Raker DEMA UIN Salatiga, Bawaslu Salatiga Ajak Mahasiswa Ikut Sukseskan Pemilu 2024

Posisi mahasiswa hari ini sangat sentral dalam perspektif sosiologi politik karena mahasiswa itu sangat istimewa sebagai seorang intelektual organik

KOTA SALATIGA, Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN Salatiga mengadakan Stadium General dan Rapat Kerja (17/3/2023)  di auditorium ruang teater Hasyim Asy’ari Lt 2. Dengan Tema “Membangun karakter yang berintelektual menuju perubahan nyata berintegritas”, organisasi internal kampus ini mengundang dua narasumber, anggota Bawaslu Kota Salatiga, Yesaya Tiluata dan Dosen Fakultas Syariah dan Pasca Sarjana UIN Salatiga, DR. Muhammad Chairul Huda, M.H.

Read More

Yesaya Tiluata dengan pokok bahasan “Independensi mahasiswa dalam Pemilu 2024” menjelaskan bahwa posisi mahasiswa hari ini sangat sentral dalam perspektif sosiologi politik karena mahasiswa itu sangat istimewa sebagai seorang intelektual organik, yang tidak hanya menimba ilmu namun juga berperan sebagai kontrol sosial dan dapat menjembatani kepentingan rakyat kepada negara.

“Independensi mahasiswa dalam Pemilu harus bebas dari pengaruh partai dan kepentingan. Mahasiswa tidak boleh dikendalikan oleh pihak lain,” ujarnya di depan 60 orang mahasiswa pengurus dewan eksekutif mahasiswa kampus UIN Salatiga. Artinya, Yesaya menerangkan, mahasiswa harus objektif dalam merumuskan pendapatnya terkait kebijakan-kebijakan yang dihasilkan oleh produk Pemilu itu sendiri dan mahasiswa harus jujur dalam melihat realitas sosial dan supra struktur negara.

Untuk itu, Yesaya juga menjelaskan bahwa mahasiswa sebagai pemilih nanti juga harus memahami tugas dan fungsi lembaga penyelenggara Pemilu sebagaimana diatur dalam UU Nomor 7 Tahun 2017 (KPU, Bawaslu, dan DKPP). Mahasiswa juga dapat mengikuti perkembangan tahapan tahapan Pemilu yang telah diatur dalam Peraturan KPU nomor 3 tahun 2022.

“Mahasiswa juga dapat memahami larangan-larangan dalam kampanye sebagaimana diatur dalam pasal 280 ayat (1) dalam UU Pemilu, dimana peserta Pemilu dilarang melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan NKRI dan juga menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada pemilih,” ungkapnya.

Menurutnya, Pemilu 2024 nanti potensi pemilih akan didominasi oleh kaum muda, ini berdasarkan data BPS tahun 2021, ada 54 persen penduduk Indonesia yang didominasi oleh kaum milenial dan Gen Z. “Data daftar penduduk potensial pemilih pemilu (DP4) untuk Pemilu 2024 ada sebanyak 204.656.056 pemilih yang saat ini sedang di Coklit oleh KPU yang nantinya menjadi daftar pemilih tetap (DPT) dan dari hasil survei untuk partisipasi Pemilu 2024 akan diisi hampir 60 persen generasi Z dan milenial,” jelasnya.

Yesaya berpesan kepada mahasiswa dalam mensukseskan Pemilu 2024, agar mahasiswa harus memiliki kesadaran kolektif untuk masuk dalam DPT, ikut berpartisipasi memberikan hak suara di TPS, ikut menjadi penyelenggara Pemilu, menjadi Pemantau Pemilu dan yang terpenting mahasiswa ikut melapor jika terjadi dugaan pelanggaran Pemilu.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, DR. Muhammad Chairul Huda, M.H. menyampaikan topik diskusi “Moderisasi beragama gerakan intelektual mahasiswa di era post truth

Dosen Fakultas Syariah dan Pasca Sarjana UIN Salatiga ini menjelaskan bagaimana radikalisme masuk di lembaga pendidikan. Bahkan perguruan tinggi negeri sudah mulai terpapar radikalisme yang menyerang generasi muda hari ini dan mengancam persatuan dan kesatuan NKRI. Sudah ada gambaran proyek penyebaran radikalisme di sekolah dan kampus yang berkedok pembinaan agama, ini perlu menjadi perhatian untuk ditanggulangi oleh semua pihak.

Menurut Huda, di era post truth ada kenaikan hoaks di tahun politik dalam hal penyebaran informasi, dimana angka pada pemilu 2019 ada sekitar 1.221 informasi hoaks dan 52 persen hoaks dari jumlah tersebut adalah informasi terkait informasi politik, sehingga di Pemilu 2024 jumlah tersebut sangat mungkin bisa bertambah.

“Peran mahasiswa dalam melihat radikalisme dan juga tantangan di era digital saat ini adalah harus bisa menganalisa setiap informasi yang didapat dan menguji kebenaran informasi tersebut apakah benar atau hoaks dengan berpikiran terbuka, berani menyampaikan pendapat dan berani menulis setiap kejadian yang dilihat,” kata Chairul Huda pada acara diskusi yang dipandu oleh Azril, mahasiswa UIN Salatiga, yang juga pengurus DEMA UIN

Peran pimpinan lembaga pendidikan dan dosen menurut Huda harus mampu membangun kesadaran kebhinekaan dan sikap moderasi dalam tata kelola pendidikan, selain itu dosen juga perlu meningkatkan kepedulian terhadap mahasiswa melalui redesign kurikulum dengan visi kebhinekaan yang moderat.

Tujuan dari stadium general ini adalah untuk membangun kesadaran politik bagi mahasiswa dan pembentukan karakter integritas mahasiswa di tahun Pemilu ini.

Acara ini juga ingin menjelaskan kepada mahasiswa terkait tahapan Pemilu dan pengenalan partai politik peserta Pemilu, juga menjelaskan keadaan politik di Indonesia menjelang Pemilu yang berkaitan dengan larangan larangan saat menjelang kampanye nanti di bulan November 2023.

Harapannya mahasiswa mendapatkan pengetahuan tentang demokrasi dan kepemiluan yang dapat membentuk sikap kritis mahasiswa sebagai pemilih yang rasional nantinya dalam menghadapi Pemilu serentak tahun 2024.

Acara ini diakhiri dengan tanya jawab oleh peserta yang hadir dan dilanjutkan dengan pemberian cindera mata kepada para narasumber oleh Syafichrul Umam yang juga ketua DEMA UIN Salatiga

Related posts

Leave a Reply