Reaksi Publik Soal Ferdy Sambo di Medsos

JAKARTA, Reaksi publik yang sesungguhnya soal Irjen Ferdy Sambo terungkap lewat analisa Drone Emprit. Ibarat nila setitik, rusak susu sebelanga.

Founder Drone Emprit dan Media Kernels Indonesia, Ismail Fahmi merilis data terbaru analisa Drone Emprit. Tren Polemik Kasus Penembakan Brigadir J menampilkan data media sosial dari 11 Juli – 10 Agustus 2022.

Read More

Ada sejumlah fakta yang menarik sebagai berikut:

Dari awal masyarakat sudah sulit untuk percaya

Dalam pemantauan pemberitaan dan perbincangan media online dan media sosial dari 11 Juli – 10 Agustus 2022, tampak pada awalnya sentimen negatif sangat menguasai. Sebelum Ferdy Sambo jadi tersangka, 53% sentimen masyarakat adalah negatif dari 11 Juli – 9 Agustus 2022 pukul 17.59 WIB.

Keterangan polisi dirasa janggal. Publik curiga dengan pelaku awal yang ditetapkan oleh polisi. Pernyataan kuasa hukum keluarga Brigadir J juga makin memicu spekulasi. Ibarat nila setitik, rusak susu sebelanga. Karena Sambo setitik, mendorong sentimen negatif terhadap institusi Polri keseluruhan.

“Hal tersebut menurunkan tingkat kepercayaan sekaligus menaikkan sentimen negatif masyarakat terhadap institusi Polri,” kata dia.

Masyarakat memang sudah susah untuk dibodoh-bodohi. Oleh karena itu, penetapan Ferdy Sambo sebagai tersangka, menjadi titik balik krusial di media sosial. Keterangan Polri soal kronologi sebenarnya dan trending tagar #WujudPolriTegas juga menaikkan kepercayaan masyarakat.

“Peta media sosial setelah Ferdy Sambo menjadi tersangka didominasi oleh sentimen positif 89%,” kata dia.

Ada 3 kubu di medsos dalam kasus Irjen Ferdy Sambo

Ismail menemukan bahwa netizen terbagi dalam 3 kubu. Ada kubu publik, kubu media dan kubu pro oposisi, semuanya negatif terhadap Polri untuk aspek yang berbeda.

Kubu publik menyoroti otopsi dan reputasi Polri. Kubu media menyoroti kejanggalan penembakan, intimidasi wartawan detikcom dan CNN Indonesia dan penetapan Bharada E jadi tersangka. Sementara kubu pro oposisi mendesak pencopotan Kapolri.

 

“Kelompok bersentimen positif (17%) apresiasi upaya Kapolri nonaktifkan FS dan mutasi 25 personel Polisi. Pengguna media sosial amplifikasi kejanggalan pada kasus penembakan Brigadir J dan desak penetapan tersangka,” kata Ismail.

Usai Ferdy Sambo jadi tersangka, sentimen yang ada berubah menjadi positif sampai 89%. Ada pula 3 kubu di media sosial.

Kubu publik mengapresiasi Polri menetapkan Ferdy Sambo jadi tersangka. Kubu media menyoroti berita Ferdy jadi tersangka. Sementara kubu pro oposisi membahas Habib Bahar mengaitkan kasus ini dengan kasus KM 50.

Para ‘pendukung’ Irjen Ferdy Sambo

Dalam analisa Drone Emprit ada 3 kubu di media sosial yaitu masyarakat, media dan kelompok oposisi pemerintah. Namun, ketiganya kompak mengkritik Ferdy Sambo dan Polri. Adakah pihak yang mendukung Ferdy Sambo di media sosial?

Dalam pantauan Ismail Fahmi, pihak yang pro bukan berupa akun media sosial, melainkan pemberitaan tentang pihak yang pro, kemudian di-shared di media sosial dan terekam Drone Emprit.

“Yang pro lebih dari pemberitaan yang di-shared di medsos. Tapi mereka nggak punya akun-akun yang mendukung,” kata Ismail.

Obrolan di media sosial membahas berita mengenai anggota DPR yang dinilai diam, malah terkesan mendukung Ferdy Sambo. Ada lagi sorotan publik ke Kompolnas dan Komnas HAM yang dinilai terburu-buru berpendapat yang cenderung menguntungkan Ferdy Sambo.

“Kompolnas dan Komnas HAM merupakan dua institusi yang juga mendapat sorotan publik karena dinilai terburu menyatakan pendapat yang dinilai menguntungkan FS,” ujarnya di Twitter.

 

Related posts

Leave a Reply