BANDUNG, Seruan kuat dukungan terhadap Palestina menggema dalam Konferensi Aktivis Palestina Asia-Pasifik untuk Al-Quds dan Palestina (KPIPA) yang digelar di Bandung dalam rangka memperingati 70 Tahun Konferensi Asia-Afrika. Anggota Komisi I DPR RI, Sarifah Ainun Jariyah, mewakili Parlemen Indonesia menegaskan komitmen Indonesia yang tak tergoyahkan terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina.
“Kita berhimpun dalam satu semangat, semangat perlawanan terhadap penjajahan, semangat solidaritas lintas bangsa, dan semangat pembebasan Palestina yang tak pernah padam,” ucap Sarifah dalam pidatonya yang penuh semangat.
Sarifah menyatakan bahwa isu Palestina bukan sekadar diplomasi politik, melainkan persoalan nurani kemanusiaan yang menjadi bagian dari identitas dan prinsip bangsa Indonesia. Ia mengingatkan bahwa komitmen ini tertanam dalam sejarah sejak era Presiden Soekarno, yang lantang menyuarakan kemerdekaan Palestina dalam Konferensi Asia-Afrika pertama tahun 1955.
“Dukungan kita bukan basa-basi diplomatik, tetapi sebuah komitmen abadi yang ditanam dalam konstitusi, ditanam dalam sejarah, dan tumbuh dalam hati rakyat Indonesia,” tegas politisi dari Fraksi PDI Perjuangan tersebut.
Sebagai anggota Komisi I DPR RI yang membidangi urusan luar negeri, Sarifah menegaskan peran aktif DPR dalam mendukung kebijakan luar negeri pro-Palestina. Ia juga mengapresiasi langkah konkret Indonesia seperti pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza.
“Rumah sakit ini berdiri bukan hanya dengan dana, tapi dengan air mata dan doa dari rakyat Indonesia. Dan hari ini, rumah sakit itu menjadi benteng kemanusiaan di tengah reruntuhan dan penderitaan,” ujar Sarifah.
Dalam kesempatan tersebut, Sarifah juga mengumumkan rencana pembangunan Rumah Sakit Ibu dan Anak di Gaza, sebagai simbol kasih sayang dan kepedulian rakyat Indonesia kepada perempuan dan anak-anak Palestina.
Di hadapan lebih dari 400 aktivis dari berbagai negara Asia dan Afrika, Sarifah menyerukan pentingnya perlawanan yang terorganisasi, kampanye publik yang masif, dan aksi kemanusiaan yang berkelanjutan. “Konferensi ini adalah titik balik perlawanan, titik balik penguatan jaringan, dan titik balik persatuan kekuatan Asia-Pasifik,” ujarnya.
Ia menutup pidatonya dengan pesan solidaritas yang menggugah: “Kepada saudara-saudari kami di Gaza dan Palestina, kami bersamamu, dalam suara, dalam langkah, dalam doa, dan dalam setiap detak perjuangan. Kami akan terus menyuarakan keadilan sampai Palestina merdeka.”
Konferensi KPIPA ini diinisiasi oleh Koalisi Perempuan Indonesia Peduli Al Aqsha (KPIPA) dan Koalisi Perempuan Asia Pasifik untuk Al Quds dan Palestina (APWCQP). Acara dihadiri tokoh perempuan, jurnalis, dan pejabat publik dari berbagai negara termasuk Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Maldives, Filipina, Turki, Tunisia, Mesir, dan Maroko.
Sejumlah tokoh nasional hadir dalam pembukaan, di antaranya Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, Staf Ahli Menlu RI, Ketua DPRD Kota Bandung Asep Mulyadi, Ketua ASPAC Oke Setiadi, serta Ketua Pemuda dan Olahraga Global Coalition for Al-Quds and Palestine (GCQP).
Konferensi dimulai dengan *History Walk* mengunjungi Museum KAA di Gedung Merdeka dan dilanjutkan dengan peresmian “Palestine Walk: Road to Freedom”, sebuah ruas jalan di alun-alun Kota Bandung sebagai simbol solidaritas rakyat Indonesia untuk Palestina.
Agenda juga dimeriahkan dengan penampilan budaya, seperti Tari Saman, Angklung, dan Tari Dabke, serta lelang amal dan bazar produk dari negara-negara peserta. Acara ditutup dengan pembacaan *Deklarasi Kemanusiaan* oleh 10 tokoh ormas muslimah nasional, sebagai bentuk komitmen terhadap perjuangan pembebasan Palestina.