Nurwayah Soroti Banjir Rob yang Kembali Terjadi, Dukung Giant Sea Wall

Anggota Komisi XII DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Nurwayah (tengah) saat berbicara dalam Rapat Kerja di Kompleks Parlemen, Senayan/Ist

JAKARTA, Banjir rob kembali menerjang wilayah pesisir Jakarta Utara pada Minggu malam (22/6/2025). Genangan air laut merendam permukiman warga di Muara Angke dan kawasan RW 22, Pluit, Penjaringan, dengan ketinggian air mencapai 55 sentimeter.

Menurut laporan Akun Instagram @ilhamapriyanto melaporkan pada pukul 22.00 WIB bahwa air rob mulai menggenangi rumah warga di Muara Angke. Keesokan malamnya, akun @cilincinginfo juga mengabarkan bahwa genangan setinggi 30–40 cm terjadi di Jalan RE Martadinata, bahkan air sudah memasuki jalur rel kereta di depan Jakarta International Stadium (JIS).

Read More

“Air sudah masuk ke jalur kereta depan JIS. Bagi warga, terutama pengendara motor, harap hindari Jalan RE Martadinata,” tulis akun @cilincinginfo dalam unggahannya.

Menanggapi kondisi yang terus berulang ini, Anggota Komisi XII DPR RI, Nurwayah, menyuarakan keprihatinan mendalam dan menyatakan bahwa banjir rob harus dianggap sebagai kondisi darurat lingkungan dan sosial.

“Setiap tahun masyarakat pesisir seperti di Muara Angke menjadi korban banjir rob. Ini bukan lagi sekadar peringatan, tapi kondisi darurat nyata yang harus ditangani secara serius dan sistematis,” ujar Nurwayah kepada wartawan di sela-sela Rapat Paripurna Pembukaan Masa Persidangan IV Tahun Sidang 2024-2025 di Kompleks Parlemen, Senayan, Selasa (24/6).

Berdasarkan prediksi BMKG Kelas I Maritim Tanjung Priok, banjir rob diperkirakan terjadi pada 21–29 Juni 2025, akibat fenomena Super New Moon dan perigee yang jatuh pada 27 Juni 2025.

Perigee merupakan fenomena ketika jarak bulan dengan bumi berada dalam titik terdekat, menyebabkan naiknya tinggi muka air laut secara signifikan.

Wilayah yang berpotensi terdampak meliputi Pluit, Muara Angke, Ancol, Kalibaru, Kamal, Cilincing, Tanjung Priok, dan Kepulauan Seribu.

“Kalau setiap bulan warga harus menghadapi banjir rob selama lima hingga tujuh hari, ini sangat tidak sehat dan berbahaya. Kita butuh perlindungan permanen agar warga tidak hidup dalam ancaman terus-menerus,” kata Wakil Rakyat dari daerah pemilihan Jakarta III (Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Kepulauan Seribu) ini.

Ia menyebut bahwa solusi jangka pendek seperti pompa air dan tanggul darurat sudah tidak relevan lagi. Nurwayah menyatakan dukungan penuh terhadap percepatan pembangunan Giant Sea Wall, proyek strategis nasional yang saat ini tengah dijalankan oleh Menteri Koordinator Infrastruktur, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), atas penugasan dari Presiden Prabowo Subianto.

Proyek ini dirancang membentang sepanjang 500 kilometer dari Banten hingga Jawa Timur, dengan estimasi anggaran mencapai USD 80 miliar atau sekitar Rp 1.297 triliun dan target penyelesaian dalam 15–20 tahun.

“Giant Sea Wall adalah solusi permanen yang dibutuhkan untuk melindungi jutaan warga Jakarta Utara dari ancaman banjir rob yang semakin sering terjadi.,” tegas legislator dari Fraksi Partai Demokrat itu.

Selain solusi struktural seperti tanggul raksasa, Nurwayah juga menyoroti pentingnya pendekatan berbasis alam. Ia menyambut baik kebijakan Menko Infrastruktur AHY yang mengintegrasikan reboisasi mangrove dalam desain Giant Sea Wall.

“Saya sepakat dengan pendekatan integratif. Beton saja tidak cukup. Reboisasi mangrove sangat penting sebagai benteng alami yang menahan abrasi dan membantu ketahanan ekosistem pesisir,” tutupnya.

Related posts

Leave a Reply