Bamsoet Ingatkan Masyarakat Agar Hindari Paradigma Klise Di Penyelenggaraan Pemilu 2024

Foto: antara

JAKARTA, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengingatkan tantangan kebangsaan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Salah satunya dia mewanti-wanti terkait potensi konflik horizontal di tengah kontestasi politik.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini menjelaskan berdasarkan catatan sejarah setiap penyelenggaraan pemilu selalu meninggalkan residu persoalan.

Read More

Karena itu dia mengajak masyarakat untuk menghindari paradigma klise pada penyelenggaraan Pemilu 2024. Menurut Bamsoet, hal tersebut dapat menjadi pemantik lahirnya konflik horizontal.

“Kontestasi politik tidak boleh memicu polarisasi masyarakat pada dua kutub-kutub yang berseberangan, baik sebelum, selama, hingga pasca penyelenggaraan Pemilu. Kita harus bercermin dari pengalaman sejarah, bahwa konflik yang terlahir dari kontestasi politik, seringkali meninggalkan trauma dan bekas luka yang lama sembuhnya,” ujar Bamsoet dalam keterangannya, Jumat (17/11/2023).

Hal itu dia sampaikan saat Sosialisasi Empat Pilar MPR RI bersama DPD Partai Golkar Kabupaten Kebumen Jawa Tengah, Kamis (16/11) kemarin.

Ketua DPR RI ke-20 ini menuturkan dalam konsepsi negara demokrasi, Pemilu harus dimaknai sebagai ajang adu gagasan, dan momentum untuk memperjuangkan aspirasi rakyat. Artinya, kata dia, Pemilu tidak seharusnya melahirkan percikan-percikan konflik. Apalagi sampai mengorbankan ikatan soliditas kebangsaan antara sesama anak bangsa.

“Tentunya, kita mengharapkan pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin, dapat mengawal proses Pemilu yang jujur, adil, damai, berkualitas, dan yang tidak kalah pentingnya, juga bermartabat. Pada akhirnya nanti, siapa pun yang terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, memiliki kewajiban konstitusional untuk membawa bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik, lebih sejahtera, adil dan makmur,” kata Bamsoet.

Kepala Badan Polhukam KADIN Indonesia ini mengungkapkan saat ini RI juga tengah dihadapkan pada ancaman krisis dan hegemoni ekonomi-politik global. Menurutnya bangsa Indonesia harus menghadapi ancaman krisis ekonomi politik global.

“IMF memperkirakan sepertiga ekonomi dunia akan mengalami penyusutan. Bank Dunia memprediksi terjadinya resesi ekonomi global,” katanya.

Bamsoet menyebut kondisi ini semakin diperparah oleh iklim geo politik global yang masih dijejali oleh perang Rusia-Ukraina. Selain itu juga eskalasi ketegangan China-Taiwan, potensi konflik di semenanjung Korea, memburuknya hubungan Turki dan Yunani, dan ketegangan di kawasan Laut China Selatan. Belum lagi dengan adanya agresi yang dilakukan militer Israel ke Palestina.

“Di sisi lain, hegemoni ekonomi politik oleh negara-negara juga menjadi ancaman tersendiri, khususnya bagi negara seperti Indonesia. Dengan kekayaan sumberdaya yang kita miliki, letak geografis yang strategis di antara dua benua dan dua samudera yang perairannya dilintasi 40 persen jalur perdagangan laut dunia, menempatkan kita sebagai ‘center of gravity’ dan sekaligus menjadikan kita dalam posisi rentan terhadap pengaruh dan infiltrasi asing, serta ancaman keamanan maritim,” pungkas Bamsoet.

Related posts

Leave a Reply