Indonesia memiliki banyak kerajaan yang berdiri lama, mulai dari Kerajaan Majapahit dengan kehebatannya sampai kerajaan-kerajaan lainnya, kekuasaan para penguasa saat itu sudah teruji lama, sampai kerajaan-kerajaan tersebut menguasai negara-negara di Asia Tenggara, mulai dari Malaysia, Filipina, Vietnam. Singapura dan lain-lainnya.
Kerajaan-Kerajaan yang pernah ada dan menguasai Nusantara dengan segala kehebatannya.
Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan Hindu-Buddha yang paling besar di Nusantara. Raja yang paling terkenal dari Kerajaan Majapahit adalah Raja Hayam Wuruk atau Sri Ranggah Rajasa dan Patihnya Gajah Mada. Wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit bahkan sampai ke Semenanjung Malaya, atau saat ini dikenal dengan Malaysia.
Hayam Wuruk disebut Rajasanagara yang memerintah Majapahit pada 1350-1389. Dan Gajah Mada sempat ucapkan Sumpah Palapa, yang berbunyi “Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, amun kalah ring gurun, ring seran, tanjungpura, ring haru, ring Pahang, Dompo, ring bali, sunda, palembang, tumasik, saman isun palapa”.
Hayam Wuruk pernah mengembangkan sistem perdagangan hingga membuat negeri makmur. Dia juga melakukan hubungan diplomasi dengan banyak kerajaan hingga akhirnya kekuatan Majapahit kian tak bisa ditandingi. Kekuatan Majapahit runtuh dan berganti kerajaan baru setelah Islam mulai masuk negeri ini.
Kerajaan Bima
Kerajaan Bima adalah pusat pemerintahan dan merupakan kerajaan Islam yang menonjol di Nusa Tenggara. Raja Bima yang pertama kali masuk Islam adalah Ruma Ta Ma Bata Wada yang bergelar Sultan Bima I atau Sultan Abdul Kahir. Kerajaan ini didirikan pada tanggal 7 Februari 1621 Masehi, Raja pertamanya adalah raja ke-27 dari kerajaan Bima yang bernama La Kai, wilayah kesultanan Bima meliputi Pulau Sumbawa.
Ketika Sultan Abdul Kahir masuk Islam, terjadilah hubungan Kerajaan Bima dengan Kerajaan Gowa. Kerajaan Bima juga terus menerus melakukan perjuangan melawan politik VOC hingga VOC akhirnya mau tunduk di bawah kekuasaan Kerajaan Bima. Namun, ketika VOC ingin membaharui perjanjiannya dengan Kerajaan Bima, Tureli Nggampo yang menjadi Raja Bima pada saat itu menolaknya dan kemudian merampas kapal VOC di tahun 1675.
Di tahun 1691, Raja Kerajaan Bima ditangkap lalu diasingkan di Makassar. Dalam masa pengasingannya itu, Raja Bima meninggal di dalam penjara. Tidak hanya kerajaan Bima yang menolak kehadiran VOC, tapi semua kerajaan di Lombok, Sumbawa dan Bima masih menolak dan melakukan pemberontakan terhadap pendudukan VOC di wilayahnya, karena pihak VOC selalu memaksakan kehendaknya, mencampuri urusan-urusan kerajaan, menangkapi dan mengasingkan raja-raja yang tidak sesuai dengan keinginannya.
Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan yang tidak kalah luasnya dari kerajaan Majapahit adalah kerajaan Sriwijaya, pertama berdiri pada tahun 650 Masehi, kerajaan ini terkenal dengan pusat perdagangannya, bersama dengan dua kerjaan lainnya, yakni Kerajaan Tulangbangan dan Kerajaan Melayu. Kerajaan Melayu yang ada di Malaysia bisa di taklukan oleh Kerajaan Sriwijaya dan secara otomatis menjadi daerah kekuasaannya.
Pusat kerjaannya sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti, para arkeolog memperkirakan pusat negara di Kota Palembang dan Jambi.
Ada beberapa prasasti yang jadi bukti kuat adanya kerajaan Sriwijaya, seperti Prasasti Kedukan Bukit dan Prasasti Talang Tuo. Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di tepi Sungai Tatang, Palembang, Sumatera Selatan. Prasasti ini ditulis dalam huruf pallawa dan diperkirakan ada sejak tahun 605 tahun Saka atau 683 Masehi. Ada juga prasasti Talang tuo yang ditemukan di bagian barat Palembang. Prasasti ini diperkirakan ada sejak tahun 606 Saka atau 684 Masehi.
Kerajaan Kediri
Kerajaan ini merupakan salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di Nusantara, menjadi kerajaan terbesar dan berpengaruh di kawasan Jawa, berdiri pada tahun 1045 Masehi sampai 1222 Masehi.
Awal-awal masa Kerajaan Panjalu atau Kadiri tidak banyak diketahui. Tidak banyak cerita yang tersurat pada masa itu, hanya dari Prasasti Turun Hyang II (1044 M) yang diterbitkan kerajaan Janggala hanya menyebutkan adanya perang saudara antara dua kerajaan sepeninggal raja Airlangga.
Airlangga merupakan raja Medang Kamulan yang memindahkan pusat pemerintahannya ke Kahuripan. Pada tahun 1041, Airlangga membagi kerajaannya menjadi dua kerajaan, yakni kerajaan Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri). Kedua kerajaan ini dipisahkan oleh Gunung Kawi dan sungai Brantas.
Masih banyak raja-raja sebelum Jayabhaya akan tetapi puncak kejayaannya ketika, Raja Jayabhaya memimpin kerajaan tersebut, dengan segala kehebatannya salah satu kerajaan yang akhirmya menjadi wilayah dari Kediri adalah Jenggala, kerajaan ini akhirnya menjadi wilayah Kediri dan hampir menguasai seluruh wilayah Jawa Timur.
Kehebatan perang yang terjadi antara Kediri dan Jenggala pun dianggap sebagai perang yang suci. Mirip sekali dengan perang antara Pandawa dan Kurawa. Hal ini tertulis dalam sebuah kakawin Bharatayuddha yang digubah oleh Empu Sedah da Empu Panuluh pada tahun 1157. Sayangnya Kerajaan Kediri ini akhirnya runtuh akibat perang dengan kerajaan Tumapel.
Kerajaan Singasari
Awal mula Kerajaan Singasari ini sejak runtuhnya kerajaan Kediri pada tahun 1222 M hingga 1292 M. kerajaan ini terletak di sebelah timur Gunung Kawi diperkirakan di Singasari Kabupaten Malang Jawa Timur.
Ketika berkuasa kerajaan ini memiliki kekuasaan mencapai seluruh pulau Jawa hingga Sumatera bahkan hampir ke wilayah Campa di Vietnam. Berdasarkan prasasti Kududu, nama asli dari kerajaan ini adalah kerajaan Tumapel dengan ibu kota bernama Kutaraja. Di tahun 1253, raja Wisnuwardhana mengangkat putranya yang bernama Kertanagara sebagai yuwaraja dan mengganti nama ibu kota menjadi Singhasari.
Kerajaan Singasari didirikan oleh seorang rakyat biasa bernama Ken Arok. Ken Arok merupakan seorang pengawal Akuwu (setara Bupati) Tumapel yang bernama Tuggul Ametung. Pada saat itu, Tumapel merupakan wilayah bagian dari kerajaan Kediri.
Pembunuhan terhadap Tunggul Ametung dilatarbelakangi kisah asmara. Kisah ini tertulis dalam kitab Pararaton. Kitab Pararaton menyebut, jika seorang Ken Arok membunuh Akuwu Tunggul Ametung karena terpikat kecantikan istri Akuwu itu. Ken Dedes, istri Tunggul Ametung akhirnya berhasil dipersunting Ken Arok.
Tunggul Ametung tewas setelah ditusuk keris Mpu Gandring yang dipesan oleh Kena Arok. Sebenarnya keris ini masih belum sempurna pembuatannya. Namun karena Ken Arok sudah tidak Sabar, maka keris tersebut diminta paksa. Bahkan Mpu Gandring, tewas sebagai korban pertama keris tersebut.
Diujung nyawanya, Mpu Gandring bersumpah jika keris tersebut nantinya akan membunuh 7 anak keturunan dari raja di Tumapel. Sejak berhasil membunuh Tunggul Ametung, Ken Arok mendeklarasikan sebagai penguasa Tumapel.
Sedangkan Kertanegara adalah raja terakhir dari Singasari. Dia memerintah selama 20 tahun mulai tahun 1272-1292. Di bawah kepemimpinannya, Singasari menjadi kerajaan yang sangat hebat. bahkan mulai mengalihkan wawasannya ke luar Pulau Jawa. Akhirnya sang raja mulai mengirimkan kapal-kapal untuk melakukan Ekspedisi Palamayu. Ekspedisi ini dilakukan untuk menjadikan Sumatra sebagai benteng yang mampu menghadang serangan tentara dari Mongolia.
Pada masa Kertanegara, persahabatan dengan kerajaan di luar negeri mulai terjalin dengan baik. Kehebatan Singsari bahkan sampai ke telinga Kubilai Khan yang menjadi Kaisar Mongol. Mereka bahkan sampai mengirim utusan dan mengantarkan surat yang isinya agar Singasari mau mengakui kedaulatan Mongolia. Dan tentu saja hal ini ditolak secara tegas. Menurut kita Negarakertagama, Singasari banyak sekali menguasai wilayah di Indonesia dan luar negeri seperti Melayu, Bali, Pahang, Gurun dan Bakulapura.
Kerajaan Pajajaran
Kerjaan Pajajaran merupakan kerajaan Hindu yang diperkirakan di Pakuan Bogor Jawa Barat. Kerjaan ini sering disebut juga dengan nama Negeri Sunda, Pasundan atau Pakuan Pajajaran. Diperkirakan kerajaan Pajajaran berdiri pada tahun 923 oleh Sri Jayabhupati.
Munculnya Kerajaan Pajajaran ini tentunya tidak terlepas dari Kerjaan-Kerajaan terdahulunya, yang berada di Jawa Barat, yakni Kerjaan Tarumanegara, Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh serta kawali, Hal ini disebabkan karena pemerintahan Kerjaaan Pajajaran merupakan kelanjutan dari kerajaan-kerjaan sebelumnya.
Stuktur ibukota dari Kerajaan Pajajaran diperkuat oleh sungai alam, parit kecil yang melewati bagian barat keraton, dan benteng buatan di selatan. Benteng yang berlapis-lapis ini dibuat untuk menangkis serangan pasukan Islam dari luar (Demak, Banten, Cirebon). Pada tahun 1579 M. kekawatian tersebut terjadi setelah pertemuran sengit oleh pasukan isalam setelah melalui pertemuran sengit, Kerajaan Pajajaran pun berakhir di pakuan, yang saat ini menjadi daerah Bogor.
Sebenarnya tidak ada raja Sunda bernama Prabu Siliwangi. Nama itu hanyalah julukan bagi raja-raja Sunda yang menggantian Prabu Wangi yang gugur di Bubat. Prabu Wangi sendiri nama sebenarnya adalah Prabu Linggabhuwana atau dalam Carita Parahiyangan disebut Prabu Maharaja.
Julukan Prabu Wangi diberikan kepadanya oleh rakyatnya karena ketegarannya mempertahankan martabat Sunda ketika itu, akibat kelicikan Mahapatih Gajah Mada, bersama semua pengiring, pengawal, dan putrinya yang cantik jelita, Dyah Pitaloka, gugur dalam pertempuran melawan Majapahit pada 1357. Julukan itu sebagai penghormatan terhadap semua jasa dan pengabdian sang raja sehingga namanya menjadi wangi atau harum.
Sejarah dan Kehebatan Kerajaan-Kerajaan di Nusantara. Oleh: Ahmad Sahroni (Mahasiswa Pascasarjana Universitas Nasional)