JAKARTA, Anggota Komisi VIII DPR RI, M. Husni, menyoroti tingginya harga tiket pesawat domestik yang dinilai menjadi penyebab utama penurunan jumlah penumpang dari wilayah Sumatera ke Jakarta. Fenomena ini mendorong masyarakat memilih penerbangan internasional melalui Kuala Lumpur, Malaysia, dengan maskapai asing seperti AirAsia, yang dinilai lebih terjangkau.
Hal tersebut disampaikan Husni dalam Rapat Dengar Pendapat di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (14/5), yang turut dihadiri Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan RI. Rapat ini membahas kebijakan pelayanan imigrasi, bea dan cukai, serta transportasi dalam penyelenggaraan ibadah haji dan umrah, serta pembahasan RUU Perubahan atas UU No. 8 Tahun 2019 dan UU No. 34 Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan haji.
“Sekarang tingkat okupansi penumpang dari Aceh, Medan, Pekanbaru, dan Sumatera Barat ke Jakarta menurun drastis. Banyak yang lebih memilih rute dari Jakarta ke Kuala Lumpur, lalu melanjutkan ke Medan atau Aceh dengan maskapai asing karena harga tiketnya lebih murah dibanding maskapai domestik seperti Garuda, Lion Air, atau Citilink,” ungkap Husni.
Ia menyebut, perbedaan harga tiket yang signifikan ini bukan hanya merugikan maskapai dalam negeri, tetapi juga berdampak pada berkurangnya pemasukan negara. “Devisa kita justru mengalir ke luar negeri. Yang untung adalah maskapai asing, sementara negara kita kehilangan potensi pendapatan,” tegasnya.
Husni mencontohkan perbandingan harga tiket, di mana perjalanan satu keluarga dari Medan ke Jakarta bisa menghabiskan biaya hingga Rp10 juta. Namun, dengan transit di Kuala Lumpur, biaya tersebut bisa ditekan hingga setengahnya.
Menurut politisi dari Fraksi Partai Gerindra itu, tingginya harga tiket domestik dipicu oleh mahalnya harga avtur di Indonesia. Ia mendorong evaluasi menyeluruh terhadap biaya operasional maskapai nasional agar bisa bersaing dengan maskapai asing.
“Kita harus segera mencari solusi. Pemerintah bersama pihak terkait harus mengambil langkah strategis untuk menurunkan harga tiket domestik. Jangan sampai masyarakat terus mencari alternatif lewat luar negeri hanya karena faktor harga,” pungkas Husni.