JAKARTA, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II tahun 2022. Menurut data, pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 3,72 persen (q-t-q) atau 5,44 persen (y-o-y). Angka itu menjadi perkembangan positif bagi Indonesia di tengah situasi ekonomi dunia yang penuh ketidakpastian dan ancaman resesi.
Sementara itu, untuk bagian pengeluaran, BPS mengumumkan adanya pertumbuhan konsumsi rumah tangga jika dibandingkan dengan tahun lalu pada periode yang sama, yaitu 5,51 persen, investasi 3,07 persen, pengeluaran pemerintah -5,24 persen dan ekspor 19,74 persen serta impor 12,34 persen.
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Arif Budimanta mengatakan pertumbuhan ekonomi ini merupakan bentuk pencapaian bersama, terdiri dari pemerintah, dunia usaha, dan elemen masyarakat.
“Pertumbuhan ekonomi yang cukup baik ini karena kolaborasi dan gotong-royong dari seluruh stakeholders ekonomi nasional,” kata Arif dalam keterangannya yang diterima dnews.co.id, Sabtu (6/8/2022).
Jika dibandingkan dengan sejumlah negara, seperti Singapura yang ekonominya stagnan atau tumbuh 0 persen (q-t-q), China yang terkontraksi -2,6 persen (q-t-q) atau Amerika Serikat yang juga mengalami kontraksi -0,9 persen (q-t-q), apa yang dicapai pada triwulan II 2022 perlu disyukuri.
Arif menjelaskan pada triwulan II ada dua momen spesial yang terjadi, yaitu Ramadhan dan Lebaran. Baru tahun ini, sesuai dengan kegiatan tahunan sebelum pandemi, mudik terlaksana yang menyebabkan perekonomian nasional bergerak lebih cepat tanpa menyebabkan lonjakan penyebaran Covid-19. Kegiatan mudik berhasil dilakukan dengan tertib dan tetap menjaga prosedur kesehatan (prokes).
“Ke depan baik pada triwulan III dan IV tahun 2022, perekonomian nasional mempunya prospek yang sangat positif,” ujarnya, Arif melihat kredit perbankan sudah mulai menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, yaitu 10,66 persen (y-o-y) per Juni 2022. Menurut dia, jika momentum-momentum baik dapat terus terjaga dan dikelola dengan baik, ekonomi akan segera pulih.
“Yang perlu diperhatikan adalah bagaiaman agar kinerja ekonomi yang positif ini juga diikuti dengan penyerapan lapangan kerja yang lebih cepat, khususnya pekerjaan di sektor formal. Perlu diingat juga kegiatan produksi harus bergerak lebih cepat untuk merespons konsumsi rumah tangga yang mulai tumbuh sehingga kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dengan harga terkendali,” tambahnya.