GORONTALO, Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo bergerak cepat menuntaskan vaksinasi COVID-19 dengan target pada November 2021 agar sesuai dengan target nasional.
Selain itu, masih terus berupaya menekan angka penularan kasus virus corona baru itu di daerah tersebut.
“Gerak cepat ini pun bukan sekadar menuntaskan target yang ingin dicapai. Namun lebih dari itu, tidak boleh ada lonjakan kasus positif COVID-19 di daerah ini,” kata Bupati Gorontalo Utara Indra Yasin.
Data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Gorontalo Utara, per Juli 2021, jumlah warga di daerah pesisir utara Provinsi Gorontalo itu, sekitar 125 ribu jiwa, sedangkan data Dinas Kesehatan setempat menyebut total sasaran vaksinasi 99.908 orang, dengan realisasinya terdiri atas 22.201 orang menerima vaksin dosis pertama atau 22,22 persen dan 12.125 orang dosis kedua (12,14 persen). Vaksinasi dosis ketiga belum dilaksanakan. Total warga telah divaksin 34.326 orang (34,36 persen).
“Belum mencapai 50 persen, dan ini menjadi PR (Pekerjaan Rumah) besar bagi pemerintah daerah,” katanya.
Beberapa langkah strategis harus diambil meski terjadi penolakan. Penolakan atas suatu kebijakan sebagai hal biasa. Kebijakan pemerintah untuk kemaslahatan orang banyak.
Pemkab menargetkan 20 orang divaksin setiap hari di setiap desa. Dengan pelaksanaan di 123 desa yang tersebar di 11 kecamatan, akan ada 2.460 orang mendapatkan vaksinasi COVID-19 setiap hari, di luar pelaksanaan di 15 puskesmas dan Gerai Vaksinasi yang disiapkan di lokasi strategis, seperti pasar dan pusat kecamatan.
Diperkirakan angka optimistis dalam 10 hari ke depan, lonjakan penerima vaksin dapat menembus 20 ribu orang lebih.
“Kita bergerak cepat agar kekebalan tubuh bersama di daerah ini segera tercapai dan November 2021 tuntas vaksinasi dapat tercapai,” katanya.
Saat ini, angka penerima vaksinasi COVID-19 untuk masyarakat umum per hari telah menembus 500 orang tersebar di tiga kecamatan. Jika dihitung secara keseluruhan dari 11 kecamatan, tentu pertambahannya cepat.
Pemerintah daerah juga berinovasi dalam vaksinasi di setiap Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam lingkup kewenangannya. Sasaran vaksinasi pelajar usia 12-17 tahun mencapai 14.324 orang. Data sementara, yang telah divaksin dosis pertama 390 orang (2,72 persen) dan dosis kedua 130 orang (0,91 persen).
Pemerintah daerah meminta Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan berkonsentrasi dalam vaksinasi terpusat bagi pelajar melalui Gebyar Vaksinasi di sekolah. Langkah inovatifnya berupa kebijakan membuka pembelajaran tatap muka di sekolah, dengan syarat hanya berlaku untuk pelajar yang telah divaksin.
“Sekolah akan meminta persetujuan orang tua untuk menerima vaksinasi COVID-19, di mana satu orang pelajar diantar oleh minimal satu orang tua. Diantar kedua orang tua juga sekaligus ikut divaksin tentu akan lebih baik. Inovasi ini diharapkan mendapat dukungan penuh agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar secepatnya berlangsung tatap muka,” kata Bupati Indra.
Peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar terutama di kelas sebagai tidak tergantikan sehingga vaksinasi untuk kalangan pendidikan harus dilakukan agar KBM bisa berjalan normal.
“Saya dapat merasakan kondisi psikologi seluruh pelajar,” kata mantan guru Taman Kanak-Kanak itu.
Dukungan
Wakil Ketua III Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 Gorontalo Utara yang juga Kapolres Gorontalo Utara AKBP Dicky Irawan Kesuma mengatakan pihaknya terus mendukung vaksinasi di daerah itu dengan ikut membuka Gerai Vaksinasi di lokasi-lokasi strategis.
“Kita memulai sistem ‘jemput bola’ dengan menyiapkan Gerai Vaksinasi COVID-19 di area-area publik, seperti pasar-pasar yang menjadi lokasi strategis didatangi masyarakat, dalam upaya meningkatkan capaian vaksinasi di daerah ini,” katanya.
Tujuannya meningkatkan persentase capaian target harian dan target kabupaten yang masih rendah. Hingga saat ini, masih 77 persen target vaksinasi yang harus dicapai daerah itu.
Upaya percepatan vaksinasi di daerah itu, tidak bisa hanya mengandalkan pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama atau puskesmas. Namun, perlu inovasi untuk menaikkan persentase capaian.
Relatif banyak masyarakat setempat enggan ke puskesmas untuk divaksin, antara lain terpengaruh hoaks vaksinasi, takut disuntik, tidak ada biaya cukup untuk transportasi bagi mereka yang tinggal di tempat yang jaraknya cukup jauh dari puskesmas.
Saat ini, langkah yang perlu lebih banyak dilakukan adalah edukasi untuk menangkal hoaks dan kebijakan aplikatif dengan langsung menggelar Gerai Vaksinasi.
“Masyarakat diundang. Setiap hari kita mengajak dengan mengundang agar masyarakat mau dan tidak takut divaksin. Apalagi vaksin tidak serta merta disuntikkan sebab ada rangkaian pemeriksaan kesehatan yang harus dilalui,” katanya.
Membuka Gerai Vaksinasi di pasar merupakan salah satu strategi mendekatkan pelayanan vaksinasi kepada warga, sedangkan masih terjadinya penolakan vaksinasi oleh sebagian masyarakat, dinilai sebagai hal wajar.
Mengingat pasar tempat publik sedangkan vaksinasi sebagai kewajiban untuk mencegah penularan virus, orang yang akan datang ke tempat publik harus sudah divaksin agar tidak mudah tertular ataupun yang terpapar tidak mudah menularkan virus.
Bisa saja warga boleh tidak mengikuti vaksinasi, tetapi ia jangan mendatangi tempat publik. Mereka yang mau divaksin disilakan mendatangi puskesmas atau Gerai Vaksinasi.
“Kita tidak melarang-larang tapi kewajiban vaksin telah disertai dengan penyiapan fasilitas yang mudah ditemukan di tempat strategis,” katanya.
Saat ini, lonjakan masyarakat yang mau divaksin sangat positif. Dari yang setiap hari hanya 3 hingga 4 orang, bahkan tidak ada lagi yang mau divaksin, saat ini menjadi 100 orang lebih per hari divaksin di setiap gerai.
Respons warga untuk mengikuti vaksinasi itu perlu disambut positif. Polri bersama TNI serta seluruh komponen dalam Satgas COVID-19 di daerah itu siap mengawal pelaksanaan vaksinasi.
Wakil Ketua I DPRD Gorontalo Utara Roni Imran mengatakan pihak legislatif memberi dukungan penuh terhadap pelaksanaan vaksinasi. Bahkan, seluruh anggota DPRD setempat telah menerima vaksin lengkap sejak awal 2021 mengingat kegiatan tersebut untuk kepentingan bersama.
“Kita harus sehat bersama, tidak boleh setengah-setengah, apalagi peningkatan kasus positif COVID-19 cukup signifikan di daerah ini,” katanya.
Penularan virus corona baru di Provinsi Gorontalo, khususnya di wilayah satu-satunya di bagian utara Gorontalo ini, tergolong cepat dan signifikan.
Masalah kesehatan, terutama terkait dengan pandemi virus, mengancam keberlangsungan hidup masyarakat. Aktivitas di ruang publik juga terancam terhenti. Oleh karena itu, seluruh komponen harus bergerak lebih cepat, lebih masif dalam vaksinasi COVID-19.
DPRD mendukung penuh alokasi anggaran untuk penanganan pandemi COVID-19.
“Tahun Anggaran 2021 ini, ada sekitar Rp12 miliar dari APBD kabupaten, dan dalam APBD Perubahan 2021, DPRD menggeser Rp2 miliar anggarannya untuk menambah alokasi anggaran penanganan COVID-19, yang disiapkan untuk keperluan menyeluruh, baik belanja bahan medis habis pakai (alat skrining, sarung tangan medis, jarum suntik, baju hazmat, dan lainnya), obat-obatan, vitamin, juga insentif tenaga kesehatan,” katanya.
Ia menyebut kondisi pandemi tergolong darurat sehingga langkah pemerintah di tingkat pusat dan daerah harus didukung penuh.
Roni mengilustrasikan tentang pandemi COVID-19 sebagaimana masyarakat sedang menumpang kapal yang akan tenggelam. Pemerintah melemparkan pelampung, di mana ada yang mengambil dengan cepat, ada yang pelan-pelan, namun ada yang enggan mengambilnya, padahal kondisi sudah darurat, kapal segera tenggelam.
Oleh karena itu, masyarakat diimbau mau divaksin. Vaksin yang digunakan sebagai aman untuk kesehatan, sedangkan penyuntikan melalui proses, seperti penapisan.
“Jangan takut, jangan percaya hoaks, vaksin aman, halal, dan menyehatkan,” katanya.
Ratna Badu, penjual jagung pipil rebus di pasar tradisional Moluo, Kecamatan Kwandang, mendukung vaksinasi.
“Saya siap divaksin. Namun saya mendengar informasi jika orang dengan penyakit darah tinggi dan asam urat, tidak dapat divaksin,” kata ibu kelahiran 1967 itu.
Ia berharap, pemerintah dapat memikirkan kondisi masyarakat seperti yang dialaminya.
Ketakutan muncul akibat penyakit penyerta dan bukan karena tidak mendukung vaksinasi COVID-19.
Penularan COVID-19, dia mengaku, membuat penghasilannya menurun drastis sehingga pandemi harus ditangani agar berakhir dan kehidupan menjadi normal.
Athen, pedagang ikan segar dari Desa Leboto, Kecamatan Kwandang, mengaku pendapatannya berkurang drastis karena dampak pandemi.
Pembatasan orang masuk pasar karena kebijakan penanganan pandemi, membuat ia tidak mendapatkan keuntungan yang cukup sebagai pasar menjadi sepi pembeli.
“Saya mengalami kerugian besar karena biaya modal tak kembali padahal harus menghidupi delapan orang anak. Kondisi ini sangat menyulitkan bahkan membingungkan,” katanya.
Ia berharap, pembatasan orang ke pasar dikaji ulang sehingga tidak merugikan pedagang.
“Saya sendiri sudah beberapa kali mencoba divaksin COVID-19. Namun saya penderita diabetes mellitus dengan kadar tinggi hingga pernah mencapai 600, sehingga penundaan (vaksinasi, red.) terus terjadi,” katanya.