PACITAN, Wakil Ketua MPR RI dari Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas/EBY) menegaskan bahwa gerakan Adiwiyata bukan sekadar ajang penghargaan, tetapi langkah konkret membangun budaya peduli lingkungan sejak dini. Ia mengajak seluruh pihak, dari sekolah hingga sektor swasta, untuk bergotong royong menjaga bumi melalui langkah kecil yang konsisten, seperti pengelolaan sampah, hemat energi, dan penanaman pohon.
Hal tersebut disampaikan oleh Edhie Baskoro yang juga Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI ketika membuka acara Sosialisasi Sekolah Adiwiyata: Merawat Bumi, Merajut Peradaban pada Jumat (8/8/2025) di Pacitan. Acara ini dihadiri oleh ratusan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah dari sekitar 270 sekolah di Kabupaten Pacitan, serta mendapat dukungan penuh dari Kementerian Lingkungan Hidup.
Di hadapan para peserta, EBY mengawali sambutannya dengan menekankan tujuan utama kegiatan ini. Menurutnya, pertemuan tersebut bukan sekadar agenda formal, melainkan momentum untuk memperkuat komitmen kolektif terhadap pelestarian lingkungan.
“Kita berkumpul dengan tujuan mulia: menjaga kelestarian dan keberlanjutan lingkungan hidup yang damai, asri, dan permai. Ini keseriusan yang membutuhkan kebijakan, program, pengawasan, dan kesadaran bersama, terutama di dunia pendidikan,” tegasnya. Pernyataan ini disampaikan dengan penuh penekanan, seolah mengajak semua pihak untuk menatap satu arah dan bertindak nyata.
Setelah itu, ia mengingatkan bahwa tanggung jawab menjaga bumi tidak hanya berada di pundak pemerintah atau aktivis lingkungan saja. “Kita, sebagai pendidik, orang tua, dan pemimpin, harus menanamkan semangat peduli lingkungan kepada generasi penerus. Kita harus memelihara kekayaan alam dan kebersihan kehidupan kita. Tetapi sayangnya, Indonesia masih berada di peringkat 164 dari 180 negara berdasarkan Environmental Performance Index (EPI), di mana Denmark menduduki peringkat terbaik,” ujarnya.
Edhie Baskoro Wakil Ketua Umum Partai Demokrat ini menegaskan bahwa data tersebut menjadi alarm sekaligus cermin untuk melakukan evaluasi, bahwa sudah saatnya dunia pendidikan menjadi motor penggerak perubahan.
Berangkat dari fakta tersebut, Ibas anggota DPR RI Partai Demokrat Komisi XII mengajak seluruh pihak untuk melihatnya sebagai peluang. Ia memaparkan bahwa sekolah memiliki peran strategis sebagai pusat edukasi dan pembentukan karakter, sehingga harus menjadi pelopor perubahan perilaku ramah lingkungan.
“Oleh karena itu, ini merupakan peluang bagi kita untuk bergerak lebih baik dalam pelestarian lingkungan dan keberlanjutan. Apa yang dapat kita lakukan? Dimulai dari sekolah sebagai wadah edukasi utama. Kita bisa menanamkan nilai kebangsaan dan menjaga lingkungan melalui program-program seperti: pengelolaan sampah dengan memilah sampah organik dan non-organik, penghematan energi dan air sebagai kontribusi nyata terhadap bumi, serta penghijauan sekolah melalui penanaman pohon dan taman sekolah,” jelasnya.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa perubahan bukanlah proses instan. Ibas mencontohkan bahwa transformasi besar membutuhkan waktu, kesabaran, dan konsistensi. “Memang tidak akan mudah dan tidak akan bisa selesai dalam semalam. Rome wasn’t built in a day. Lalu, pertanyaan pentingnya sebagai bahan refleksi: siapa yang sudah memiliki bank sampah di sekolahnya? Apa yang sudah dilakukan dalam pengelolaan sampah di sekolah?” tuturnya, sekaligus memancing peserta untuk berpikir kritis tentang sejauh mana upaya mereka telah berjalan.
EBY Wakil Rakyat Partai Demokrat dari Dapil Jatim VII ini menambahkan bahwa gerakan peduli lingkungan bisa dimulai dari langkah sederhana yang kemudian meluas menjadi budaya bersama. “Untuk itu, partisipasi aktif kita semua sangat penting, dan program lingkungan dapat dimulai dengan langkah kecil yang membawa dampak besar. Seperti Mahatma Gandhi pernah berkata: Jadilah perubahan yang ingin Anda lihat di dunia,” ujarnya. Menurut Ibas, pesan Gandhi tersebut sejalan dengan konsep pendidikan lingkungan, yakni dimulai dari pribadi, ditularkan ke komunitas, lalu menjadi gerakan massal.
Sebagai contoh nyata, EBY mengajak para pendidik untuk memberi teladan langsung kepada siswa. “Kita dapat menjadi contoh hidup bagi siswa dalam menjaga lingkungan dari hal sederhana seperti mematikan lampu, menutup pintu, menanam dan merawat pohon, menghemat air, serta menjaga lingkungan asri permai. Setiap tindakan kecil kita akan membentuk gerakan besar,” katanya. Ia menegaskan bahwa konsistensi dalam hal-hal kecil akan membentuk karakter peduli lingkungan yang kuat pada generasi muda.
Lebih jauh, Edhie Baskoro mengingatkan bahwa tanggung jawab menjaga bumi adalah tugas bersama, tanpa sekat sektor atau profesi. “Bapak-Ibu yang berbahagia, program pelestarian lingkungan itu tidak hanya tugas pemerintah, swasta, atau masyarakat saja, tetapi kolaborasi dari kita semua. Dalam sekolah, kita punya tanggung jawab besar untuk mengedukasi siswa tentang keberlanjutan dan pelestarian lingkungan,” terangnya. Kolaborasi, menurutnya, menjadi kunci untuk mempercepat terwujudnya lingkungan yang lestari.
Menjelang akhir sambutannya, Ibas kembali menegaskan pesan motivasi bagi seluruh peserta. “Sekali lagi, mari kita pusatkan pikiran positif kita untuk terus bekerja keras demi keberlanjutan dan kelestarian lingkungan dunia,” katanya penuh optimisme. Suasana ruangan semakin hangat ketika ia membacakan pantun penutup:
“Sampai di sini kita bersua,
Melangkah bersama, bumi asri.
Semangat dan usaha kita jaga,
Lingkungan sejuk, indah nan berseri.”
Tak lupa, EBY memberikan salam penutup yang sarat makna. “Salam untuk semua, sehat dan selamat beraktivitas. Semoga siang ini memberi inspirasi dan energi positif, karena dalam setiap pohon yang kita tanam, dalam setiap sampah yang kita pilah, dan dalam setiap tetes air yang kita hemat, tersimpan harapan bagi masa depan yang lebih baik. Terima kasih atas perhatian dan partisipasinya. Mari bersama-sama kita buktikan bahwa sekolah adalah agen perubahan yang mampu membawa Pacitan dan Indonesia menuju lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan lestari, mewujudkan dunia yang lebih indah antar generasi,” pungkasnya.
Tak hanya memberi pesan inspiratif, Ibas juga menunjukkan aksi nyata dalam mendukung pelestarian lingkungan. Pada kesempatan tersebut, ia secara simbolis menyerahkan bibit tanaman produktif kepada perwakilan sekolah-sekolah di Pacitan. Bibit ini diharapkan dapat ditanam dan dirawat oleh para siswa bersama guru, sehingga selain menghijaukan lingkungan sekolah, hasilnya kelak dapat memberikan manfaat ekonomi dan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga keberlanjutan sumber daya alam. Menurut Ibas, langkah ini adalah wujud nyata bahwa perubahan dapat dimulai dari hal kecil, tetapi memberi dampak besar bagi masa depan.
Kunjungan Ibas dalam sosialisasi Sekolah Adiwiyata ini turut didampingi oleh jajaran tokoh daerah dan pemangku kepentingan, antara lain Bupati Pacitan Indarta Nur Bayuaji, Ketua DPRD Pacitan Arif Setia Budi, Baginda Rahardian Pratama selaku Ketua Fraksi Partai Demokrat Pacitan, serta anggota DPRD Pacitan Fraksi Demokrat lainnya.