DPR Dukung Proyek Giant Sea Wall untuk Mengatasi Kenaikan Muka Air Laut di Pantura

Warga memancing di atas tanggul laut di kawasan Pelabuhan Muara Baru, Jakarta, Rabu (5/2/2025). ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/tom. (ANTARA FOTO/SULTHONY HASANUDDIN)

JAKARTA, Anggota Komisi IV DPR, Johan Rosihan, memberikan dukungan penuh terhadap proyek pembangunan tanggul laut raksasa atau Giant Sea Wall (GSW) yang rencananya akan dibangun di pantai utara Pulau Jawa. Proyek ini diusung oleh Presiden Prabowo Subianto sebagai langkah strategis untuk mengurangi dampak kenaikan muka air laut, yang semakin mengancam wilayah pesisir utara Jawa.

Johan Rosihan menilai proyek GSW ini sebagai bagian dari upaya besar pemerintah dalam mengatasi masalah abrasi laut dan banjir rob yang terus meningkat di wilayah tersebut. “Saya melihat ini sebagai solusi potensial untuk melindungi wilayah pesisir, khususnya dari ancaman abrasi dan banjir rob akibat kenaikan permukaan air laut,” kata Johan dalam keterangan resminya pada Senin (3/3).

Read More

Namun demikian, Johan menekankan pentingnya kajian yang lebih mendalam terkait efektivitas, dampak lingkungan, dan aspek sosial-ekonomi dari proyek ini. Salah satu perhatian yang diungkapkan adalah potensi kerusakan terhadap ekosistem laut seperti bakau dan terumbu karang yang harus diperhatikan. Selain itu, dampak terhadap mata pencaharian nelayan juga menjadi isu yang perlu mendapatkan perhatian serius.

“Pendekatan berbasis alam, seperti rehabilitasi mangrove dan pemulihan ekosistem pesisir, juga harus menjadi prioritas. Beberapa negara yang melaksanakan proyek serupa telah menghadapi tantangan teknis dan pembengkakan biaya, sehingga kita harus memastikan bahwa GSW adalah solusi yang paling optimal,” jelas Johan.

Senada dengan Johan, anggota Komisi IV DPR lainnya, Firman Soebagyo, juga memberikan dukungan terhadap pembangunan GSW. Firman menilai proyek ini sangat penting untuk melindungi warga pesisir dari bahaya banjir rob dan kerusakan ekosistem laut. “Giant Sea Wall sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah abrasi yang semakin parah, khususnya di wilayah Pantura,” ungkap Firman.

Namun, Firman juga menyoroti persoalan besar terkait biaya pembangunan proyek tersebut. Mengingat situasi fiskal yang tengah menantang dan adanya upaya pemerintah untuk efisiensi anggaran, dia mengusulkan perlunya inovasi dalam menemukan solusi pembiayaan yang lebih efektif. “Biaya pembangunan menjadi tantangan utama. Kami berharap akan ada upaya serius dan kreatif dalam mencari skema pembiayaan yang tepat,” ujarnya.

Pembangunan Giant Sea Wall ini akan membentang sepanjang 700 kilometer, dari Banten hingga Jawa Timur, dan direncanakan untuk mengatasi permasalahan banjir rob, abrasi, serta kerusakan ekosistem laut di wilayah tersebut. Presiden Prabowo Subianto menyatakan bahwa proyek ini bukanlah proyek jangka pendek dan akan membutuhkan waktu puluhan tahun untuk selesai.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa pembangunan tanggul laut raksasa ini akan menjadi bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) Tahun 2025. Airlangga menjelaskan bahwa proyek GSW Jakarta–Cirebon ini akan terhubung dengan tanggul pengendali banjir dan rob yang sudah dibangun di Tambaklorok, Semarang, Jawa Tengah.

Presiden Prabowo juga telah memberikan arahan kepada jajaran menteri untuk mempersiapkan skema pembiayaan melalui Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dalam pembangunan GSW Jakarta–Cirebon. Dengan demikian, proyek ini diharapkan dapat terlaksana dengan efektif dan memberi solusi jangka panjang bagi ancaman kenaikan muka air laut di pantai utara Pulau Jawa

Related posts

Leave a Reply