyebar ke seluruh Sumatra Barat dan bergerak ke seluruh Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan. Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar ke seluruh Indonesia.