Peran GMNI yakni memastikan pemimpin Indonesia ke depan berpihak pada kepentingan rakyat kecil.
YOGYAKARTA, Ketua Umum DPP GMNI Arjuna Putra Aldino menyampaikan kriteria calon pemimpin Indonesia di masa depan yang perlu dimiliki oleh Indonesia. Dalam pidatonya di pembukaan agenda Rapat Pimpinan Nasional GMNI ke-22 di Yogyakarta, Arjuna menyampaikan bahwa pemimpin Indonesia ke depan harus paham tentang landscape geopolitik global saat ini.
Karena menurut Arjuna, variabel geopolitik sangat berpengaruh pada upaya Indonesia untuk mewujudkan kepentingan nasionalnya. Ditengah dunia yang berada dalam interkoneksi dan interpendensi, variabel geopolitik tidak boleh diabaikan dalam mendesain masa depan Indonesia.
“Pemimpin ke depan harus punya visi geopolitik, setidaknya mampu membaca landscape geopolitik global. Terutama agar Indonesia mampu mengelola globalisasi untuk kepentingan kesejahteraan rakyat”, ungkap Arjuna
Arjuna menyampaikan ditengah memanasnya konflik geopolitik perebutan Ukraina sebagai daerah penyangga antara Rusia dan Eropa Barat. Ada tren regional di kawasan Asia yang sepertinya luput jadi sorotan, yaitu potensi meletusnya krisis baru di Selat Taiwan. Ditambah kebangkitan kerjasama multilateral antara Eropa dan Asia yang dimotori Cina dan Rusia, semakin mengkhawatirkkan AS dan blok Barat membuat meletusnya konflik geopolitik di Selat Taiwan bukan hal yang tak mungkin terjadi.
Lantaran lokasi geografisnya yang diapit oleh beberapa kawasan strategis seperti Selat Malaka, Laut China Selatan, Semenanjung Korea, dan juga Filiphina sepertinya akan menyeret Taiwan masuk dalam kancah pertarungan baru di kawasan Asia Timur, menyusul memanasnya krisis Ukraina-Rusia. Cina melihat posisi Taiwan sebagai mana Rusia melihat Ukraina, yakni sebagai daerah penyangga Cina terutama kaitannya dengan perdagangan lintas-Selat.
Hal ini membuat Pasifik kini menjadi “Teater” bagi pertarungan geopolitik global. Posisi Indonesia menjadi episentrum yang tentunya ditetapkan sebagai sasaran utama untuk digalang sebagai sekutu strategis diantara sejumlah aliansi negara-negara yang berkepentingan. Maka Indonesia tidak boleh hanya mengartikan pemilihan Presiden sebagai aktivitas politik rutin 5 tahunan.
“Situasi di Selat Taiwan sangat berpengaruh pada kepentingan Indonesia bahkan dunia. Dia akan berpengaruh pada jalur perdagangan lintas selat baik jalur energi atau pangan global. Sangat disayangkan apabila perhelatan politik 2024 hanya diartikan aktivitas politik 5 tahunan”, tambah Arjuna
Selain itu, Arjuna juga menyampaikan sikap politik GMNI yang memilih bersikap independen dan kritis dalam menghadapi perhelatan politik 2024. Peran GMNI yakni memastikan pemimpin Indonesia ke depan berpihak pada kepentingan rakyat kecil. Dan GMNI menolak setiap penggunaan politik identitas yang bisa merusak keakraban kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Semua kader GMNI harus bersikap kritis, terutama yang menyangkut kehidupan rakyat kecil dan harus berani melawan di garda depan penggunaan politik identitas yang bisa merusak kehidupan berbangsa dan bernegara”, tutup Arjuna