Keluarga besar PDI Perjuangan menyampaikan duka yang sangat mendalam atas wafatnya K.H. Sholahuddin Wahid atau Gus Sholah, Minggu malam.
“Gus Solah sosok ulama dan guru bangsa yang sepanjang hayatnya mengabdikan diri bagi tegaknya Pancasila dan NKRI. Beliau sangat kukuh sebagai ulama yang terus menjaga NU pada khitah pendiriannya tahun 1926,” kata Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin.
Di bawah kepemimpinan beliau, lanjut dia, Pondok Pesantren Tebuireng yang begitu legendaris dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, mengalami kemajuan pesat.
Menurut Hasto, secara khusus Ibu Megawati Soekarnoputri juga menyampaikan dukacita dan mendoakan arwah beliau agar husnulkhatimah.
“Komitmen Gus Sholah terhadap Pancasila dan NKRI sangatlah kuat. Kita sungguh kehilangan terhadap sosok ulama dengan pendirian yang sangat kuat dan mewarisi ketegasan sikap K.H. Wahid Hasyim tersebut,” ujarnya.
Hasto menambahkan bahwa almarhum selalu mengingatkan semua agar menjaga negeri ini agar tetap solid dan kukuh, serta menjaga keragaman negeri ini.
Di akhir hidupnya, Gus Sholah kembali ke pesantren sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Almarhum pun hendak mengingatkan semua perihal pentingnya pesantren sebagai soko guru kemajuan bangsa.
“Peran pesantren dalam lintasan sejarah sangat penting dalam mewujudkan kemerdekaan dan menjaga cita rasa kebangsaan kita. Jasa almarhum akan selalu dikenang oleh kita semua, khususnya keluarga Besar PDI Perjuangan,” tutur Hasto.
Gus Sholah wafat dalam usia 77 tahun pada hari Minggu (2/2) pukul 20.55 WIB usai kritis menjalani perawatan di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta.
Gus Sholah merupakan adik dari mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Dari laman media sosial putra Gus Sholah, Irfan Wahid (Ipang Wahid), dia memintakan permohonan maaf dari almarhum ayahnya jika ada kesalahan.
“Mohon dimaafkan seluruh kesalahan,” tulis Ipang di laman Facebook dan Twitternya. (ant)