PT Pindad Menjalin Kerja Sama Dengan Industri Pertahanan Ukraina Untuk Memproduksi Alutsista

Perseroan Terbatas Perindustrian Angkatan Darat (PT Pindad) menjalin kerja sama dengan industri pertahanan Ukraina sebagai upaya untuk memperkuat kemampuan dalam memproduksi dan modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista).

Penandatanganan kerja sama dilakukan Direktur Utama Pindad Abraham Mose dengan Director of Department of SPETS disaksikan oleh Wakil Menteri Pertahanan RI Sakti Wahyu Trenggono di Kiev, Ukraina, Jumat (7/2) waktu setempat.

Read More

Sebagaimana siaran pers yang diterima, Sabtu, Direktur Utama Pindad Abraham Mose menjelaskan bahwa kerja sama dengan SPETS tersebut dalam bidang perbaikan sistem senjata pertahanan udara AAG bernama S-60 kaliber 57 mm.

Sistem senjata buatan Uni Soviet tahun 1950-an ini masih banyak digunakan oleh berbagai negara, termasuk salah satunya adalah Indonesia.

Saat ini, terdapat kurang lebih 236 unit S-60 yang terdiri atas 188 manual unit dan 48 retrofit yang digunakan oleh TNI satuan Arhanud.

“Kerja sama ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan PT Pindad sebagai produsen untuk melakukan perbaikan dan modernisasi sistem senjata tersebut agar AZP S-60 dapat terus digunakan secara maksimal untuk proteksi wilayah udara Indonesia oleh Arhanud,” kata Abraham.

Selain bidang Air Defense, Pindad juga melanjutkan dan melakukan review dari rencana kerja sama terkait BTR-4 yang sebelumnya telah pernah diinisiasi oleh Pindad pada tahun 2014 melalui perjanjian joint production di Indonesia.

“Rencana akan ada joint production BTR 4, di sini terkait dengan penyediaan tank amfibi buat Marinir atau TNI AL. Pindad memperoleh benefit terkait dengan pembuatan ranpur amfibi,” katanya.

Sementara itu, Wamenhan Wahyu Sakti Trenggono mengapresiasi langkah yang dilakukan Pindad yang berkolaborasi dengan industri pertahanan Ukraina.

Wamenhan berharap realisasi kerja sama tersebut menjadikan alutsista Arhanud dapat dilengkapi dengan fire control radar dan surveillance radar yang berkemampuan jarak deteksi hingga 150 kilometer.

“Tak hanya itu, nantinya pengawakan senjata artileri yang normalnya membutuhkan personel hingga delapan prajurit, menjadi hanya membutuhkan satu orang operator karena sistem sudah komputerisasi sangat otomatis yang disebut air defence system,” kata Trenggono.

SFTE (State Foreign Trade Enterprise) SPETStechnoexport merupakan perusahaan yang sepenuhnya berada di bawah kendali atau dikerjakan oleh negara yang bertugas melakukan penjualan ekspor produk dan jasa militer serta dual use ke luar negeri.

SPETS juga merupakan bagian intergral dari Ukroboronprom, yaitu payung gabungan industri militer di Ukraina (the full Ukrainian defence-industrial complex).

SPETS merupakan eksportir berpengalaman di Ukrania yang beroperasi sejak 2000, memiliki jaringan dan akses ke 120 perusahaan negara dan 70 perusahaan swasta manufaktur, 35 biro desain, dan 30 pusat riset baik milik pemerintah maupun swasta.

Sebagai organisasi di bawah Ukroboronprom yang menjadi payung bagi industri militer Ukraina untuk eksporke luar negeri, SPETS memiliki akses ke berbagai industri militer dan produk militer di Ukraina, seperti RPG, kendaraan tempur, serta servis, seperti perbaikan pertahanan udara, salah satunya adalah Anti-Aircraft Gun (AAG) S-60.

Dalam penandatanganan kerja sama itu, hadir pula Duta Besar RI untuk Ukraina, Armenia dan Georgia, Yuddy Chrisnandi, dan Dirtekindhan Kementerian Pertahanan Laksma TNI Sriyanto. (ant)

Related posts

Leave a Reply