Sejarah Wabah Cacar Monyet

Arsip - Foto yang diambil selama penyelidikan wabah cacar monyet, yang terjadi di Republik Demokratik Kongo (DRC), 1996 hingga 1997, menunjukkan tangan seorang pasien dengan ruam akibat cacar monyet, dalam gambar tidak bertanggal yang diperoleh Reuters pada 18 Mei 2022. (CDC/Brian W.J. Mahy/HO via Reuters/as)

JAKARTA, Monkeypox atau cacar monyet adalah penyakit zoonosis, yakni penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Kasus cacar monyet banyak ditemukan di Afrika Tengah dan Afrika Barat, seringkali di dekat hutan hujan tropis dan semakin sering muncul di daerah perkotaan. Virus penyebab cacar monyet adalah virus

DNA beruntai ganda yang termasuk dalam genus Orthopoxvirus dari keluarga Poxviridae.  Ada dua clade genetik yang berbeda dari virus cacar monyet, yakni clade Afrika Tengah (Congo Basin) dan clade Afrika Barat. Clade Kongo Basin secara historis menyebabkan penyakit cacar yang lebih parah dan dianggap lebih menular.

Read More

Wabah cacar monyet Dilansir dari Medscape, istilah “cacar monyet” dikenal sejak tahun 1958 setelah kasus pertama didokumentasikan pada monyet yang digunakan untuk penelitian. Namun, monyet bukanlah pembawa utama penyakit ini. Cacar monyet biasanya ditularkan ke manusia melalui gigitan hewan yang terinfeksi atau menyentuh darah, cairan tubuh, dan bulu hewan yang terinfeksi.

Cacar monyet pada manusia pertama kali diidentifikasi pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo pada seorang anak laki-laki berusia 9 tahun.  Sejak itu, sebagian besar kasus cacar monyet telah dilaporkan dari pedesaan dan daerah hutan hujan di Cekungan Kongo, khususnya di Republik Demokratik Kongo.

Kemudian, kasus cacar monyet pun semakin banyak dilaporkan dari seluruh Afrika tengah dan barat. Dilansir dari World Health Organization (WHO), sejak tahun 1970, kasus cacar monyet pada manusia telah dilaporkan di 11 negara Afrika, yakni Benin, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Republik Demokratik Kongo, Gabon, Pantai Gading, Liberia, Nigeria, Republik Kongo, Sierra Leone dan Sudan Selatan.

Kemudian, pada tahun 1996-1997, wabah cacar monyet kembali diidentifikasi di Republik Demokratik Kongo dengan rasio kematian yang lebih rendah dan tingkat serangan yang lebih tinggi dari biasanya.  Selanjutnya, di tahun 2017, Nigeria mengalami wabah besar dengan lebih dari 500 kasus yang dicurigai dan lebih dari 200 kasus yang dikonfirmasi dengan rasio kematian kasus sekitar 3 persen.

Cacar monyet merupakan penyakit yang perlu mendapatkan perhatian global karena tidak hanya memengaruhi negara-negara di Afrika, tetapi juga seluruh dunia. Pada tahun 2003, wabah cacar monyet pertama di luar Afrika terjadi di Amerika Serikat (AS). Kasus di AS ini dikaitkan dengan kontak dengan anjing padang rumput peliharaan yang terinfeksi.

Hewan peliharaan ini ditempatkan dengan tikus berkantung Gambia dan dormice yang telah diimpor ke AS dari Ghana.  Sejak kasus pertama diidentifikasi, ditemukan lebih dari 70 kasus cacar monyet di AS. Cacar monyet juga telah dilaporkan pada pelancong dari Nigeria ke Israel pada September 2018, ke Inggris pada September 2018, Desember 2019, Mei 2021, dan Mei 2022, ke Singapura pada Mei 2019, serta ke AS pada bulan Juli dan November 2021.

Pada Mei 2022, beberapa kasus cacar monyet diidentifikasi di beberapa negara non-endemik. Penularan cacar monyet dari hewan ke manusia Penularan cacar monyet dari hewan ke manusia dapat terjadi dari kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, dan lesi kulit atau mukosa dari hewan yang terinfeksi. Baca juga: Indonesia Belum Berlakukan Karantina bagi Pelaku Perjalanan dari Negara dengan Cacar Monyet Di Afrika, bukti infeksi virus cacar monyet telah ditemukan di banyak hewan termasuk tupai tali, tupai pohon, tikus rebus Gambia, dormice, berbagai spesies monyet, dan lain-lain.  Reservoir alami cacar monyet pun belum diidentifikasi, meskipun hewan pengerat adalah yang paling mungkin.  Makan daging yang tidak dimasak dengan sempurna dan produk hewani lainnya dari hewan yang terinfeksi mungkin juga termasuk faktor risiko terkena cacar monyet.  Orang yang tinggal di atau dekat kawasan hutan mungkin dapat terpapar secara langsung atau tidak langsung dari hewan yang terinfeksi sehingga memiliki risiko yang tinggi.

Related posts

Leave a Reply