Upaya penguatan keamanan nuklir harus dilaksanakan secara komprehensif, tidak hanya menyasar pada material nuklir untuk tujuan damai, tetapi juga pada material nuklir untuk keperluan militer dan persenjataan, kata Wakil Tetap Republik Indonesia di Wina Dubes Dr Darmansjah Djumala dalam 2020 International Conference on Nuclear Security (ICONS) of the International Atomic Energy Agency (IAEA) di Kantor PBB Wina.
Konferensi yang diadakan sejak tanggal 10 hingga 14 Februari 2020 itu, dihadiri tidak kurang 2.000 delegasi dari 130 negara, dan dibuka Dirjen IAEA Rafael M Grossi.
ICONS tahun ini berhasil mengadopsi Deklarasi Menteri yang akan menjadi pedoman kebijakan aktivitas keamanan nuklir IAEA.
Selain itu, deklarasi juga menegaskan kembali tiap negara memiliki kewajiban fundamental mengontrol semua material nuklir dan radioaktif yang berada di bawah pengawasannya. Sedangkan IAEA dituntut untuk tetap memainkan peranan sentral dalam memfasilitasi kerja sama internasional keamanan nuklir.
Indonesia mendukung adopsi deklarasi telah meratifikasi sejumlah instrumen kunci internasional seperti Konvensi Perlindungan Fisik Material Nuklir (Convention on Physical Protection on Nuclear Material/CPPNM) dan Konvensi Internasional Penanggulangan Tindakan Terorisme Nuklir (International Convention on the Suppression of Acts of Nuclear Terrorism/ICSANT).
Hal itu adalah bukti nyata komitmen dan kontribusi Indonesia memperkuat arsitektur keamanan nuklir global, ujarnya.
Pada akhir pernyataannya, Dubes Djumala bertindak selaku Ketua Delegasi RI mengingatkan sekali pun keamanan nuklir penting, namun bagi Indonesia hak tiap negara atas pemanfaatan teknologi nuklir untuk tujuan damai merupakan prioritas utama yang tidak boleh dihalangi.
Turut serta dalam Delegasi RI adalah Kepala BATAN Prof Anhar Riza Antariksawan dan Kepala BAPETEN Prof Jazi Eko Istiyanto.
ICONS merupakan pertemuan tingkat menteri untuk saling bertukar pikiran mengenai pengalaman dan capaian tiap negara dalam memperkuat keamanan nuklir untuk mencegah jatuhnya material nuklir dan radioaktif ke tangan pihak-pihak yang tidak berhak, seperti kelompok kriminal dan teroris.
ICONS diadakan setiap tiga atau empat tahun sejak 2013 di Wina.