Startup lokal saat ini sudah mencapai angka 2.057 buah, namun yang menjadi unicorn hanya empat perusahaan. Indonesia bisa mencontoh beberapa hal dari negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.
SEJATINYA unicorn adalah tokoh kartun rekaan berupa kuda yang bisa terbang dan memiliki sebuah tanduk runcing di atas kepalanya. Tetapi saat ini unicorn tak lagi sebatas kuda terbang bertanduk runcing saja. Namun, unicorn sudah dipakai sebagai sebuah julukan bagi industri pemula rintisan digital atau startup dengan nilai aset investasi (valuasi) mencapai angka US$1 miliar atau jika dirupiahkan mencapai Rp14,2 triliun.
Kata unicorn juga sempat menjadi pembicaraan di jagat maya usai kegiatan debat calon presiden yang digelar oleh Komisi Pemilihan Umum di Jakarta, Minggu (17/2/2019). Debat mempertemukan dua kandidat presiden untuk kontestasi Pemilihan Presiden 2019, Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
Dalam salah satu sesi tanya jawab antarkandidat, Jokowi yang merupakan kandidat petahana (incumbent) melontarkan pertanyaan kepada Prabowo terkait pengembangan unicorn di Indonesia. “Infrastruktur apa yang akan Bapak bangun untuk mendukung pengembangan unicorn-unicorn ?” begitu pertanyaan Jokowi kepada Prabowo pada sesi kelima dalam debat putaran kedua tersebut.
Prabowo lantas bertanya kapada Jokowi unicorn yang dimaksud itu. “Yang online-online itu Pak,” ujar Prabowo menimpali pertanyaan Jokowi.
Kembali lagi kepada cerita soal unicorn untuk sebutan bagi startup dengan valuasi mencapai US$1 miliar, bermula dicetuskan oleh Aileen Lee, pendiri perusahaan modal ventura Cowboy Ventures.
Dalam risetnya pada 2013, Lee telah menemukan hanya 0,07 persen perusahaan teknologi yang menerima investasi dari pemodal ventura bisa bernilai US$1 miliar.
Lantas, dia pun mencari istilah yang tepat untuk mempublikasikan temuannya ini. Sebenanya istilah-istilah itu banyak berkembang.
Jumlah startup di Indonesia sudah melebihi target yang ditentukan oleh pemerintah. Pertumbuhan yang signifikan sepertinya belum diimbangi dengan ekosistem yang menunjang.
Indonesia tidak lagi dalam tahap membangun startup, melainkan ada dalam tahap mengembangkan bisnis rintisan yang ada menjadi unicorn.
Startup lokal saat ini sudah mencapai angka 2.057 buah, namun yang menjadi unicorn hanya empat perusahaan. Indonesia bisa mencontoh beberapa hal dari negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.
Menurut World Bank, Singapura sudah terbaik pertama dalam hal kemudahan membuka bisnis.
Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura memutuskan untuk menjadikan sektor kewirausahaan (entrepreneur) sebagai prioritas utama pembangunan ekonomi rakyatnya. Singapura pun tidak khawatir untuk mendanai pengembangan sektor ini secara besar-besaran karena meyakini akan menjadi tulang punggung terbesar bagi penerimaan negara.
Hasilnya sekarang bisa dilihat. Singapura menjadi negara yang aktif dalam mendanai para pelaku usaha rintisan alias startup. Lain lagi dengan Malaysia. Pemerintah Negeri Jiran membuat jaringan laboratorium analisa bigdata. Tujuannya untuk mengembangkan startup dan meningkatkan keahlian negaranya dalam hal pengelolaan data.
Pemerintah Indonesia sendiri terus mengembangkan para startup lokal. Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah menyiapkan strategi untuk mendukung pengembangan di dalam negeri.
Beberapa unicorn lokal yang berawal sebagai startup yaitu yakni Tokopedia, Bukalapak, Gojek dan teranyar adalah Traveloka. Mereka ini, merupakan motor dari startup lainnya yang bersiap berjaket unicorn.
Saat ini, pemerintah telah menyiapkan investasi, utamanya untuk pengadaan sumberdaya manusia yang akan mengelola startup hingga menjadi sebuah unicorn. Pemerintah, kata Menteri Keuangan Sri Mulyani memprioritaskan tidak hanya dari sisi jumlah, tetapi juga cara mengalokasikannya.
Misal, dalam mendorong pendidikan tinggi maka diperlukan peningkatan kualitas universitas, karena itu pemerintah melalui Kemenkeu telah berbicara panjang dengan beberapa rektor ternama.
Itu dilakukan untuk mewujudkan universitas sebagai pusat pembangunan SDM. Banyak kerja sama yang dilakukan Indonesia dengan institusi yang dianggap memiliki kemampuan riset dan inovasi, yang dilakukan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Kementerian Pendidikan Tinggi dan Riset Teknologi (Kemendiktiristek), universitas maupun lembaga riset di Kemenkeu.
Sementara, dari sisi riset dan pengembangan, Kemenkeu bersama Kemendiktiristek tengah merintis untuk mengidentifikasi jumlah anggaran riset, siapa yang melakukan, dan jenis risetnya.
Dengan begitu, Kemenkeu bisa melakukan pemihakan di dalam belanja misalnya membentuk dana abadi (endowment fund) seperti yang dilakukan LPDP.
Kemenkeu juga mendukung pembangunan dan pemerataan infrastruktur konektivitas di Indonesia, seperti proyek Palapa Ring.
Karena anggaran yang terbatas, skema yang dilakukan menggunakan kerja sama pemerintah dan badan usaha. Dengan begitu, unicorn tidak hanya muncul di Jawa tetapi juga bisa berasal dari daerah lain berkat konektivitas yang kualitasnya setara. “Kemarin disampaikan Bapak Presiden, agar ini bisa merata, infrastruktur konektivitas ekonomi digital itu harus dilakukan,” ujar Sri Mulyani.
Di sektor perpajakan, Kemenkeu bersama-sama industri akan melihat kebutuhan dari pelaku. Apakah dari sisi fasilitasnya, bagaimana bentuk dukungan yang mereka butuhkan.
Capaian Indonesia dalam menghasilkan sejumlah unicorn tak lepas dari ekosistem yang mendukung. Bila ekosistem diperbaiki, mungkin Indonesia akan lebih banyak lagi mendapatkan pengalaman unicorn yang lain.
Dari segi infrastruktur, pemerintah sedang fokus membangun infrastruktur yang dibangun bukan hanya untuk kebutuhan jangka pendek, tapi jangka panjang.
Ini dilakukan dalam membangun SDM menyongsong era industri 4.0, sehingga infrastruktur yang dibangun tidak hanya seperti tol, bandara, pelabuhan laut, dan lainnya, juga tol langit.
Ke depan, Indonesia telah memproyeksikan akan membangun satelit sendiri. Hal itu dilakukan untuk menjadi bangsa yang kuat dan petarung. Untuk menuju ke arah itu, jelas Indonesia perlu memperbaiki cara belajarnya.
Sehingga, ke depan tidak ada lagi pendidikan yang tertinggal karena tidak terhubung dengan internet. Tidak ada lagi Puskesmas yang tidak terhubung dengan internet agar kecepatan pelayanan kesehatan bisa maksimal.
Selanjutnya, pesantren dan madrasah sebanyak 2.000 lebih yang sudah terhubung dengan internet. Bahkan, kantor desa, koramil dan polsek ini menikmati akses internet seperti yang direncanakan. Ini sesuai arah APBN.
Infrastruktur seperti jalan tol misalnya, mobil dan orangnya juga perlu dibangun. Begitu juga unicorn-unicorn ini, ke depan, tahun 2022 akan ada satelit yang bisa menunjang itu semua.
Kementerian Komunikasi dan Informatika sendiri berencana awal April 2019 akan menetapkan siapa pemenang yang merancang, membangun dan meluncurkan satelit tersebut.
“Saat ini, di Google, Apple, dan IBM, tidak lagi membutuhkan ijazah. Tapi, setelah lulus tes, yang diminta adalah akun email-nya. Tidak lagi dipersyaratkan lulusan apa, SD, SMP, atau SMA. Yang penting lulus saat tes. Itulah perkembangan dan dinamika yang terjadi di tingkat global,” ujar Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat (Dismed FMB) 9 bertajuk “Membangun Sumber Daya Manusia Menyongsong Era Industri 4.0: Memastikan Infrastruktur TIK, Industri Manufaktur, SDM Riset, dan Skema Dukungan Anggaran” di Ruang Serba Guna Gedung Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Jakarta, Selasa (12/3/2019).
Indonesia pada tahun 2030-2040 nanti akan mengalami bonus demografi ketika 70 persen dari total penduduk saat itu yang diperkirakan mencapai 297 juta. Artinya sebanyak 200 juta penduduk merupakan usia produktif 15-64 tahun. Terlebih, ekonomi Indonesia akan menguat karena jika ekonomi seluruh negara di ASEAN disatukan akan sama dengan kekuatan ekonomi di Indonesia.
Maka yang dibutuhkan Kominfo, pada tahun 2015-2020 adalah digital talent masuk ke ekonomi Indonesia. Dari mana itu semua didapat? Perguruan tinggi menghasilkan gelar sarjana. Apalagi, saat ini pemerintah fokus pada skill atau vokasional. Setiap tahun Indonesia butuh 600.000 digital talent. Di perguruan tinggi yang lebih ditekankan pada pengetahuan atau gelar sarjana.
Maka, yang harus dikejar untuk menjawab kebutuhan tersebut adalah membuat sekolah talenta digital. Untuk itu, Kemenkominfo membuat akademi digital talent. Pesertanya lulusan SMK, D3, atau S1. Tahun ini disiapkan 20.000 peserta. “Memang terhitung masih sedikit jika dibandingkan kebutuhan yang mencapai 600.000 digital talent,” jelas Rudiantara.
Yang terpenting lagi, saat ini Indonesia telah memiliki sampel. Uji cobanya telah dilakukan tahun lalu. Kemenkominfo telah merekrut 1.000 peserta dari pendaftar 64.000 orang. Hasilnya, yang tersertifikasi 980. Ada 2 persen yang tidak berhasil.
Kominfo telah menghasilkan digital talent yang berdasarkan skill. Mereka masuk kelas yang kerjanya latihan komputer saja. Kominfo bekerjasama dengan 40 lebih perguruan tinggi yang dibutuhkan ketrampilan-ketrampilan hingga bisa langsung cepat kerja. Mulai dari Aceh hingga Papua. “Kita ingin semua generasi muda Indonesia bisa mengikuti ini,” kata Rudiantara.
Presiden Joko Widodo membuat Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital
Semua ekosistemnya, lanjut dia, sudah disiapkan dengan platform karier. Platform ini bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang memang membutuhkan talenta digital. Sehingga, tidak hanya melatih peserta, tapi juga menyalurkan lulusan talenta digital ini ke perusahaan-perusahaan yang membutuhkan. “Pemerintah membangun infrastruktur dengan menyiapkan SDM yang sudah siap untuk bertarung di kancah global. Dengan program ini, Indonesia akan menjadi negara yang lebih maju lagi dari hari ini,” kata dia.
Infrastruktur penunjang unicorn-unicorn yang ada di Indonesia saat ini terus digenjot sesuai arahan Presiden Joko Widodo, yang mencanangkan visi untuk Indonesia menjadi “The Digital Energy of Asia”.
Untuk memantapkan visi tersebut, Jokowi membuat Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital. Kemkominfo pun berharap Indonesia memiliki 1.000 startup di tahun 2020.
Semua ekosistemnya, lanjut dia, sudah disiapkan dengan platform karier. Platform ini bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang memang membutuhkan talenta digital. Sehingga, tidak hanya melatih peserta, tapi juga menyalurkan lulusan talenta digital ini ke perusahaan-perusahaan yang membutuhkan. “Pemerintah membangun infrastruktur dengan menyiapkan SDM yang sudah siap untuk bertarung di kancah global. Dengan program ini, Indonesia akan menjadi negara yang lebih maju lagi dari hari ini,” kata dia.
Infrastruktur penunjang unicorn-unicorn yang ada di Indonesia saat ini terus digenjot sesuai arahan Presiden Joko Widodo, yang mencanangkan visi untuk Indonesia menjadi “The Digital Energy of Asia”.
Untuk memantapkan visi tersebut, Jokowi membuat Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital. Kemkominfo pun berharap Indonesia memiliki 1.000 startup di tahun 2020.