Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin mengatakan pandemi COVID-19 menunjukkan tata kelola kesehatan, baik di Indonesia maupun negara lain, masih lemah dalam mengatasi krisis kesehatan yang berdampak luas di dunia.
“Belajar dari krisis kesehatan ini pula, tampak benderang di depan mata kita, betapa lemahnya tata kelola kesehatan, baik di tingkat nasional maupun global,” kata Ma’ruf Amin dalam sambutannya pada Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (Konbes NU) Tahun 2020 secara virtual dari Jakarta, Rabu.
Pandemi ini telah menyebabkan terjadinya krisis kesehatan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Atas dasar itulah Wapres menilai wajar jika Dana Moneter Internasional (IMF) menyebut pandemi COVID-19 sebagai krisis yang tidak ada bandingannya.
Untuk mengatasi krisis kesehatan global itu, menurut Ma’ruf, perlu kerja sama antarnegara dan berbagai pihak. Pasalnya, setiap pemerintahan di dunia, termasuk Indonesia, tidak dapat menyelesaikan persoalan pandemi COVID-19 sendirian.
“Pemerintah menyadari tidak mungkin bisa mengatasi pandemi ini sendirian. Kerja sama atau gotong royong antara unsur-unsur negara dan seluruh lapisan, menjadi kata kunci kesuksesan mengatasi pandemi ini,” kata Wapres menjelaskan.
Dalam Konbes NU tersebut, Ma’ruf Amin juga menyampaikan apresiasi kepada PBNU dan seluruh jajaran pengurus cabang di daerah yang telah ikut serta mendukung kebijakan Pemerintah dalam menangani COVID-19 di dalam negeri.
“PBNU melalui berbagai kegiatan yang dilakukan tim satgas COVID-19-nya telah banyak membantu Pemerintah dalam menanggulangi pandemi ini. Pemerintah percaya bahwa apa yang dilakukan oleh seluruh jajaran pengurus Nahdlatul Ulama adalah bagian dari tanggung jawab kemanusiaan yang sangat mulia,” kata Ma’ruf.
Konbes NU diselenggarakan secara virtual yang diikuti oleh jajaran pengurus harian Pengurus Besar NU (PBNU), perwakilan pengurus wilayah provinsi, dan badan otonom (banom).
Agenda utama Konbes NU Tahun 2020 ialah membahas rencana penundaan pelaksanaan Muktamar Ke-34 NU yang rencana awal pada bulan Oktober. Penundaan tersebut didasarkan pada pertimbangan masih merebaknya COVID-19.