JAKARTA, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan ekonomi pada triwulan III-2020 belum bisa tumbuh positif, bahkan bisa tumbuh lebih rendah dari perkiraan pada kisaran minus dua persen hingga nol persen.
“Mungkin lower end dari minus 2,1 persen atau lebih rendah, itu perkiraan terbaru berdasarkan assessment pergerakan dalam dua minggu. Kita berharap tidak terlalu jauh,” kata Sri Mulyani dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan salah satu potensi turunnya proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut karena dimulainya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah DKI Jakarta yang saat ini menyumbang 17 persen PDB nasional.
Untuk itu, ia mengharapkan kebijakan pusat dan daerah yang semakin baik dalam menangani COVID-19 bisa memberikan harapan terhadap pemulihan ekonomi, terutama pada triwulan IV-2020 yang diperkirakan mencapai 0,4 persen-3,1 persen.
“Semua proyeksi ini tergantung dari bagaimana mengelola dan mencegah kenaikan kasus COVID. Saya berharap hubungan pusat daerah yang semakin baik, ada delapan provinsi yang bisa dikendalikan COVID-nya, bisa ikut mempengaruhi ekonomi triwulan empat,” katanya.
Dengan perkiraan tersebut, Sri Mulyani memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada keseluruhan tahun bisa berada pada kisaran minus 1,1 persen – 0,2 persen yang didukung oleh belanja maupun stimulus penanganan dampak COVID-19.
Sebelumnya, Direktur riset Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Piter Abdullah memproyeksikan ekonomi Indonesia pada kuartal III dan IV tahun ini akan membaik, tapi masih mengalami pertumbuhan negatif akibat pandemi.
Menurut Piter, berbagai pemberian stimulus dan bantuan sosial yang diberikan oleh pemerintah selama ini adalah bertujuan agar perekonomian tidak mati dan bukan supaya kembali normal.
Oleh karena itu, ia menuturkan konsumsi dan investasi akan tetap turun selama wabah masih berlangsung, karena insentif belum akan efektif untuk menggerakkan kembali perekonomian.
“Kalau mendorong perekonomian sampai positif itu tidak mungkin, jadi tujuannya adalah menyelamatkan masyarakat agar tetap bisa bertahan hidup,” katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada triwulan II-2020 telah terkontraksi hingga 5,32 persen, karena dampak COVID-19 telah menurunkan kinerja konsumsi rumah tangga.