JAKARTA, Pandemi Covid 19 membuat negara-negara di dunia menjaga dan mengamankan stok pangannya masing-masing. Kondisi ini berimplikasi pada rentannya ketahanan pangan negara yang menggantungkan kekurangan pasokan pangannya dari impor.
Indonesia dengan tenaga kerja 28,8 persen menggantungkan hidupnya di sektor on farm pertanian dan 10,9 persen sektor pertanian berkontribusi terhadap PDB Nasional semestinya mampu memasok pangan rakyatnya sendiri tanpa impor, sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan upaya bersama membangun dan menggalakkan Gerakan Koperasi Tani.
Demikian dikemukakan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (Sekjen DPP GMNI) M. Ageng Dendy Setiawan di Jakarta, Rabu (19/8/2020).
“Gerakan Koperasi Tani sangat diperlukan untuk menjaga ketahanan pangan Indonesia, di situ petani bisa berkreasi mengembangkan pertaniannya dan meningkatkan nilai tambah, karena kebutuhan petani tiap daerah berbeda beda, jadi petani bisa leluasa mengembangkan pertaniannya lewat Gerakan Koperasi Tani ini”, kata Dendy.
Pria yang menempuh program pasca sarjana manajemen bisnis ini menyampaikan bahwa perlunya intervensi pemerintah untuk mensukseskan gerakan koperasi tani.
“Intervensi kebijakan pemerintah dalam hal ini Menteri Koperasi dan UKM sangat diperlukan dalam Gerakan Koperasi Tani ini untuk memberikan stimulus bantuan dengan bunga yang bisa dijangkau oleh petani agar Gerakan Koperasi Tani bisa berjalan”, imbuhnya.
Lebih lanjut Dendy sapaan akrab Sekjend DPP GMNI berharap Koperasi Tani dapat memberikan angin segar bagi ketahanan pangan Indonesia dan bangkitnya ekonomi di Indonesia.
“Gerakan Koperasi Tani ini bisa berefek domino nantinya, bahkan UMK sektor pertanian pun akan tergarap massif dan di sini kuncinya yang akan memberikan angin segar untuk ketahanan pangan dan bangkitnya ekonomi di Indonesia, bahkan kalau bisa kita bisa ciptakan UMKM produk dari Gerakan Koperasi Tani ini yang layak ekspor” tutup Dendy.