JAKARTA, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi memastikan beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari Perum Bulog tetap diminati masyarakat, meski sejumlah pedagang pasar tradisional memilih tidak menjualnya karena persoalan teknis distribusi.
Pernyataan ini disampaikan Arief di sela kunjungannya ke kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kamis (11/9/2025). Ia menanggapi fenomena langkanya beras SPHP di beberapa pasar tradisional seperti Pasar Rumput, Jakarta Selatan.
“Habis ini akan laku semua (beras SPHP). Karena produksi di bulan November, Desember, Januari itu tidak sebaik di Maret, April. Jadi beras Bulog itu pasti akan keluar. Saya pastikan itu,” ujar Arief.
Bahkan, ia menantang pihak yang meragukan potensi penjualan SPHP di pasar tradisional.
“Kalau nggak percaya, kamu jualan saja. Kamu punya toko, coba kita lihat. Kita jual Rp12.500 (per kg) beras SPHP, butuh berapa lama habis 2 ton,” tantangnya.
Meski demikian, hasil pantauan di Pasar Rumput sehari sebelumnya (10/9/2025) menunjukkan kenyataan berbeda. Tidak satu pun pedagang memajang karung beras SPHP. Mereka lebih memilih menjual beras curah atau beras kemasan premium biasa.
Sejumlah pedagang mengeluhkan kerumitan prosedur distribusi SPHP, seperti kewajiban registrasi melalui aplikasi dan larangan penjualan eceran.
“Kemarin ditawari sudah, cuma kita di sini kompak nggak jual. Soalnya peraturannya ribet, pakai aplikasi, setiap ada yang beli harus foto. Ribet. Beras (SPHP) dari Bulog juga nggak bisa diketeng, harus kemasan 5 kg. Tapi kan orang kadang mau coba dulu,” kata Yanto, pedagang di Pasar Rumput.
Hal senada juga disampaikan Rahmat, pedagang lain di lokasi yang sama.
“Nggak ada, SPHP kosong, saya nggak jual,” singkatnya.
Menanggapi keluhan tersebut, Arief menegaskan bahwa sistem digitalisasi bukan untuk mempersulit pedagang, melainkan untuk menjaga ketertiban distribusi dan mencegah penyimpangan.
“Kalau dia memang bener-bener hidup matinya dari jualan beras, menginput 2 menit, 3 menit masa nggak mau sih? Kalau nggak tahu juga, orang Bulog-nya datang, bantu input. Ada yang salah nggak?” ujar Arief.
Soal permintaan agar beras SPHP bisa dijual secara eceran, Arief menyatakan pemerintah sudah mengambil keputusan bahwa beras SPHP hanya akan didistribusikan dalam kemasan 5 kg.
“Iya, karena kita sudah putusin 5 kg. Dengan segala pertimbangan kita kasih 5 kg. Kenapa nggak 50 kg? Karena kemarin ditemukan banyak fraud pada waktu 50 kg. Dan itu saran dari BPK,” tegasnya.
Sementara itu, pemerintah mengklaim tengah menyiapkan distribusi besar-besaran beras SPHP ke ritel modern. Sekitar 800.000 ton beras SPHP dikabarkan akan segera membanjiri pasar ritel dengan harga tetap di kisaran Rp12.500 per kg.
Namun, minimnya distribusi SPHP di pasar tradisional menimbulkan pertanyaan: apakah program ini benar-benar menjangkau masyarakat kelas bawah yang mengandalkan pasar tradisional sebagai sumber utama bahan pangan?
Dengan masih adanya keluhan dari pedagang dan gap dalam implementasi di lapangan, tantangan pemerintah bukan hanya memastikan stok tersedia, tapi juga mempermudah akses dan distribusi bagi semua lapisan masyarakat.