JAKARTA, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan komitmennya untuk mengurangi penarikan utang baru dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026. Pemerintah, kata dia, akan lebih mengandalkan pertumbuhan ekonomi dan optimalisasi pendapatan negara, khususnya dari sektor pajak.
Hal tersebut disampaikan Purbaya usai menghadiri Rapat Paripurna DPR RI di Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (24/9/2025). Ia menyebutkan, strategi fiskal tahun depan akan difokuskan pada peningkatan kualitas belanja negara dan pengelolaan uang negara yang lebih produktif, ketimbang menambah beban utang.
“Kalau saya lihat ke depan, harusnya kita tidak akan terpaksa menambahkan utang lebih. Saya akan dorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat, sehingga dengan APBN yang sama, saya dapat pendapatan pajak yang lebih tinggi,” ujar Purbaya, dikutip Kamis (25/9/2025).
Dalam Buku II Nota Keuangan RAPBN 2026, pemerintah sejatinya masih mencantumkan target penarikan utang baru sebesar Rp 781,9 triliun. Namun, Purbaya berharap angka itu tidak perlu direalisasikan sepenuhnya, jika pertumbuhan ekonomi mampu memberikan tambahan penerimaan yang signifikan.
“Kalau kita bisa ciptakan iklim ekonomi yang tumbuh cepat, pendapatan akan naik otomatis. Dengan begitu, utang tidak lagi jadi andalan utama,” ujarnya.
Purbaya juga menegaskan tidak akan lagi menahan terlalu lama belanja negara, terutama pada kuartal awal tahun anggaran. Langkah ini diambil untuk mempercepat perputaran ekonomi di masyarakat melalui belanja fiskal pemerintah.
Sebagai contoh nyata, sejak awal menjabat sebagai Menkeu pada awal September 2025, ia langsung menginstruksikan pemindahan dana pemerintah sebesar Rp 200 triliun yang sebelumnya mengendap di Bank Indonesia (BI) ke sistem perbankan. Tujuannya, mempercepat peredaran uang primer (M0) dan menghidupkan kembali mesin ekonomi nasional.
“Saya pikir, dengan memanage uang yang baik, di mana uang pemerintah tidak mengganggu ekonomi, itu saja sudah memberikan dorongan tambahan cukup signifikan ke pertumbuhan ekonomi,” ungkapnya.
Purbaya mengaku telah menghitung dampak langsung dari pertumbuhan ekonomi terhadap pendapatan negara. Menurutnya, setiap kenaikan 1 persen pertumbuhan ekonomi, negara dapat memperoleh tambahan pendapatan pajak sekitar Rp 220 triliun.
“Kalau tambah setengah persen saja, income saya naik sekitar Rp 110 triliun. Jadi itu yang kita kejar nanti,” ujarnya optimistis.
Ia menilai strategi ini akan menciptakan sistem fiskal yang lebih sehat dan berkelanjutan. Ke depan, pemerintah berkomitmen untuk menjadikan penerimaan negara sebagai sumber utama pembiayaan belanja, bukan lagi utang.
Langkah Purbaya Yudhi Sadewa menandai perubahan pendekatan dalam pengelolaan fiskal nasional. Di tengah tekanan global dan risiko suku bunga tinggi, Indonesia dinilai perlu mencari jalan keluar dari ketergantungan pada utang, dan mendorong pertumbuhan melalui ekspansi ekonomi domestik yang sehat.
“Dengan pertumbuhan yang berkualitas dan belanja negara yang tepat sasaran, kita bisa mengurangi utang secara bertahap dan tetap menjaga pembangunan,” pungkasnya.