Saham Emiten Energi Hijau Menguat Usai Prabowo Terbitkan Perpres PLTSa

JAKARTA, Saham-saham emiten yang bergerak di sektor energi hijau dan pengelolaan limbah melonjak tajam pada perdagangan Kamis (16/10/2025). Kenaikan ini dipicu sentimen positif dari terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 109 Tahun 2025 tentang Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa), yang ditandatangani Presiden Prabowo Subianto pada 10 Oktober lalu.

Dalam perdagangannya di Bursa Efek Indonesia, saham PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) memimpin penguatan dengan kenaikan 7,77 persen ke level Rp1.250 per saham. Secara tahunan, saham TOBA telah mencatat lonjakan hingga 205 persen.

Read More

Saham PT Multi Hanna Kreasindo Tbk (MHKI) turut naik 7,09 persen ke Rp306 per saham. Kinerja MHKI sepanjang tahun ini bahkan mencatatkan penguatan hingga 204 persen.

Emiten lain, PT Protech Mitra Perkasa Tbk (OASA), menguat 2,05 persen ke Rp300 per saham. Adapun PT Astrindo Nusantara Infrastructure Tbk (BIPI) mencatat kenaikan 5,15 persen ke level Rp102 per saham.

Pergerakan positif saham-saham ini turut mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menembus level tertingginya di tahun ini, yakni 8.148 poin, setelah naik 1 persen pada hari yang sama.

Kinerja cemerlang TOBA mencerminkan keseriusan perusahaan dalam melakukan transformasi bisnis. Perusahaan yang sebelumnya dikenal sebagai pemain batu bara ini mulai menggeser portofolionya ke sektor pengelolaan limbah dan energi terbarukan, sebagaimana tercantum dalam roadmap perusahaan bertajuk TBS2030.

Riset dari Samuel Sekuritas Indonesia menyebut bahwa akuisisi terhadap Sembcorp pada kuartal I-2025 menjadikan TOBA sebagai operator pengelolaan limbah terintegrasi terbesar di Asia Tenggara. Pada 2025, segmen limbah diperkirakan menyumbang hingga 85 persen terhadap EBITDA perusahaan, dengan nilai EBIT dari bisnis ini diproyeksikan mencapai 53 juta dollar AS.

Sementara itu, MHKI dikenal sebagai perusahaan dengan pengalaman panjang di bidang pengelolaan limbah industri. Emiten ini menyediakan layanan pengangkutan, pengumpulan, hingga pemanfaatan limbah B3 dan non-B3. Dengan pendekatan teknologi ramah lingkungan, MHKI menjadi salah satu pelaku usaha yang diuntungkan dari dorongan kebijakan energi bersih pemerintah.

Di sisi lain, OASA tengah mengembangkan dua proyek PSEL (Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik) di Tangerang dan Jakarta. Nilai investasi kedua proyek ini diperkirakan mencapai Rp2,65 triliun. Perusahaan juga menggandeng mitra strategis asal Tiongkok untuk mendukung realisasi proyek tersebut.

Adapun BIPI menyampaikan rencana pengembangan fasilitas pengolahan limbah menjadi energi dalam paparan publik tahunan mereka. Selain itu, BIPI tengah menjajaki berbagai proyek energi terbarukan lainnya, mulai dari panel surya (PV), turbin angin lepas pantai, mini hidro, hingga biomassa.

Kenaikan harga saham keempat emiten tersebut sejalan dengan penerbitan Perpres Nomor 109 Tahun 2025. Peraturan ini mengatur penanganan sampah perkotaan melalui teknologi ramah lingkungan untuk menghasilkan listrik.

Salah satu poin penting dalam beleid ini adalah penetapan harga jual listrik dari PLTSa kepada PT PLN (Persero) sebesar 20 sen dollar AS per kilowatt hour (kWh). Harga tersebut bersifat tetap dan berlaku tanpa negosiasi maupun eskalasi.

Perpres ini juga mengatur skema kerja sama antara pemerintah daerah dan pengembang listrik swasta atau Independent Power Producer (IPP). Dalam skema tersebut, pemda wajib menyediakan lahan tanpa biaya serta menjamin pasokan minimal 1.000 ton sampah per hari untuk keberlanjutan operasional PLTSa.

Lebih lanjut, badan khusus bernama Danantara ditunjuk untuk memilih mitra IPP yang akan mengembangkan proyek PLTSa di berbagai kota. Danantara juga akan terlibat dalam pendanaan proyek-proyek yang dinilai layak secara komersial dan berisiko rendah.

Masuknya PLTSa ke dalam strategi nasional energi terbarukan memberi harapan baru bagi para pelaku industri hijau. Kebijakan ini tidak hanya memberi kepastian usaha, tetapi juga membuka peluang investasi yang lebih luas bagi emiten yang telah lebih dahulu mengembangkan portofolio energi terbarukan.

Keempat emiten—TOBA, MHKI, OASA, dan BIPI—diprediksi akan menjadi pemain kunci dalam mendorong percepatan transisi energi di Indonesia. Pasar menyambut baik langkah pemerintah ini sebagai sinyal kuat komitmen menuju target emisi nol bersih (net zero emission) di masa depan.

Related posts

Leave a Reply