Purbaya Soroti Ekonomi Masih Jawa Sentris

Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa saat melakukan rapat kerja dengan komisi XI DPR RI di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (10/9/2025). (Tangkapan Layar Youtube/DPR RI)

JAKARTA, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyoroti masih dominannya kontribusi ekonomi Pulau Jawa terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, yang ia nilai terlalu “Jawa sentris” dan belum mencerminkan pemerataan pembangunan di seluruh Indonesia.

Pernyataan tersebut disampaikan dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah (KPID) yang digelar bersama Kementerian Dalam Negeri dan seluruh kepala daerah, Senin (20/10/2025).

Read More

“Jawa tetap jadi kontributor utama dengan pangsa 56,9% terhadap ekonomi nasional dan tumbuh 5,2%. Ini yang mesti kita ubah Pak (Mendagri Tito-red). Ini kan orang menurutnya Jawa sentris kalau begini,” kata Purbaya dalam paparannya.

Menurut Purbaya, meskipun sejumlah daerah di luar Jawa menunjukkan kemajuan, upaya diversifikasi ekonomi yang telah dilakukan pemerintah pusat belum membuahkan hasil optimal dalam mendistribusikan pertumbuhan secara merata ke seluruh wilayah nusantara.

Ia menekankan pentingnya peran pemerintah daerah dalam mendesain anggaran yang lebih strategis agar potensi ekonomi lokal bisa digerakkan secara lebih agresif.

“Daerah-daerah yang punya dana lebih, coba digalakkan pertumbuhannya. Yang punya potensi tumbuh kencang, coba didesain lebih cepat lagi,” ujarnya.

Purbaya juga mengingatkan pentingnya diversifikasi ekonomi, terutama di daerah yang saat ini masih sangat bergantung pada sektor komoditas dan sumber daya alam (SDA). Ia menegaskan, jika komoditas utama habis, maka daerah-daerah tersebut bisa kehilangan sumber pendapatan utama.

“Kalau komoditas habis, harus ada sumber pendapatan baru. Mulailah investasikan uang di industri lain, terutama pengembangan sumber daya manusia,” tegasnya.

Purbaya mencontohkan Pulau Sulawesi yang mencatatkan pertumbuhan ekonomi tertinggi secara nasional, didorong oleh hilirisasi industri pertambangan yang mampu tumbuh secara konsisten di atas 7% per tahun.

Sementara itu, kawasan Maluku, Papua, Bali, dan Nusa Tenggara mulai menunjukkan pemulihan dan kebangkitan lewat sektor pengolahan dan pariwisata.

Namun, ia mengingatkan bahwa risiko global maupun domestik tetap harus diwaspadai, sehingga stimulus ekonomi lokal harus dirancang dengan baik.

“Berbagai risiko harus tetap diantisipasi. Karena itu pemuda perlu terus menstimulasi perekonomian di daerahnya, lewat belanja yang cepat, tepat, dan produktif,” pungkasnya.

Related posts

Leave a Reply