Pembangunan Indonesia Hadapi Tantangan Rendahnya Produktivitas dan Kualitas SDM

JAKARTA, Pembangunan Indonesia sebagai negara maju masih menghadapi sejumlah tantangan besar, terutama dalam hal sumber daya manusia (SDM). Menurut Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, rendahnya produktivitas masyarakat Indonesia menjadi salah satu masalah utama yang harus dihadapi agar Indonesia dapat melangkah lebih jauh dalam pembangunan peradaban bangsa.

Dalam acara BRI Microfinance Outlook 2025 yang berlangsung di International Convention Exhibition (ICE) BSD City, Kamis (30/1/2025), Deputi Bidang Perencanaan Makro Pembangunan Kementerian PPN/Bappenas, Eka Candra, menegaskan bahwa produktivitas adalah modal penting untuk membangun suatu bangsa. Namun, Indonesia masih menghadapi hambatan dalam meningkatkan produktivitas, yang tercermin dari kualitas pendidikan dan kesiapan tenaga kerja.

Read More

Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya produktivitas adalah kualitas sistem pendidikan Indonesia. Berdasarkan skor PISA (Programme for International Student Assessment) yang diukur oleh OECD pada 2022, Indonesia mencatatkan skor 369, jauh di bawah rata-rata negara anggota OECD yang sebesar 478. Dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Malaysia yang memiliki skor 404, Indonesia masih tertinggal. Bahkan, Singapura jauh lebih unggul dengan skor 560.

Selain itu, Indeks Pembangunan Manusia (Human Capital Index) Indonesia yang diukur oleh Bank Dunia juga menunjukkan angka yang rendah, yakni 0,54, sementara rata-rata dunia adalah 0,57. Negara tetangga seperti Malaysia berhasil mencapai angka 0,61, dan Singapura bahkan mencapai 0,88. “Kalau kita lihat, kita masih tertinggal dibanding negara-negara kawasan,” ujar Eka Candra.

Masalah SDM Indonesia juga berdampak pada sektor tenaga kerja. Pemutusan hubungan kerja (PHK) yang marak belakangan ini menyebabkan jumlah kelas menengah, yang merupakan kelompok masyarakat pekerja, semakin menyusut. Hal ini turut menciptakan ketimpangan sosial yang semakin lebar. Data dari Bappenas mencatat bahwa ketimpangan ini tercermin dari peningkatan angka Gini Ratio yang mencapai 0,381 pada September 2024, sedikit lebih tinggi dibandingkan 0,379 pada Maret 2024.

Penurunan jumlah penduduk kelas menengah juga menjadi perhatian utama, dengan jumlahnya menurun dari 57,33 juta orang pada 2019 menjadi 47,85 juta orang pada 2024. “Ini menjadi tantangan besar bagi perekonomian, karena jika tidak segera diatasi, ketimpangan sosial dan ekonomi akan semakin meningkat,” tegas Eka Candra.

Menghadapi tantangan besar ini, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk fokus pada peningkatan kualitas SDM guna mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan memfokuskan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 untuk memperbaiki kualitas SDM, termasuk melalui perbaikan sistem pendidikan dan peningkatan keterampilan tenaga kerja.

Peningkatan kualitas SDM dianggap sebagai kunci untuk mengatasi berbagai tantangan pembangunan Indonesia di masa depan. Jika berhasil, Indonesia memiliki potensi besar untuk meningkatkan produktivitas dan mencapai kemajuan yang signifikan dalam pembangunan peradaban bangsa.

Related posts

Leave a Reply