“Tetap semangat dan sukses selalu”
Kalimat motivasi itu kerap dibubuhkan penyerang Persija Jakarta Bambang Pamungkas saat melakukan aktivitas di media sosial. Sosok yang akrab disapa Bepe itu memang kerap menularkan nuansa optimisme saat berada di ruang publik.
Menginjak usianya yang telah 39 tahun, terdapat indikasi bahwa pria kelahiran Semarang itu akan mengakhiri kiprahnya di Persija. Indikasi itu terlihat dari unggahan akun Instagram resmi Persija yang memasang gambar Bambang dengan tulisan Laga Home Pamungkas, untuk promosi pertandingan Liga 1 melawan Persebaya Surabaya di Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (17/12).
Jika pemain yang akrab dengan nomor punggung 20 itu benar-benar pensiun, maka hal itu merupakan kewajaran. Bepe pada beberapa musim terakhir jarang mendapat kesempatan bermain sebagai pemain inti.
Namun, bukan berarti Bepe hanya sedikit berkontribusi terhadap tim. Bersama rekan seangkatannya, Ismed Sofyan, Bepe merupakan sosok pemimpin dalam skuat meski ban kapten kini telah disandang kiper Andritany Ardhyasa.
Jebolan Diklat Salatiga itu telah mencuri perhatian banyak orang sejak dini. Saat memperkuat tim Jawa Tengah pada Piala Haornas (Hari Olahraga Nasional) 1996, ia berhasil membawa timnya menjadi kampiun sekaligus terpilih sebagai pemain terbaik.
Keahlian olah bola Bepe membuat dirinya dilirik tim nasional Indonesia untuk tampil pada pertandingan persahabatan melawan Lithuania pada Juli 1999. Laga yang menjadi awal dari rangkaian panjang pengabdiannya untuk skuat Garuda.
Tampil ciamik di timnas membuat Bepe diminati oleh Persija yang memasuki masa pencerahan. Klub ibukota yang sempat terseok-seok saat kompetisi perserikatan dan Galatama dilebur tersebut sedang bangkit dari tidur panjangnya, dan telah memiliki sederet pemain bintang di skuatnya.
Orang-orang kerap berkata bahwa prestasi bukan hanya dapat diraih karena kemampuan seseorang semata, namun juga nasib baik. Bepe termasuk sosok yang bernasib baik itu, ia bergabung di Persija saat klub tersebut diperkuat sejumlah nama besar tanah air seperti Luciano Leandro, Budiman, Anang Ma’ruf, dan Widodo Cahyono Putro.
Bepe resmi mulai membela Macan Kemayoran sejak 1999. Tidak butuh waktu lama bagi dia untuk menjadi pemain idola para penggemar Persija, The Jakmania. Pada musim 2000, ia merupakan pencetak gol terbanyak Liga Indonesia dengan 24 gol, sayang Persija belum mampu diantarkan menjadi juara.
Setelah musim debutnya di Indonesia itu, Bepe sempat bergabung dengan klub divisi tiga Belanda EHC Norad. Namun, sejumlah kendala yang dihadapi membuat Bepe kembali dipinjamkan klub itu ke Persija.
Bepe akhirnya meraih trofi perdananya di sepak bola profesional saat mengantarkan Persija menjuarai Liga Indonesia musim 2001. Pada pertandingan final, ia menyumbang dua gol untuk Persija yang mengamankan kemenangan 3-2 atas PSM Makassar.
Bepe terus membela Persija sampai 2005 meski klub itu belum mampu meraih trofi apapun. Setelah kesuksesan pada 2001 tersebut, berbagai masalah menghinggapi klub ibukota yang membuat penampilannya merosot.
Pada 2005 Bepe mendapatkan tawaran kontrak dari klub Malaysia Selangor FA. Di negeri jiran, nama Bambang Pamungkas kembali berkibar. Ia bukan hanya menjadi pencetak gol terbanyak di Liga Malaysia dengan torehan 22 gol, namun ia juga berandil besar dalam mengawinkan gelar Liga Malaysia dan Piala Malaysia bagi klub berjuluk Raksasa Merah tersebut.
Petualangan Bepe di Malaysia berakhir pada 2007, dan pada tahun itu pula ia kembali membela Persija.
Pindah ke kota seberang
Kepulangan Bepe ke Jakarta tidak otomatis membuat klub itu segera bertabur gelar juara. Persija tetap berstatus tim elit nirgelar.
Setelah sepak bola profesional Indonesia mengharamkan kucuran dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) pada 2011, banyak klub yang terpukul dengan peraturan tersebut, tidak terkecuali Persija.
Masalah keterlambatan gaji pada akhirnya turut menghinggapi klub ibukota, para pemain pun gerah dengan situasi tersebut.
Bepe termasuk sosok yang vokal menyuarakan masalah utang gaji kepada para pemain. Ia beberapa kali menyuarakan hal tersebut melalui media sosial pribadinya serta melalui media.
Pada akhir 2012, Bepe mengambil tindakan kontroversial dengan bergabung ke timnas Indonesia untuk Piala AFF 2012. Saat itu para pemain klub-klub Indonesia Super League (ISL) dilarang bergabung ke tim nasional bentukan PSSI.
Langkah Bepe tersebut semakin memanaskan hubungannya dengan manajemen Persija. Puncaknya pada akhir 2013, Bepe memutuskan teken kontrak dengan klub dari kota seberang, Pelita Bandung Raya (PBR).
Dalam kiprahnya yang hanya setahun di PBR, Bepe memberi bukti bahwa ketajamannya sama sekali belum pudar. Ia bahkan mencetak gol ke gawang mantan klubnya itu saat Persija menjamu PBR di Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Agustus 2014.
Kembali ke “rumah”
Pada penghujung 2014, Bepe resmi kembali ke “rumahnya” Persija. Tetapi meski masih tetap diandalkan, sedikit demi sedikit peran pemain yang identik dengan nomor 20 itu di lapangan mulai dikurangi sampai pada musim 2018 praktis ia lebih banyak tampil sebagai pemain pengganti.
Namun, pada musim lalu juga Persija mengakhiri puasa gelar juara Liga Indonesia mereka. Bepe tercatat sebagai satu-satunya pemain yang turut membawa Macan Kemayoran menjuarai Liga Indonesia pada 2001, dan kembali merebut gelar yang sama 17 tahun kemudian.
Tanpa gelar di timnas
Sayang kesuksesan Bepe membawa klub meraih gelar gagal dilakukannya saat membela timnas. Dari total 77 penampilan dan 36 gol yang disumbangkannya untuk tim Garuda dari 1999 sampai 2013, tidak ada satu pun trofi prestisius, setidaknya level Asia Tenggara, yang dapat dibanggakan.
Saat diperkuat Bepe, Indonesia memang pernah menjadi juara turnamen Piala Kemerdekaan pada 2000 dan 2008, namun jelas gengsi turnamen itu kalah jauh dari Piala AFF atau bahkan SEA Games.
Bepe pun tidak malu mengakui bahwa ia merupakan bagian dari generasi yang gagal, gagal menghadiahkan prestasi untuk timnas.
“Pada akhirnya saya memang harus menerima kenyataan, bahwa tidak ada satu gelar bergengsi yang mampu saya berikan untuk Indonesia. Dan oleh karena itu seperti yang pernah saya janjikan, maka di akhir artikel ini saya akan berteriak dengan lantang, jika Saya Adalah Generasi Yang Gagal,” tulis Bepe dalam artikel di blog pribadinya.
Selamat jalan, Cah Getas… Anda memang gagal menghadirkan gelar bagi Indonesia, namun Anda tetap menjadi inspirasi bagi ribuan anak-anak dan pesepak bola muda untuk bermain dengan menjunjung tinggi harkat dan martabat, serta berani memperjuangkan hak-hak sebagai pesepak bola profesional.