Potensi Krisis Ekonomi, GMNI Ingatkan Prabowo Soal Pesan Bung Karno

JAKARTA, Beberapa indikator makroekonomi pada awal tahun 2025 menujukan ekonomi Indonesia tengah menghadapi tekanan baik tekanan ekonomi global maupun situasi domestik. Terjadinya deflasi, tertekannya nilai tukar rupiah, anjloknya pasar saham, PHK massal serta menurunnya penerimaan negara dan meningkatnya defisit APBN adalah alarm yang bisa menggerogoti fundamental ekonomi Indonesia.

Di tengah situasi semacam ini, Ketua Umum DPP GMNI Arjuna Putra Aldino mengingatkan Presiden Prabowo soal pesan Bung Karno yang termaktub dalam Indonesia Menggugat dan Dibawah Bendera Revolusi bahwa pemulihan krisis kapitalisme di negara maju akan menciptakan krisis di negeri jajahan.

Read More

“Artinya jika kita menyadur pesan Bung Karno bahwa pemulihan krisis kapitalisme di negara maju akan menciptakan krisis di negeri jajahan. Dalam konteks hari ini, negeri jajahan itu adalah negara dunia ketiga, negara emerging market layaknya Indonesia,” jelas Arjuna

Menurut Arjuna, krisis ekonomi bukanlah suatu hal yang tabu dan omon-omon belaka karena Bung Karno sudah menyampaikan jauh-jauh hari bahwa krisis adalah “penyakit bawaan” dari kapitalisme, sebagai sesuatu yang laten dan inheren dalam tubuh kapitalisme. Dan akhir-akhir ini ekonomi dunia belum pulih dari dampak krisis 2008 dan pandemi Covid-19 yang mengubah lanskap ekonomi global.

“Krisis tak dapat terhindarkan, dan ekonomi dunia belum pulih dari dampak krisis 2008 dan pandemi Covid-19. Dalam bahasa Bung Karno, sekarang adalah masa-masa “Niedergang” masa penurunan kapitalisme,” ungkap Arjuna

Selain itu, menurut Arjuna, Bung Karno juga menjelaskan bahwa dampak dari masa krisis dan penurunan kapitalisme maka lahirlah politik proteksionisme dan fasisme di negara-negara kapitalis, yang pada mulanya sangat memegang teguh nilai-nilai liberalisme, demokrasi dan hak asasi manusia. Mendadak menjadi anti liberal, tertutup dengan pergaulan dunia dan kontra terhadap ideologi pasar bebas.

“Politik proteksionisme Donald Trump melalui perang tarif bertentangan dengan nilai liberalisme dan pasar bebas Amerika. Seakan Amerika sedang mengevaluasi nilai-nilai pergaulan dunia yang ia bangun sendiri. Jika kita merujuk pikiran Bung Karno, apa yang dilakukan Trump adalah wajah “politik dan sepak terjangnya kapitalisme yang menurun”, tambah Arjuna

Bukan hanya itu, menurut Arjuna, Bung Karno juga menjelaskan bagaimana dampak sosial-ekonomi dari masa penurunan kapitalisme. Bung Karno memperkenalkan istilah ‘rasionalisasi’ di mana ditengah situasi krisis kapitalisme akan banyak melakukan pengurangan tenaga kerja, pemotongan upah hingga mengubah susunan pembagian kerja, cara perolehan bahan baku hingga modernisasi alat-alat produksi untuk memerangi masa krisis tersebut.

“Rasionalisasi yang dimaksud Bung Karno hari ini terjadi layaknya pengurangan tenaga kerja alias PHK massal yang terus terjadi. Maka pengangguran pun meningkat dan dampaknya adalah penurunan daya beli. Dalam bahasa Bung Karno, rakyat Indonesia terpaksa hidup dengan ‘sebenggol sehari’,” tutur Arjuna

Menurut Arjuna, ditengah situasi ekonomi dunia yang penuh ketidakpastian kita perlu kembali pada analisis dan refleksi yang dilakukan oleh Bung Karno ketika beliau menganalisa periode krisis ekonomi dan sosial, khususnya yang terjadi di Indonesia pada tahun 1930-an, yang juga sering dikaitkan dengan Depresi Besar di dunia. Atau Bung Karno seringkali menyebutnya dengan istilah “Zaman Meleset”.

“Ditengah keadaan seperti sekarang ini, kita perlu membaca kembali refleksi dan analisa Bung Karno secara detail dan mendalam. Bukan sebatas slogan. Sehingga kita bisa memikirkan keselamatan rakyat dan bangsa, bukan justru sibuk bagi-bagi kue kekuasaan ditengah rakyat terpaksa hidup sebenggol sehari,” tutup Arjuna

Related posts

Leave a Reply