Pramuka Berbau SARA, DPP GMNI: Pendidikan Kebangsaan Urgen Jadi Program Ekstrakurikuler

JAKARTA, Salah seorang pembina pramuka mengajarkan yel-yel berbau SARA kepada para siswa peserta kegiatan pramuka di SDN Timuran, Kota Yogyakarta pada Jumat (10/01/2020). Yel-yel berbunyi “Islam Yes Kafir No” yang disisipkan dalam tepuk pramuka itu diketahui oleh seorang wali murid.

Menanggapi hal ini, Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia kembali menegaskan pentingnya pendidikan kebangsaan sebagai program ekstrakurikuler di sekolah.

Read More

Ketua Umum DPP GMNI Arjuna Putra Aldino, mengatakan selama ini program ekstrakurikuler disusupi oleh paham intoleran, baik rohis, pramuka hingga OSIS. Untuk itu, adanya pendidikan kebangsaan sebagai program ekstrakurikuler sangat mendesak untuk diimplementasikan.

“Kemarin kita usulkan pendidikan kebangsaan sebagai program ekstrakurikuler. Saat ini terbukti, program ekstrakurikuler jadi pintu masuk paham intoleran. Maka dari itu usulan kami sangat urgen”, ungkap Arjuna

Menurut Arjuna, usulan GMNI menjadikan pendidikan kebangsaan sebagai program ekstrakurikuler bukan tanpa alasan. DPP GMNI sudah melakukan kajian dan merujuk hasil survei yang dilakukan Maarif Institute selama tahun 2017 di enam provinsi, aktivitas di sekolah setelah jam belajar-mengajar kerap disusupi paham intoleransi, bahkan ektremisme.

“Kami sudah mengkaji dan menginventarisir hasil survei. Hasilnya, program ekstrakurikuler menjadi ladang empuk bagi berkembangnya paham intoleran. Karena minim pengawasan dari pihak sekolah”, tambah Arjuna

Arjuna berpendapat bahwa sudah saatnya pemerintah menjadikan pendidikan kebangsaan sebagai program ekstrakurikuler, jika tidak menurut Arjuna maka sepuluh sampai dua puluh tahun ke depan berbahaya bagi keutuhan dan kebhinekaan Indonesia. Untuk itu, bagi Arjuna menjadikan pendidikan kebangsaan sebagai program ekstrakurikuler tidak bisa ditawar-tawar lagi.

“Ini sudah stadium 4. Tidak bisa ditawar-tawar lagi. Jika pemerintah tidak menjadikan pendidikan kebangsaan sebagai program ekstrakurikuler. Berbahaya bagi masa depan kebhinekaan Indonesia”, tutur Arjuna

DPP GMNI sendiri menurut Arjuna siap untuk menjadi partner pemerintah untuk merancang dan mengaplikasikan program ekstrakurikuler pendidikan kebangsaan secara serius. Karena bagi Arjuna, ini tugas pokok GMNI sebagai organisasi mahasiswa yang berhaluan nasionalisme dan kebangsaan.

“Kami GMNI siap untuk berdiskusi secara serius dengan pemerintah terkait persoalan intoleransi di sekolah. Kami juga siap menjadi garda terdepan mengaplikasikan program ekstrakurikuler pendidikan kebangsaan”, tutup Arjuna

Related posts

Leave a Reply