Fakta- Fakta Saat Teks Proklamasi Dibacakan dan Diberitakan

Soekarno membacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang sudah diketik oleh Sayuti Melik dan telah ditandatangani oleh Soekarno-Hatta. Foto: Wikipedia

JAKARTA, Teks proklamasi kemerdekaan Indonesia otentik dibacakan di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat. Jalan ini kini bernama Jalan Proklamasi, ditandai dengan adanya Tugu Proklamasi di kawasan ini.

Pembacaan Proklamasi dihadiri oleh sekitar 500 orang dari berbagai kalangan. Masyarakat yang hadir membawa apapun yang bisa digunakan sebagai senjata. Berikut sejumlah fakta saat teks proklamasi dibacakan dan diberitakan di berbagai daerah.

Read More

Fakta Pembacaan Teks Proklamasi dan Pemberitaannya

Hadirin Membawa Senjata

Sekitar 500 orang hadir saat pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat. Para hadirin membawa apapun yang bisa digunakan sebagai senjata. Kendati Jepang sudah dikalahkan Sekutu dan suasana di Jakarta masih kondusif, Bala tentara Dai Nippon (Jepang) masih berada di Jakarta, seperti dikutip dari Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas 10 oleh Windriati, S.Pd.

Awalnya Akan Dibacakan di Lapangan Ikada

Awalnya, teks proklamasi kemerdekaan Indonesia akan dibacakan di Lapangan Ikatan Atletik Djakarta (Ikada), yang kini menjadi bagian di pojok timur Lapangan Merdeka Monas. Namun, tempat pembacaan proklamasi dipindahkan ke kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur 56 karena dikhawatirkan terjadi pertumpahan darah di Lapangan Ikada.

Saat itu, sekitar 100 anggota Barisan Pelopor sudah tiba di Lapangan Ikada. Akibatnya, mereka harus berjalan lagi ke Pegangsaan Timur. Para anggota Barisan Pelopor pun tiba terlambat dan menuntut pembacaan ulang Proklamasi. Namun, permintaan ini ditolak dan hanya diberikan amanat singkat oleh Mohammad Hatta.

Disiarkan di Radio setiap Setengah Jam

Penyebaran kabar proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 di Jakarta dilakukan secara cepat dan segera menyebar luas. Di hari itu juga, teks proklamasi sampai di tangan Kepala Bagian Radio dari Kantor Berita Domei (kini Kantor Berita ANTARA) Waidan B. Palenewen. Kantor Berita Domei (Kantor Berita Gabungan) adalah kantor berita resmi Kekaisaran Jepang.

 

Teks proklamasi itu diterima dari wartawan Domei, Syafruddin. Waidan memerintahkan markonis F. Wuz untuk menyiarkan berita proklamasi berturut-turut di Radio Domei, seperti dikutip dari Mengenal Indonesia: oleh Aku Cinta Indonesia, Tak Kenal Maka Tak Sayang oleh Boli Sabon Max.

Baru dua kali disiarkan, orang Jepang masuk sambil marah-marah karena berita proklamasi sudah tersiar melalui udara. Kendati demikian, Waidan meminta F. Wuz terus menyiarkannya sehingga berita proklamasi disiarkan setiap 30 menit sekali sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti.

Akibatnya, pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita proklamasi dan menyatakannya sebagai kekeliruan. pada 20 Agustus 1945, pemancar tersebut disegel Jepang dan pegawainya dilarang masuk.

Sempat Terlambat di Berbagai Daerah

Berita proklamasi juga disebarkan secara langsung oleh para utusan daerah yang menghadiri sidang PPKI. Namun, wilayah Indonesia sejak 1945 sudah sangat luas, sementara medium komunikasi dan transportasi saat itu masih sangat terbatas.

Di samping itu, rakyat Indonesia juga masih mendapat larangan untuk menyebarkan berita proklamasi oleh pasukan Jepang di Indonesia. Alhasil, berita proklamasi terlambat sampai di sejumlah daerah, terutama di luar Jawa.

Mendirikan Pemancar Baru

Meskipun pemancar di kantor Domei disegel, pemuda bersama pembaca berita Radio Domei Jusuf Ronodipuro membuat pemancar baru dengan bantuan teknisi radio, antara lain Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar. Mereka mendirikan pemancar baru di Menteng 31, dengan kode panggilan DJK 1. Dari sini, berita proklamasi kemerdekaan lanjut disiarkan.

Masuk Koran hingga Coretan Gerbong Kereta

Usaha pemuda dalam penyebarluasan kabar proklamasi juga dilakukan lewat media pers dan surat selebaran. Hampir semua harian di Jawan dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

 

Harian Suara Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang memuat berita proklamasi. Beberapa tokoh pemuda yang berjuang lewat media pers antara lain B.M. Diah, Sayuti Melik, dan Sumanang.

Proklamasi kemerdekaan juga disebarluaskan pada rakyat Indonesia lewat pemasangan plakat, poster, sampai coretan di tembok dan gerbong kereta api. Contohnya yakni coretan slogan Respect Our Constitution, August 17!!! (Hormatilah Konstitusi Kami, 17 Agustus!!!)

Melalui berbagai cara dan media di atas, berita proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat tersebar luas di wilayah Indonesia dan luar negeri, kendati Belanda tidak mau mengakui kemerdekaan Indonesia sampai 27 Desember 1949. Pihak penjajah ini beranggapan, Indonesia diserahkan pada Sekutu pada 1945, bukan dibebaskan oleh Jepang.

Suara Soekarno adalah Rekaman Tahun 1951

Suara asli Soekarno saat membacakan teks naskah proklamasi yang sering diputar di media hari ini bukanlah suara asli yang direkam pada 1945. Namun, suara itu adalah suara Soekarno yang direkam pada 1951 di studio Radio Republik Indonesia (RRI) yang sekarang bertempat di Jalan Medan Merdeka Barat 4-5 Jakarta Pusat.

Dokumentasi berupa suara asli Soekarno saat membacakan isi naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia tersebut terwujud atas prakarsa salah satu pendiri RRI, Jusuf Ronodipuro, yang sebelumnya menjadi pembaca berita Radio Domei dan penyebar berita proklamasi pada 1945 di Menteng 31.

 

Related posts

Leave a Reply