Sosrobahu, Inovasi Tjokorda Raka Sukawati Jadi Kebanggaan Indonesia

JAKARTA, Tjokorda Raka Sukawati penemu konstruksi Jalan Layang Sosrobahu dinilai sebagai kebanggaan Indonesia. Melalui inovasinya, teknik konstruksi Sosrobahu mampu mempercepat proses pengerjaan dan menghindari dampak kemacetan dari pembangunan jalan layang. Sosok Tjokorda Raka Sukawati yang tegas, berpikiran terbuka, dan teguh dalam mempertahankan gagasannya hingga usia senja pun dinilai dapat dijadikan inspirasi oleh para generasi muda saat ini.

“Saya selalu mengharapkan rekan-rekan di Kementerian PUPR meneladani sekaligus meniru menciptakan ide-ide inovatif seperti Alm. Tjokorda Raka Sukawati, yang menjadi kebanggaan Indonesia dan juga dunia. Ide-ide kreatif anak bangsa diharapkan ada ke depan apapun bentuknya, baik untuk pembangunan jalan, bendungan, dan yang lainnya. Saya harap akan lahir kembali 1.000 Tjokorda Raka Sukawati,” ujar Menteri PUPR Basuki Hadimulyono dalam acara peluncuran Biografi Tjokorda Raka Sukawati bertajuk “Melangkah Tanpa Lelah” yang diselenggarakan oleh Yayasan Puri Kauhan Ubud di Perpustakaan Nasional, Jakarta, (Kamis, 9/12/2021).

Read More

Dalam acara yang juga dihadiri oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati, Koordinator Staf Khusus Presiden AAGN Ari Dwipayana, Staf Khusus Presiden Sukardi Rinakit, pimpinan organisasi Keagamaan Hindu dan tokoh-tokoh Bali di Jakarta tersebut, Basuki menceritakan sejarah penemuan konsep kontruksi sosrobahu yang telah diterapkan bukan hanya di Indonesia tetapi juga di luar negeri. Sejarah kontruksi Sosrobahu dimulai tahun 1976, dimana Kementerian Pekerjaan Umum berencana membangun jalan Tol Jagorawi-Tj. Priok. Saat itu, Tjokorda Raka Sukawati diberi tugas dan tanggung jawab untuk menyelesaikan proyek tepat waktu. Tjokorda Raka Sukawati berhasil menyelesaikan tugas tersebut dengan baik dan lebih cepat dari jadwal yang ditentukan melalui teknik Sosrobahu yang ia kembangkan. Pada perkembangannya, Sosrobahu menjadi teknik pembangunan jalan tol yang membantu pengerjaan menjadi lebih cepat dan mencegah kemacetan karena tidak ada penutupan lajur tol dalam pembangunan jalan tol layang.

“Teknik Sosrobahu ini menghindari pekerja di lapangan dimaki orang, karena kita bisa membangun tanpa membuat jalanan macet,” lanjut Basuki. Sebagai informasi, teknik Sosrobahu adalah teknik di mana lengan jalan layang diletakkan sejajar dengan jalan di bawahnya, dan kemudian diputar 90 derajat di atas tiang, sehingga pembangunannya tidak menganggu arus lalu-lintas dan tidak perlu menutup jalan tol. Beberapa ruas jalan layang tol di Indonesia yang menggunakan teknik tersebut dalam pengerjaannya ialah sebagian jalan tol bandara Soetta Jakarta dan yang terpanjang ialah Jalan Layang Tol Jakarta-Cikampek (Japek). Beberapa ruas tol layang di Manila, Filipina dan negara lain pun menggunakan teknik Sosrobahu dalam pengerjaannya.

Sementara itu, Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana menilai, meskipun Tjokorda Raka Sukawati lahir dari keluarga bangsawan namun tidak pernah berhenti untuk menempuh tangga pendidikan. Menempuh pendidikan S1 di ITB dan S3 di UGM menjadikan Tjokorda Raka Sukawati sebagai inspirasi para anak Bali untuk terus mengisi diri dengan ilmu pengetahuan, dan bekerja keras serta mengabdi tanpa akhir.

“Tjokorda Raka Sukawati adalah seorang pemberani yang memegang teguh prinsip, tidak takut dengan perdebatan, dan berani menyampaikan pemikiran dan gagasannya secara terbuka,” tutur Ari yang juga sebagai Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud.

Oleh keluarga, sosok Tjokorda Raka Sukawati dinilai sebagai sosok ayah yang sangat gigih dan disiplin. Hingga usia senja, Tjokorda Raka masih terus bekerja mengembangkan teknologi sosrobahu dengan harapan teknologi tersebut dapat terus digunakan di masa yang akan datang. “Saya teringat pesan yang disampaikan alm. Tjokorda Raka, bahwa apapun ilmu pengetahuan yang kamu pilih untuk masa depanmu, ingat untuk selalu fokus, disiplin dalam hal apapun itu, senantiasa berusaha memberi yang terbaik dan selalu mencintai apapun profesimu,” kata Tjorkorda Gde Abinanda Sukawati yang biasa disapa Cok Abi sebagai perwakilan dari keluarga Tjokorda Raka Sukawati.

Acara peluncuran buku dilanjutkan dengan diskusi yang menghadirkan narasumber Dewan Pengarah BRIN, Prof. Dr. Gede Wenten dan seniman, Nyoman Nuarta. “Di buku ini diceritakan betul bagaimana perjuangan Tjokorda Raka yang luar biasa, masa sulit hingga keteguhan hati sehingga gagasan sosrobahu ini bisa diterima dan dipakai di negara ini. Hal yang bisa saya jadikan pelajaran adalah inovasi itu terkadang lahir di saat menghadapi suatu kesulitan,” ujar Nyoman Nuarta.

Related posts

Leave a Reply