JAKARTA, PDI Perjuangan menyatakan politik pendidikan itu mencerdaskan kehidupan bangsa dan sebuah proses cetak biru menjadi bangsa pemimpin. “Ia hadir dalam kebijakan, sistem pendidikan, kultur, dan proses saling mencerdaskan guna menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi disertai tradisi berpikir kritis namun tetap membumi pada kebudayaan bangsa,” kata Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto di Jakarta, Ahad.
Hasto menjelaskan bahwa pesan Bung Karno agar ilmu pengetahuan mengabdi pada kemanusiaan itu mengandung makna bahwa pendidikan membebaskan rakyat dari kebodohan, taraf kebudayaan Indonesia makin meningkat, dan diwarnai dengan nilai-nilai luhur bangsa.
“Atas klarifikasi Mendikbud, PDI Perjuangan mengajak seluruh komponen bangsa untuk benar-benar memperhatikan pendidikan sebagai faktor kemajuan bangsa yang begitu penting,” kata Hasto.
Indonesia memiliki rekam jejak sejarah nusantara sebagai bangsa pemimpin. Nusantara dalam perspektif sejarahnya, mengandung kehebatan tentang posisi geopolitik yang begitu strategis sehingga menjadi titik temu dan sintesa peradaban dunia. “Melalui pendidikan yang benar, pendidikan yang sarat dengan nation and character building, dan pendidikan yang memerdekakan, maka pendidikan adalah proses cetak biru dengan pijakan sejarah yang kuat, akan lahirlah semangat untuk hadir sebagai bangsa pemimpin,” katanya.
PDI Perjuangan telah menerima klarifikasi secara langsung dari Mendikbud Nadiem Makarim bahwa kementeriannya tidak akan menghapus pelajaran sejarah. ”Klarifikasi secara cepat dan langsung oleh Mendikbud kami apresiasi. Yang akan dilakukan Kemendikbud adalah upaya menjadikan sejarah sebagai hal yang sangat relevan bagi generasi muda,” kata Hasto.
Sejarah dengan ditampilkan dengan cara yang kreatif, menarik, dan penuh dialog tentang relevansi sejarah tersebut bagi tumbuhnya semangat nasionalisme. “Dengan cara itu, sejarah dapat menginspirasi,” kata Hasto menirukan klarifikasi Nadiem Makarim.
Penjelasan Mendikbud tersebut sangat penting sebagai bagian dari tanggung jawab komunikasi politik agar tidak ada persepsi yang salah atas setiap kebijakan pemerintah. “Ke depan hal-hal yang belum final agar dikelola secara hati-hati supaya berbagai permutasi tersebut tidak menimbulkan persepsi yang berbeda. Pendidikan itu untuk masa depan,” katanya.
Dengan klarifikasi tersebut, kata dia, semua sepakat bahwa sejarah menjadi api semangat dan akar peradaban bangsa.