JAKARTA, Ekonomi global yang selama ini tangguh menghadapi gelombang tarif Amerika Serikat terbesar sejak era 1930-an, kini kembali diuji. Ancaman terbaru mantan Presiden AS Donald Trump untuk memberlakukan tarif 100 persen terhadap produk China mulai 1 November telah memicu kekhawatiran baru di kalangan pengambil kebijakan dan pelaku pasar.
Kekhawatiran ini akan menjadi sorotan utama dalam Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia yang digelar pekan ini di Washington. Isu tarif, ketegangan geopolitik, utang global, hingga kekhawatiran akan gelembung teknologi kecerdasan buatan (AI) diprediksi mendominasi diskusi di antara para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dunia.
“Angin yang bergerak berlawanan terhadap ekonomi global semakin kencang,” kata Frederic Neumann, Kepala Ekonom Asia di HSBC Holdings Plc, dikutip Jumat (11/10/2025).
Trump telah mengumumkan rencana untuk menaikkan tarif impor hingga 100 persen, terutama terhadap produk-produk dari China, sebagai bagian dari strategi dagangnya menjelang pemilu tengah periode AS. Langkah ini memicu respons pasar, dengan IHSG dan bursa Asia melemah, serta kekhawatiran pembalasan dari Beijing terhadap ekspor AS.
Meski dampak tarif sebelumnya terbilang terbatas, para ekonom menilai tekanan berikutnya bisa lebih berat. Efek penumpukan biaya, konsumsi yang melemah, serta gangguan rantai pasok dinilai bisa memicu perlambatan ekonomi global secara signifikan.
“Tarif semakin memberatkan. Ini akan menekan konsumsi AS dan permintaan global,” ujar Nathan Sheets, Kepala Ekonom Global di Citigroup Inc.
Sementara sektor teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), telah menjadi penopang utama kebangkitan ekonomi dan pasar modal AS dalam enam bulan terakhir, IMF memberi peringatan serius. Direktur Eksekutif IMF, Kristalina Georgieva, menyebut euforia AI saat ini mirip dengan gelembung dot-com yang meledak pada tahun 2000.
“Penilaian saat ini mendekati level saat euforia internet 25 tahun lalu. Jika koreksi tajam terjadi, negara berkembang akan paling terdampak,” kata Georgieva.
Skenario dari Oxford Economics memperkirakan bahwa jika sektor teknologi melambat secara signifikan, pertumbuhan ekonomi global bisa turun menjadi 2 persen pada 2026, jauh di bawah skenario dasar sebesar 2,5 persen.
Selain isu tarif dan teknologi, lonjakan utang global juga menjadi perhatian utama pertemuan di Washington. Menurut data Institute of International Finance (IIF), utang global naik lebih dari US$21 triliun dalam enam bulan pertama 2025, mencapai hampir US$338 triliun, mendekati level selama pandemi Covid-19.
Sementara itu, Argentina kembali menjadi sorotan setelah Trump menyetujui tambahan pinjaman dari IMF senilai US$20 miliar menjelang pemilu tengah periode. Namun, keputusan tersebut diwarnai penolakan internal di lembaga keuangan internasional itu.
Meskipun pertumbuhan ekonomi AS masih kuat, data terbaru menunjukkan perlambatan pertumbuhan upah dan rekrutmen, serta PHK di sektor manufaktur selama empat bulan berturut-turut.
Di China, indeks aktivitas pabrik terus menurun selama enam bulan terakhir, menandai penurunan terpanjang sejak 2019. Sementara ekonomi Jerman mengalami kontraksi lebih besar dari perkiraan pada kuartal kedua, terutama di sektor otomotif yang bergantung pada ekspor.
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memproyeksikan bahwa pertumbuhan volume perdagangan barang global hanya akan naik 0,5% pada 2026, dibandingkan 2,4% tahun ini — menandakan efek tertunda dari gelombang tarif baru.
Sejumlah pengusaha di AS mulai memperingatkan kenaikan harga yang tidak terhindarkan. Mike Brundidge, CEO Acme Food Sales Inc. yang mengimpor makanan dari Asia dan Amerika Latin, menyebut pihaknya tak lagi mampu menyerap lonjakan biaya.
“Sangat sedikit hal dalam hidup yang pasti, tapi saya dapat menjamin harga barang di rak toko akan naik,” katanya.
Dengan berbagai tekanan yang datang bersamaan, tarif, utang, ketegangan geopolitik, dan potensi koreksi pasar, para pengambil kebijakan kini menghadapi ujian berat untuk menjaga stabilitas ekonomi dunia.
Apakah konsumen AS akan terus belanja? Apakah bubble AI akan meledak? Dan apakah dunia bisa menghindari resesi global?
Jawaban-jawaban itulah yang tengah dicari dalam ruang-ruang pertemuan IMF dan Bank Dunia minggu ini di Washington.