JAKARTA, Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) Laksamana Madya TNI Dr. Amarulla Octavian memaparkan urgensi penguasaan teknologi roket bagi Indonesia.
Rektor Unhan mengatakan hal itu saat menjadi keynote speaker dalam Webinar Teknologi Roket di Jakarta, Selasa.
Indikator keberhasilan penyelenggaraan pertahanan negara, lanjut dia, tercermin dalam daya tangkal bangsa terhadap setiap ancaman yang membahayakan kehidupan bangsa dan negara baik dari dalam maupun luar negeri.
Dalam paparannya yang bertajuk “Roket Sebagai Alutista Untuk Meningkatkan Sistem Pertahanan Negara”, Octavian membahas soal sistem pertahanan negara, tujuh prioritas teknologi pertahanan, teknologi alutsista roket, roket untuk sistem pertahanan negara, dan perkembangan teknologi roket.
“Di sinilah pentingnya kita penguasaan teknologi roket sebagai daya tangkal. Kalau negara lain tahu kita memiliki kemampuan membuat roket daya jangka luar biasa itu menjadi daya tangkal yang sangat kuat,” katanya dalam keterangan tertulisnya.
Urgensi penguasaan teknologi roket, kata dia, sebagai sistem untuk melakukan pemantauan mengingat letak geografis Indonesia yang terdiri dari kepulauan.
Pemantauan itu tidak sekadar untuk keperluan militer, tetapi dalam berbagai aspek kehidupan seperti iklim, dan pemantauan sumber daya alam.
“Nilai ekonomisnya menjadi kebanggaan nasional. Bisa dibayangkan bila kita memiliki roket yang membawa satelit itu menjadi prestasi Indonesia di tingkat dunia,” katanya.
Teknologi roket yang dimiliki suatu negara, kata dia, menjadikan negara tersebut memiliki tingkat kemandirian dalam peluncuran satelit, baik untuk keperluan sipil maupun untuk kepentingan pertahanan negara.
Mantan Komandan Seskoal ini pun mendukung Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dalam memenuhi kebutuhan alusista TNI serta menyambut baik kerja sama Indonesia dalam pengembangan teknologi dengan sejumlah negara terkait dengan kerja sama transfer teknologi berupa pelatihan, desain manufaktur dan lainnya.
Ia menekankan sinergitas multi disiplin mewujudkan teknologi roket yang mandiri guna meningkatkan sistem pertahanan negara.
Dalam kesempatan itu, Octavian menyambut kerja sama Unhan dan Lapan serta berharap pejabat dan peneliti Lapan untuk bisa memberi kuliah di kampus Unhan.
“Kami butuh asistensi Lapan pada saat membangun laboratorium untuk Fakultas Teknik Militer dan Fakultas Mipa Militer. Ini merupakan kesempatan peningkatan kerja sama antara Unhan dan Lapan,” katanya.
Sementara itu, Kepala Lapan Thomas Djamaluddin mengungkapkan bahwa negara maju adalah yang menguasai teknologi nuklir dan antariksa.
Oleh karena itu, lembaganya terus berusaha mewujudkan kemampuan penguasaan teknologi roket.
Menurut Thomas, pengembangan teknologi roket di Indonesia merupakan sejarah panjang. Sejak Lapan didirikan pada tahun 1963, teknologi roket menjadi teknologi roket yang dikembangkan.
“Karena pada waktu itu Presiden Soekarno mencanangkan apabila Indonesia ingin menjadi negara maju maka dua teknologi yang harus dikuasai, yaitu teknologi nuklir dan teknologi antariksa,” kata Thomas.
Sejak itu dibentuk dua lembaga. Batan mendapatkan tugas pengembangan teknologi nuklir, sedangkan Lapan mendapatkan tugas pengembangan teknologi antariksa, roket menjadi salah satunya.