JAKARTA, Kasus Polisi menipu Polisi di Sumut menambah daftar panjang betapa bobroknya budaya koruptif di Institusi Polri. Penipuan ini dengan modus iming-iming bantuan menjadi seorang perwira. Total kerugian korban ditaksir Rp. 850 Juta.
Merespons hal ini, Anggota Komisi III DPR F-PAN Widya Pratiwi memandang apa yang terjadi pada anggota polda sumut adalah satu dari sekian banyaknya persoalan dalam pola proses seleksi untuk menempuh pendidikan guna mengembangkan karir di institusi polri, yang hingga kini tidak terselesaikan.
“Dalam pandangan saya, dengan banyaknya kasus penipuan semacam ini maka Polri harus mengambil langkah-langakah yang tegas dan konstruktif untuk memformulasi ulang pola seleksi agar bebas dari tendensi korupsi, kolusi nepotisme maupun penipuan,” ujar Widya kepada saat dihubungi, Selasa (25/2/25)
Anggota Fraksi PAN ini berharap ke depan ini menjadi atensi khusus para pimpinan Polri wabilkhusus bidang pendidikan dan pelatihan di Polri:
“Sebagai mitra kerja dari Polri, kami juga berharap adanyanya proses seleksi yang fair dan transparan hal ini guna menutup peluang adanya budaya setoran dalam tiap proses seleksi,” papar Widya.
Ini penting, sebab kepercayaan publik untuk Polri yang kian merosot harus segera disikapi demi pulihnya persepsi publik untuk Polri.
“Hal juga sebagai langkah untuk mengembalikan kepercayaan publik kepada polri,” pungkas legislator dapil Maluku ini.
Sebelumnya, Kapolda Sumut Irjen Whisnu Hermawan Februanto buka suara mengenai Polisi ditipu rekannya sesama Polisi modus bisa meluluskan masuk ke Sekolah Inspektur Polisi (SIP).
Diketahui, Bripka Shcalomo Sibuea, yang bertugas di Polres Tapanuli Utara diduga menjadi korban penipuan rekan sesama Polisi modus bisa meloloskan Sekolah Inspektur Polisi (SIP).
Terduga pelakunya ialah Ipda Rahmadsyah Siregar, personel Dit Narkoba Polda Sumut. Ketika ditagih, Ipda Rahmadsyah Siregar selalu mengelak. Walhasil, korban melaporkan kasus tersebut ke Propam Polda Sumut.
