Spanyol melakukan penutupan terhadap empat kota di wilayah otonomi Catalunya untuk mencegah penyebaran lebih lanjut wabah virus corona jenis baru, COVID-19, mulai Kamis (12/3) pukul 00.00 waktu setempat.
Keempat kota tersebut yakni Igualada, Vilanova del Cami, Santa Margarida de Montbui, dan Odena. Langkah penutupan diambil setelah muncul kasus infeksi yang signifikan di area itu, menurut pejabat kepolisian setempat, Eduard Sallent.
Akibat penutupan yang pertama kali dilakukan Spanyol di tengah wabah corona itu, sekitar 70.000 orang warga akan terdampak.
Awalnya Spanyol tidak melakukan banyak hal untuk merespon kasus infeksi corona. Namun setelah jumlah kasus yang meningkat pekan ini, pemerintahnya mulai melarang penerbangan dari Italia, negara dengan tingkat paparan wabah tertinggi di Eropa, serta memberi peringatan soal perjalanan dalam dan luar negeri.
Kegiatan sekolah dan universitas di seluruh Spanyol dihentikan sementara, setidaknya selama dua pekan; sementara layanan kunjungan ke penjara juga dikurangi.
Di sektor ekonomi, para pengusaha hotel menyebut wabah ini sebagai “tsunami” yang mengancam keberlangsungan bisnis mereka, yang kemudian pemerintah mengumumkan pendanaan untuk menanganinya.
Bantuan dana juga dialirkan langsung kepada otoritas kesehatan pusat dan daerah untuk menutup biaya obat-obatan dan peralatan medis.
Sebagian besar dari paket pendanaan sejumlah 18 miliar euro (hampir Rp300 triliun) yang diumumkan oleh Perdana Menteri Pedro Sanchez akan digunakan untuk membantu membayar pajak usaha kecil selama enam bulan ke depan.
“Ini adalah masa-masa sulit, namun kita pasti akan bisa menanganinya. Kita bisa menghadapi ini dengan persatuan dan rasa tanggung jawab bersama,” ujar Sanchez.
Per 12 Maret 2020, tingkat kematian akibat infeksi virus corona di Spanyol mencapai 84 kasus, tercatat meningkat hampir 80 persen daripada hari sebelumnya.