ASEAN Tourism Forum (ATF) 2020 Fokus Menyoroti Tren Digital Dalam Sektor Pariwisata

ASEAN Tourism Forum (ATF) 2020 yang digelar di Gadong, Brunei Darussalam, fokus menyoroti tren perkembangan digital dalam sektor pariwisata.

Saat membuka Pertemuan Tingkat Menteri ATF 2020 di Gadong, Brunei Darussalam, Rabu, Ketua ASEAN Tourism Ministers Meeting dan Ketua Dewan Pengarah ASEAN Tourism Forum 2020 Dato Seri Setia Haji Ali bin Apong mengatakan bahwa digitalisasi menuntut perubahan bagi pelancong generasi mendatang.

Read More

“Karena itu kami harus maju, diharapkan diskusi ini para menteri bisa memberi perspektif bagaimana kita bisa menyediakan dan mewujudkan dan pengalaman yang berarti di ASEAN,” katanya.

Dato Seri Setia Haji Ali juga menyebutkan bahwa industri pariwisata ASEAN terus tumbuh dan satu dekade terakhir dan terus menjadi kontributor dalam pembangunan sosial ekonomi di kawasan tersebut.

Ia juga menyebut ASEAN telah menerima 133 juta kunjungan wisata pada 2019, naik 7 persen dibanding tahun sebelumnya. “Termasuk 37 persen kunjungan intra ASEAN pada 2018,” katanya.

Atas capaian itu dan untuk menghadapi tantangan ke depan, ASEAN juga secara resmi meluncurkan laman pariwisata baru, yakni visitseasia.travel di mana pengguna bisa mengakses informasi hingga calendar event dari 10 negara ASEAN.

Dalam kegiatan yang sama, Director, Regional Development for Asia and the Pacific UNWTO Xu Jing juga menyebut pariwisata dalam tingkat global mengalami perkembangan signifikan karena tiga hal, termasuk transformasi digital.

“Pariwisata di level global itu dipengaruhi oleh meningkatnya penerbangan dan mulai terjangkaunya biaya transportasi; transformasi digital dan bisnis baru; termasuk semakin baiknya fasilitasi visa,” katanya.

Jing juga menekankan Asia Pasifik menjadi salah satu kawasan yang paling berkembang pada 2018 dengan 348 juta kunjungan wisata dan 435 miliar dolar AS pendapatan dari sektor tersebut.

Terpisah, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata Rizki Handayani juga menyebut perubahan perilaku wisatawan di era teknologi sudah disadari oleh hampir semua negara.

Oleh karena itu, digitalisasi juga akan masuk dalam ASEAN Tourism Strategic Plan karena akan mempengaruhi cara melakukan promosi pariwisata.

Rizki menyebut Indonesia telah menadaptasi perubahan tersebut dengan perlahan mengubah cara promosi, yakni dengan menggunakan jasa “influencer”.

“Sama seperti di Indonesia. Kita tahu influencer lebih berpengaruh, jadi dalam sidang kami katakan kami undang influencer dari negara ASEAN atau rekanan. Itu yang hampir semua negara lakukan, akhirnya. Kami tawarkan influencer dari negara lain ke kita dan sebaliknya. Jadi juga mengikuti tren yang ada,” katanya. (ant)

Related posts

Leave a Reply