Oleh: Riyadhusholihah
Mahasiswa Doktoral Perbanas Institute
Pemindahan Ibu Kota Negara Indonesia ke Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi langkah bersejarah yang menandai era baru dalam perjalanan bangsa. Dengan anggaran sebesar Rp48,8 triliun yang digelontorkan oleh Presiden Prabowo Subianto, Nusantara dirancang menjadi pusat pemerintahan modern dan futuristik. Salah satu konsep utama yang diusung dalam pembangunan ini adalah Smart City atau kota pintar. Di zaman yang serba digital ini, kehebatan sebuah kota sering kali ditentukan oleh kelengkapan dan kecanggihan infrastrukturnya. Karena itu, penerapan Smart City di IKN Nusantara menjadi sangat penting dan relevan.
Smart City adalah gagasan tentang kota yang memanfaatkan teknologi canggih untuk menciptakan lingkungan yang efisien, berkelanjutan, dan terhubung secara digital. Teknologi seperti Internet of Things (IoT), big data, dan kecerdasan buatan dirancang untuk mendukung berbagai aspek kehidupan kota, mulai dari transportasi hingga pengelolaan limbah. Nusantara, sebagai simbol masa depan Indonesia, memiliki peluang besar untuk mengintegrasikan teknologi ini secara menyeluruh. Cetak birunya sudah disiapkan, mencakup berbagai dimensi yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui teknologi mutakhir.
Namun, di balik potensi besar yang dimiliki, ada pertanyaan mendasar yang perlu dijawab: apakah manfaat dari transformasi ini dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat secara merata? Penerapan Smart City sering kali memberikan prioritas pada wilayah perkotaan dan masyarakat dengan daya beli tinggi. Sementara itu, komunitas lokal, masyarakat adat, atau kelompok rentan lainnya sering kali terpinggirkan dari proses perencanaan dan implementasi. Hal ini menimbulkan risiko ketimpangan sosial yang lebih besar.
Masyarakat lokal yang bekerja di sektor tradisional seperti pertanian, perikanan, atau usaha kecil juga menghadapi tantangan besar. Dengan pembangunan infrastruktur yang masif, peluang baru yang muncul cenderung lebih mudah diakses oleh investor besar atau mereka yang sudah memiliki kemampuan di bidang teknologi. Tanpa kebijakan yang inklusif, jurang kesenjangan sosial dan ekonomi dapat semakin melebar.
Tantangan lain yang tak kalah penting adalah literasi digital masyarakat. Smart City membutuhkan penduduk yang mampu memanfaatkan teknologi untuk kehidupan sehari-hari. Namun, fakta menunjukkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih rendah, terutama di daerah-daerah terpencil. Ketimpangan digital ini bisa menjadi penghambat utama bagi keberhasilan konsep kota pintar, karena hanya sebagian kecil penduduk yang benar-benar akan merasakan manfaatnya.
Dari segi lingkungan, penerapan teknologi canggih juga menghadirkan tantangan tersendiri. Teknologi digital membutuhkan energi besar, dan jika sumber energinya tidak berasal dari sumber yang terbarukan, maka penerapan Smart City justru dapat meningkatkan emisi karbon. Selain itu, limbah elektronik yang dihasilkan juga menjadi ancaman serius bagi lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.
Meski tantangan tersebut tidak sederhana, penerapan Smart City di Nusantara tetap memiliki potensi besar jika dilakukan dengan pendekatan yang inklusif dan berkelanjutan. Pemerintah perlu memastikan bahwa pembangunan ini tidak hanya berfokus pada teknologi, tetapi juga menempatkan manusia dan lingkungan sebagai inti dari pembangunan. Masyarakat lokal harus dilibatkan secara aktif dalam setiap tahap perencanaan dan pelaksanaan, sehingga kebutuhan dan aspirasi mereka dapat terakomodasi. Selain itu, program pelatihan dan edukasi digital perlu digalakkan untuk meningkatkan literasi teknologi di berbagai kalangan masyarakat.
Pembangunan Nusantara juga harus mengutamakan keberlanjutan lingkungan. Energi terbarukan, pengelolaan limbah yang efektif, dan pelestarian ekosistem lokal menjadi langkah yang tidak bisa diabaikan. Jika dilakukan dengan serius, langkah-langkah ini tidak hanya akan menjaga keseimbangan ekosistem, tetapi juga memastikan keberlanjutan kota dalam jangka panjang. Di sisi lain, regulasi yang jelas dan transparan menjadi keharusan untuk memastikan bahwa manfaat dari pembangunan ini tidak hanya dinikmati oleh segelintir pihak, tetapi benar-benar memberikan dampak positif bagi seluruh rakyat Indonesia.
Selain teknologi, Smart City juga dapat menjadi ruang bagi inovasi yang berbasis pada kearifan lokal. Teknologi dapat digunakan untuk mendukung praktik tradisional yang berkelanjutan atau untuk mempromosikan budaya dan produk lokal ke tingkat global. Dengan cara ini, Nusantara tidak hanya menjadi simbol kemajuan teknologi, tetapi juga cerminan dari identitas budaya dan kemandirian bangsa.
Transformasi IKN Nusantara menjadi Smart City adalah lebih dari sekadar membangun kota yang modern dan canggih. Ini adalah upaya untuk menciptakan masa depan yang inklusif, berkelanjutan, dan mencerminkan nilai-nilai kebangsaan. Tantangan kesenjangan yang ada harus diatasi dengan kebijakan yang adil dan berpihak pada masyarakat luas, sehingga Nusantara benar-benar menjadi rumah bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan pendekatan yang tepat, Nusantara dapat menjadi model pembangunan kota masa depan yang menginspirasi, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia.