BANDAR LAMPUNG, Ketua Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) Bima Arya mengapresiasi sosok yang selalu memberikan inspirasi dan perubahan dalam birokrasi pemerintahan di Tanah Air.
Sosok tersebut salah satunya adalah Dirjen Bina Keuangan Daerah pada Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Agus Fatoni.
Menurut Bima, pria kelahiran Lampung, 6 Juni 1972 tersebut sering memberikan inspirasi bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) dan para kepala daerah dalam menata keuangan daerah.
“Rekam jejaknya luar biasa memberikan banyak perubahan di birokrasi pemerintahan Indonesia. Banyak tips-tips menarik dari Pak Agus Fatoni. Saya sarankan teman-teman kepala daerah untuk mengundang Pak Fatoni, banyak tips dan motivasi menarik dari beliau,” ungkap Bima Arya, yang juga Walikota Bogor ini pada saat peringatan HUT ke-22 APEKSI di Bandar Lampung, belum lama ini.
Dalam beberapa kesempatan, Fatoni memang sering berbagi kisah inspiratif dalam menjalankan roda pemerintahan di daerah-daerah.
Doktor Ilmu Pemerintahan, Universitas Padjadjaran ini mengatakan bahwa secara umum SDM di birokrasi itu memiliki tiga kelemahan, yakni soal kompetensi, komitmen dan kekompakan.
“Pertama adalah kompetensi. Ini jadi problem. Berapa banyak sih ASN yang bisa diandalkan di dinas-dinas? Paling 20 persen yang betul-betul bisa diandalkan, yang bisa dipercaya penuh, yang lainnya tidak. Kalau ini bisa dinaikan kinerja kita bisa lebih bagus lagi. Ini menjadi PR kita,” kata Fatoni.
Padahal, kata dia, untuk meningkatkan kapasitas di era sekarang sangat mudah. “Tidak perlu biaya. Ada youtube, webinar, buku elektronik dan lain-lain,” terang Mahasiswa Teladan pada Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) Depdagri tahun 1999 ini.
Kelemahan yang kedua, lanjut Fatoni, adalah komitmen. “Rasa memiliki, kesungguhan, tanggung jawab. Sebagian besar manusia ingin kerjanya yang ringan, tidak berisiko. Kalau saja ada SDM yang punya kompetensi bagus tapi tidak punya komitmen, itu tidak berguna bagi organisasi,” tandasnya.
Pria yang pernah menjabat sebagai Penjabat Gubernur Sulawesi Utara pada 2020 ini menambahkan, bahwa kelemahan ketiga adalah kekompakan. “Kerja tim. Banyak yang ingin menonjol sendiri, egois, tidak menerima masukan yang lain, merasa pintar sendiri, ini banyak,” katanya.
“Kekompakan itu bagaimana caranya? Jalin silaturahmi, koordinasi, kolaborasi. Kalau saja ada orang hebat secara individual, dia bisa kerja bagus, ini masing-masing akan menghasilkan kerja yang bagus. Tapi kalau orang bagus ini dikumpulkan jadi satu, ada pekerjaan lain yang lebih besar yang bisa dikerjakan lagi. Ini lah kekompakan itu,” tambah dia.
Fatoni pun dalam setiap kunjungan kerjanya ke daerah selalu memacu ASN agar unggul dan inovatif.
“Segala sesuatu di tangan kita harus menjadi lebih bernilai. Penting kita mendorong agar semua pejabat struktural bisa inovatif. Perlu ada perwali minimal yang mewajibkan eselon 4, 3, 2 menghadirkan satu inovasi, satu tahun. Bisa dibayangkan semua pejabat struktural menciptakan inovasi, alangkah hebatnya sebuah daerah, cepat melesat,” jelas Fatoni.
Menurutnya, inovasi tidak harus rumit dan tidak harus digital. “Memperbaiki SOP, memperbaiki cara kerja, memperbaiki lingkungan, membuat lahan yang tadinya tidak termanfaatkan jadi bermanfaat. Kreativitas bisa menghasilkan inovasi,” terangnya. (*)