JAKARTA, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkap Indonesia masih dibayangi ancaman resesi. Namun resiko resesi yang akan dihadapi Indonesia terbilang rendah, hanya 3%. Hal itu diungkapkan berdasarkan survei yang dilakukan oleh Bloomberg.
“Survey dari Bloomberg ada negara yang risiko resesinya bisa mencapai di atas 70%. Nah tadi ditanyakan Indonesia ada di ujung bawah tapi tetap ditanyain gitu. Kita (Indonesia) relatif dalam situasi yang tadi disebutkan risikonya 3%,” katanya dalam konferensi pers di Nusa Dua, Bali, Rabu (13/7/2022). Meski begitu, Sri Mulyani mengatakan bukan berarti pemerintah tidak waspada terhadap risiko resesi tersebut.
“Ibaratkan negara lainnya potensi untuk mengalami resesi jauh di atas 70%. Ini tidak berarti kita terlena, kita tetap waspada namun pesannya adalah kita tetap akan menggunakan semua instrumen kebijakan kita. Apakah itu fiskal policy, moneter policy di OJK di financial sektor dan juga regulasi yang lain untuk memonitor itu terutama regulasi ekposure dari korporasi Indonesia,” jelasnya.
Sri Mulyani juga meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini masih cukup positif. Ia pun membandingkan dengan kondisi krisis keuangan 2008. “Artinya harus belajar dari krisis global 2008, 2009, sektor korporasi, finansial, APBN, moneter, semuanya mencoba memperkuat diri sendiri pada saat hadapi risiko sekarang ini. Kita dalam situasi daya tahan masih lebih baik, makanya disebut rating lebih kecil,” tutupnya.