Film Nasional Bergairah, Investor Tertarik Tambah Bioskop

JAKARTA, Gencarnya pembuat maupun penonton film di Indonesia membuat perusahaan jaringan sinema asal Meksiko, Cinepolis, tertarik untuk melebarkan sayapnya di Indonesia.

Di tahun ini saja, terdapat cukup banyak film Indonesia yang berhasil menembus angka hingga jutaan selama penayangannya. Misalnya, “Dilan 1991” yang meraih 5,235,411 penonton, “Dua Garis Biru” dengan 2,538,473 penonton, dan “My Stupid Boss 2” dengan 1,876,052 penonton.

Read More

Menurut CEO PT Cinemaxx Global Pasifik Gerald Dibbayawan saat ditemui di Jakarta, Rabu, tingginya pertumbuhan dari industri film nasional akan semakin lebih progresif apabila didukung dengan peningkatan jumlah layar.

“Industri film Indonesia terus bertumbuh. Dan menurut saya, jika didukung dengan layar yang semakin dinamis, akan menjangkau lebih banyak lagi penonton domestik,” kata Gerald.

Selain itu, Indonesia dengan demografi penduduk yang didominasi oleh milenial dan generasi z, juga menjadi salah satu faktor mengapa Cinepolis membuka cabang di Indonesia.

“Indonesia sangat besar secara populasi dan adalah young country, dengan banyak anak muda. Indonesia adalah market yang besar tapi screen-nya belum banyak, sehingga ada opportunity buat kita membuat screen lebih banyak lagi,” paparnya.

Lebih lanjut, Gerald menilai bahwa apabila pembuat film juga terus membuat film-film berkualitas, tentu akan mempengaruhi dinamika pertumbuhan jumlah penonton dalam negeri.

“Menurut saya selama pembuat film terus membuat film-film bagus dan berkualitas, target penjualan tiket dan sebagainya (bagi bioskop) tidak akan menjadi tantangan yg berarti,” ujarnya.

Targetkan 20 Juta Tiket di 2020

Perusahaan jaringan bioskop Cinepolis menargetkan sebanyak 20 juta tiket bioskop terjual pada tahun 2020.

“Goal untuk 2020, kami menargetkan 20 juta tiket (film bioskop) akan terjual,” ungkap CEO PT Cinemaxx Global Pasifik Gerald Dibbayawan saat ditemui di Jakarta, Rabu.

Gerald mengklaim bahwa pihaknya telah berhasil menjual 15-16 juta tiket hingga awal Desember 2019, sehingga ia cukup optimis dengan target tersebut.

“Tahun ini kurang lebih 15-16 juta (tiket terjual) dan pertumbuhannya cukup konsisten seiring dengan tingginya minat masyarakat Indonesia untuk nonton bioskop,” kata dia.

Bicara mengenai ketertarikan masyarakat yang semakin tinggi untuk menonton bioskop, Gerald juga berharap pihaknya dapat ikut berkontribusi dalam penambahan jumlah layar di Indonesia.

“Saat ini ada sekitar 2.000 layar untuk melayani 264 juta penduduk di Indonesia, dan ini merupakan persentasi yang kecil,” kata Gerald.

“Kami memproyeksikan akan ada 7.000 layar di Indonesia dalam kurun waktu 5-7 tahun mendatang, dan berharap untuk menjadi salah satu yang ikut mendominasi dari 7.000 layar itu,” ujarnya melanjutkan.

Lebih lanjut, dengan harga tiket bioskop di Indonesia yang relatif stabil, bisa semakin mendorong masyarakat untuk menjadikan bioskop sebagai tempat untuk mendapatkan hiburan yang nyaman.

“Menurut saya, tiket bioskop itu relatif stabil. Dan kita ingin mengundang orang-orang untuk menjadikan bioskop sebagai tempat hiburan yang nyaman dan terjangkau,” kata dia. (ant)

Related posts

Leave a Reply