Penyebab Fenerbahce Kalah WO Lawan Galatasaray Di Final Piala Super Turki

Foto: gettyimages

SANLIURFA, Fenerbahce memutuskan walk out di tengah laga final Piala Super Turki kontra Galatasaray. Main cuma dua menit, kemudian mundur dari lapangan.

Final Piala Super Turki mempertemukan Intercontinental Derby antara Galatasaray vs Fenerbahce, dua raksasa Istanbul. Laga digelar di Stadion Sanliurfa GAP, Sanliurfa, Turki, Minggu (7/4) waktu setempat.

Read More

Laga baru berjalan sekitar 50 detik, Mauro Icardi langsung menjebol gawang Fenerbahce. Kemudian saat laga berjalan 1 menit 41 detik, tim Fenerbahce mendadak memutuskan mundur dari pertandingan.

Pemain Fenerbahce, yang menurunkan tim U-19, meninggalkan lapangan permainan. Fenerbahce memilih walk out dan rela menyerahkan trofi kepada sang rival.

Apa Penyebabnya?

Melansir BBC, Fenerbahce rupanya protes pada Federasi Sepakbola Turki. Protes itu terkait serangan yang dilakukan suporter Trabzonspor pada laga Liga Super Turki, 17 Maret lalu.

Serangan itu membuat Trabzonspor sempat dihukum larangan bermain tanpa penonton enam laga. Namun setelah banding, sanksinya dikurangi menjadi empat laga saja.

Kemudian dua pemain Fenerbahce juga dihukum larangan bermain satu laga. Keputusan itu membuat Fenerbahce geram, sampai mengancam akan meninggalkan Liga Turki.

Final Piala Super Turki ini juga menjadi laga yang sedianya ditunda. Awalnya laga dijadwalkan pada Desember tahun lalu di Arab Saudi, namun dilarang Arab Saudi setelah kedua tim berencana mengenakan kaus bergambar Mustafa Kemal Ataturk, pendiri Turki, dalam latihannya.

Dalam pernyataanya, Fenerbahce menyebut keputusan mundur ini semata bukan soal agenda pertandingan. Fenerbahce berharap ada perbaikan total dari federasi soal sepakbola Turki.

“Pemberontakan kami hari ini, sikap kami di Piala Super, bukan hanya tentang tanggal pertandingan atau apa yang terjadi di pertandingan tandang terakhir (melawan Trabzonspor),” kata Presiden Fenerbahce Yildirim Ali Koc.

“Ini saatnya sepakbola Turki untuk melakukan ‘reset’. Kami berada dalam periode ketika rawa harus dikeringkan, dan sepakbola Turki harus membangun kembali dirinya sendiri. Tidak perlu mengubah arah.”

“Saya berharap pemberontakan yang dilakukan klub kami dan tindakan yang kami putuskan untuk diambil karena kebutuhan, akan memicu proses pembersihan yang perlu dilakukan. Inilah saatnya ketidakberpihakan, persaingan sehat, dan etika olahraga harus dikedepankan,” ujarnya.

Galatasaray sendiri merayakan gelarnya dengan pesta. Sementara Fenerbahce, yang memang sedari awal berniat menurunkan tim U-19, bahkan tidak mengakui laga final itu meski sempat bermain sebentar.

Related posts

Leave a Reply