Sebuah hasil survei menunjukkan omzet komunitas pemilik toko kelontong yang bernama Sampoerna Retail Community (SRC) berkontribusi sebesar Rp69,3 triliun per tahun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) ritel nasional.
SRC adalah adalah jaringan toko kelontong masa kini terbesar di Indonesia yang tergabung dalam program pembinaan dan pendampingan PT HM Sampoerna Tbk.
Kepala Urusan Komersil dan Pengembangan Bisnis Sampoerna Henny Susanto di Jakarta, Kamis, mengatakan hasil survei bekerja sama dengan tim riset Kompas.com tersebut merupakan tolak ukur SRC dalam memberikan kontribusi terhadap perekonomian.
“Kami berharap, hasil survei ini dapat menginspirasi UKM lainnya agar dapat tumbuh lebih kuat dan berdaya saing tinggi. Ke depannya, kami akan terus berupaya untuk memberikan kontribusi terbaik untuk kemajuan UKM di Indonesia. Kami terbuka untuk bekerja sama dengan semua pihak termasuk pemerintah, karena upaya membutuhkan kerja sama yang baik dari semua pihak,” ujar Henny.
Survei sendiri dilakukan terhadap 452 pemilik toko kelontong di delapan kota yaitu Medan, Palembang, Tangerang, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar.
Hasil survei menunjukkan perubahan positif yang dirasakan oleh pemilik toko SRC terhadap kenaikan transaksi penjualan hingga 58 persen dan omzet yang meningkat hingga 54 persen setelah bergabung dengan SRC. Bahkan, tercatat sebanyak 84 persen pemilik toko SRC mendapatkan sumber penghasilan utamanya dari SRC.
Fakta lain yang didapatkan dari hasil survei adalah SRC memiliki peran strategis bagi pemberdayaan wanita. Tercatat sebanyak 57 persen pemilik SRC adalah wanita, dan 52 persen di antaranya berperan sebagai tulang punggung keluarga.
Henny juga menjelaskan bahwa kehadiran SRC juga berdampak positif terhadap UKM di sekitarnya. Dampak tersebut dirasakan dengan hadirnya Pojok Lokal, yaitu sebuah area khusus di toko SRC yang didedikasikan untuk menjual produk UKM atau produk komunitas dari lingkungan sekitar toko.
Melalui Pojok Lokal, omzet produk UKM tercatat mencapai Rp5,7 triliun per tahun. Rata-rata pelaku UKM yang menjual barangnya di Pojok Lokal mengalami kenaikan omzet sebesar 28 persen.
“Di samping berkontribusi dalam pengembangan UKM di lingkungan sekitar, kehadiran SRC juga berhasil menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Tercatat, sebesar 20 persen pemilik SRC dapat memberdayakan masyarakat sekitar untuk membantu pengelolaan toko,” ujar Henny.
Tidak berhenti di situ, upaya SRC dalam meningkatkan daya saing toko kelontong lewat pembangunan ekosistem digital perlahan mulai membuahkan hasil.
Diluncurkan pada Juli 2019, Pojok Bayar yang merupakan platform untuk melakukan transaksi produk digital seperti pulsa, paket internet menyumbang 4 persen dari total pendapatan toko kelontong SRC.
Selain itu, ekosistem digital SRC juga didukung aplikasi AYO SRC yang diperkenalkan pada Mei 2019. Mengacu pada hasil survei, aplikasi untuk menghubungkan antara pembeli, pemilik toko dan pemasok SRC aktif digunakan oleh 64 persen pemilik SRC untuk mendukung kelancaran usahanya.
Dengan berbagai program pengembangan dan pembinaan toko SRC, Henny mengatakan 93 persen pemilik SRC ingin tetap berada di dalam program pembinaan SRC.
Menurutnya sebagian besar dari pemilik SRC merekomendasikan toko kelontong lainnya untuk ikut mendapatkan pembinaan berkelanjutan ini.
Asisten Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Chairul Saleh menyampaikan apresiasinya terhadap program pembinaan UKM yang dilakukan Sampoerna melalui SRC. Ia mengatakan bahwa SRC sejalan dengan agenda besar pemerintah untuk pemberdayaan UKM.
“Kami menilai ini sudah menjadi terobosan yang sangat berdampak, artinya memang ada sinergi untuk pemberdayaan, bukan hanya terhadap pemilik SRC, tapi juga kepada produk UKM,” ujar Chairul (ant)